Saksi Hidup Pekak Berata, Fragmen Kecil dari Perang Besar di Margarana

Liputan Khusus Puputan Margarana (3)

Saksi Hidup Pekak Berata, Fragmen Kecil dari Perang Besar di Margarana

I Dewa Made Krisna Pradipta - detikBali
Kamis, 20 Nov 2025 10:00 WIB
Patung I Gusti Ngurah Rai dan empat pejuang berdiri megah di depan area Pura Dalem Basa, di Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Tabanan, Bali. (Foto: Krisna Pradipta/detikBali)
Patung I Gusti Ngurah Rai dan empat pejuang berdiri megah di depan area Pura Dalem Basa, di Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Tabanan, Bali. (Foto: Krisna Pradipta/detikBali)
Tabanan -

I Ketut Berata sudah sepuh. Rambutnya memutih, langkahnya pelan. Namun ingatannya tentang satu masa tak pernah pudar: hari-hari ketika I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya datang ke Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Tabanan, Bali. Ia masih kanak-kanak saat itu, baru 9 tahun, tetapi gambaran peristiwa itu seolah tersimpan utuh di belakang matanya.

Pekak Berata, begitu ia disapa warga, bukan veteran dan tak pernah mengangkat senjata. Tapi ia memeluk status lain yang tak kalah penting: saksi hidup. Seseorang yang melihat langsung bagaimana pemimpin Ciung Wanara bergerak sebelum perang besar pecah di Margarana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat dari Jarak Aman

Saat ditemui, matanya berbinar ketika diminta mengenang momen itu. Suaranya melembut, seperti membuka pintu memori yang lama terjaga.

"Saya melihat langsung Gusti Ngurah Rai dan pejuang lainnya datang di Banjar Ole. Waktu menginap di rumah jero mangku, saya tidak berani mendekat, hanya lihat dari jauh saja. Karena tidak sembarangan orang boleh mendekat," kata Pekak Berata, Sabtu (15/11/2025).

ADVERTISEMENT

I Ketut Berata (kiri) bersama Jero Mangku I Ketut Miasa Putra saat ditemui di Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Tabanan, Bali. (Foto: Krisna Pradipta/detikBali)I Ketut Berata (kiri) bersama Jero Mangku I Ketut Miasa Putra saat ditemui di Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Tabanan, Bali. (Foto: Krisna Pradipta/detikBali)

Ia masih ingat bagaimana suasana desa berubah. Kehadiran para pejuang membawa rasa bangga sekaligus tegang. Anak kecil sepertinya hanya bisa memperhatikan dari kejauhan, tapi memori itu menempel kuat, tak lekang puluhan tahun.

Di tengah ketegangan, warga Ole justru menyiapkan hiburan untuk para pejuang. Malam-malam dipenuhi tari-tarian dan pencak silat tengklung, pertunjukan khas yang membuat desa terasa hidup meski bayang-bayang perang mengintai.

"Para pejuang dihibur berbagai tarian. Ada yang menari tengklung dan hiburan lainnya. Waktu itu dijamu di depan balai banjar Ole yang lama," paparnya.

Di antara hiburan itu, ada satu momen yang paling ia ingat: nazar para pejuang sebelum mencuri senjata dari tangsi NICA di Tabanan. Di Pura Dalem Basa, warga dan pejuang mengucapkan janji sederhana-tapi penuh makna.

"Waktu itu pejuang dan warga bernazar jika pencurian senjata itu sukses ada yang bernazar bebek, ayam, hingga babi guling," ujarnya.

Jika senjata berat berhasil dibawa pulang, nazarnya babi guling. Untuk senjata ringan, cukup ayam atau bebek. Nazar itu menunjukkan betapa dekatnya hubungan warga dan pasukan Ciung Wanara.

Pura Dalem Basa yang menjadi salah satu jejak perjuangan I Gusti Ngurah Rai di Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Tabanan.Pura Dalem Basa yang menjadi salah satu jejak perjuangan I Gusti Ngurah Rai di Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Tabanan. Foto: Krisna Pradipta/detikBali

Ketika Langit Menghitam

Dari semua ingatan Pekak Berata, ada satu yang paling sulit ia lupakan: suara pesawat.

"Waktu pesawat pengintai datang, saya melihat. Begitu juga saat pesawat pengebom datang. Ketika bom meledak, saya mendengarnya. Suaranya sangat keras, saya sangat ketakutan saat itu," tuturnya.

Ia masih kecil, tapi dentuman bom dan desingan peluru menorehkan luka psikologis yang dalam. Perang mungkin sudah lama usai, tetapi bagi saksi hidup seperti Pekak Berata, bunyi-bunyi itu tak pernah benar-benar pergi.

Ia menutup ceritanya dengan senyum yang samar. Ingatan masa kecilnya adalah bagian kecil dari sejarah besar Bali-fragmen yang mungkin tak ditemukan dalam buku, tetapi hidup dalam cerita orang-orang yang sempat melihat sejarah dari jarak beberapa langkah.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Video Dampak Listrik Bandara Ngurah Rai Bali Padam: 74 Penerbangan Delay"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads