Jejak Terakhir Sang Komandan, Mengikat Kembali Ingatan Margarana

Liputan Khusus Puputan Margarana (Epilog)

Jejak Terakhir Sang Komandan, Mengikat Kembali Ingatan Margarana

Daniel Pekuwali - detikBali
Rabu, 26 Nov 2025 07:00 WIB
Patung Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai diabadikan di depan Puri Agung Carangsari, Kecamatan Petang, Badung.
Patung Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai diabadikan di depan Puri Agung Carangsari, Kecamatan Petang, Badung. (Foto: Agus Eka/detikBali)
Denpasar -

Puputan Margarana selalu dikenang sebagai perang habis-habisan yang menutup perjalanan hidup I Gusti Ngurah Rai dan pasukan Ciung Wanara. Namun rangkaian 14 episode liputan ini menunjukkan bahwa peristiwa itu bukan berdiri sendirian.

Margarana adalah simpul dari perjalanan panjang seorang pemuda dari Carangsari yang dibentuk oleh kehilangan, disiplin, kecerdasan, dan rasa tanggung jawab yang jauh lebih besar dari dirinya sendiri.

Ngurah Rai tumbuh sebagai bocah lincah yang dijuluki Si Kancil. Ia melewati masa muda yang dipenuhi duka-kehilangan ayah, kakak, dan berpisah dari ibunda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari ruang kelas HIS Denpasar hingga pendidikan militer, kecerdasan dan ketegasannya selalu menonjol. Karakter itu membentuk dirinya ketika ia menjadi komandan TKR Sunda Kecil, pemimpin yang disegani pasukan dan diburu Belanda.

Pahlawan Nasional dari Bali, I Gusti Ngurah Rai.Pahlawan Nasional dari Bali, I Gusti Ngurah Rai. Foto: dok. Arsip Nasional

Perjalanan melawan penjajah membuatnya berpindah dari satu desa ke desa lain. Banjar Ole, Sobangan, hingga hutan-hutan Gunung Agung menjadi saksi bagaimana rakyat Bali membuka pintu tanpa syarat.

ADVERTISEMENT

Mereka menggali terowongan, menyembunyikan lumbung, mengalihkan perhatian mata-mata, dan menyuguhkan perlindungan dalam keheningan malam. Solidaritas yang terus hidup, bahkan puluhan tahun kemudian, saat generasi muda kembali menapak tilas rute gerilya di bawah hujan deras.

Di tengah keberanian itu, ada kisah keluarga yang diam-diam ikut terkoyak. Perpisahan Ngurah Rai dengan istrinya, Desak Putu Kari, saat ia mengandung putra bungsu mereka, menjadi pengingat bahwa perjuangan selalu menuntut korban yang paling sunyi.

Perjalanan kaki keluarga kecil itu mencari perlindungan-ditolak di satu rumah, diterima seadanya di rumah lain-memperlihatkan sisi lain dari perang: kecemasan yang tidak tercatat dalam buku sejarah, tapi dirasakan oleh mereka yang ditinggalkan komandan di medan perang.

Di Marga, perang terakhir pecah. Ladang jagung menjadi saksi keputusan besar yang diambil Ngurah Rai, tidak mundur, tidak menyerah, dan tidak berkompromi. "Saya bukan kompromis," tulisnya dalam surat sakti yang membuat Belanda murka.

Ketika 96 pasukan gugur bersama sang komandan, sejarah Indonesia mencatat salah satu momen paling tragis sekaligus paling terang, bahwa kemerdekaan negeri ini ditopang oleh mereka yang tidak meminta apa-apa, kecuali kebebasan.

Dekade berganti. Prajurit yang masih hidup mengenang Ngurah Rai sebagai pemimpin kecil bertubuh ringkas, tapi berwibawa bak tembok batu. Keturunan pejuang Jepang datang setiap tahun, membawa hening kepada nisan leluhur mereka yang gugur bersama pasukan Bali. Desa-desa yang dulu menjadi tempat persembunyian, kini menjadi ruang sejarah yang membisikkan ulang cerita kepada siapa saja yang mau berhenti sebentar.

Epilog ini menutup keseluruhan rangkaian liputan, tetapi kisah Margarana tidak pernah sungguh-sungguh selesai. Setiap pura, setiap bale, setiap jalan di desa yang pernah disinggahi Ngurah Rai, menyimpan bagian kecil dari kisah besar yang tidak boleh hilang dari ingatan. Di tanah itu, keberanian pernah berdiri tegak; di tanah itu pula, pengorbanan mencapai bentuk paling utuhnya.

Seri ini berpamitan dengan satu pesan: perjuangan bukan hanya soal pertempuran, tetapi juga tentang manusia yang memilih untuk tetap bertahan, meski tahu akhir perjalanan mungkin tidak akan kembali ke rumah.

Untuk memahami jejak lengkap perjalanan ini, detikers bisa menelusuri kembali 14 episode yang tersimpan di bawah epilog ini.




(dpw/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads