Cerita di Balik Rute Baru Napak Tilas Ngurah Rai 2025

Liputan Khusus Puputan Margarana (10)

Cerita di Balik Rute Baru Napak Tilas Ngurah Rai 2025

Aryo Mahendro - detikBali
Senin, 24 Nov 2025 06:00 WIB
Pasukan Napak Tilas tiba dan ikut upacara Peringatan Hari Puputan Margarana di Monumen Taman Pujaan Bangsa, Desa Marga, Tabanan, Kamis (20/11/2025).
Pasukan Napak Tilas tiba dan ikut upacara Peringatan Hari Puputan Margarana di Monumen Taman Pujaan Bangsa, Desa Marga, Tabanan, Kamis (20/11/2025). (Foto: Aryo Mehendro/detikBali)
Gianyar -

Pagi masih basah ketika rombongan Napak Tilas Pahlawan Nasional Letkol I Gusti Ngurah Rai 2025 memasuki Gianyar. Sebanyak 20 personel inti yang sehari sebelumnya berangkat dari Jembrana, kembali berdiri tegak setelah menembus hujan yang mengguyur perjalanan mereka sejak ujung barat Bali.

"Basah semua. Pasukan pengusung juga basah semua," kata Koordinator Tim Napak Tilas 2025, Rai Riawati, saat ditemui di Alun-alun Gianyar, Minggu (16/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka tiba pukul 07.55 Wita. Dari jeep-jeep tua yang membawa rombongan itu, dua barisan langsung terbentuk: satu membawa pataka, panji, dan surat sakti di atas tandu berhias seperti tempat sesaji; satu lagi barisan loreng yang bergerak ke sisi utara alun-alun.

Cuaca cerah, setidaknya kali ini. Upacara penyerahan pataka dan pelepasan tim dapat berlangsung tanpa gangguan. Namun tak semuanya berjalan mulus. Seorang anggota tim bernama Rara, siswa SMKN Sukawati, tiba-tiba roboh di barisan-dugaan kelelahan setelah perjalanan panjang.

ADVERTISEMENT

Meski ada insiden itu, upacara tetap tuntas. Tim kembali bergerak ke titik-titik penting di Gianyar seperti Tugu Pahlawan Batubulan dan Taman Makam Pahlawan Kerta Kirttya Mandala.

"Sekarang upacara penyerahan surat sakti, pataka, dan panji. Ditandai penandatanganan penyerahan dari Gianyar ke Denpasar. Tadi memang ada yang pingsan. Namanya, Rara," ujar Rai.

Diguyur Hujan dari Jembrana Sampai Bangli

Penandatanganan serah terima pataka dan surat sakti oleh tim Napak Tilas 2025 dan Wakil Bupati Gianyar Anak Agung Gde Mayun di alun-alun Gianyar, Minggu (16/11/2025).Penandatanganan serah terima pataka dan surat sakti oleh tim Napak Tilas 2025 dan Wakil Bupati Gianyar Anak Agung Gde Mayun di alun-alun Gianyar, Minggu (16/11/2025). Foto: Aryo Mahendro/detikBali

Rai menceritakan bahwa hujan deras terus mengikuti mereka sejak Jembrana, Karangasem, Klungkung, hingga Bangli. Bahkan di Karangasem, seluruh peserta upacara, termasuk pejabat daerah, basah kuyup.

"Itu situasinya hujan lebat, kami masih upacara semua. Pak Sekda Karangasem meminta tenda dibongkar. Jadi, pak sekda dan pejabat lain, semuanya hujan-hujanan," kata Rai.

Namun cuaca buruk tak meredakan semangat mereka. Setiap kabupaten yang disinggahi memiliki dua sampai lima titik napak tilas yang harus disambangi. Di sana, selain upacara dan sembahyang, tim mengisi dialog sejarah mengenai Puputan Margarana dan sepak terjang Letkol Ngurah Rai bersama pasukan Ciung Wanara.

"Bercerita tentang sejarah bagaimana perang Puputan Margarana kepada anak-anak sekolah. Dari unsur TNI, pemerintah daerah, dan kepemudaan yang membawakan," ujarnya.

Rute Baru, Napak Tilas Baru

Pasukan Napak Tilas tiba dan ikut upacara Peringatan Hari Puputan Margarana di Monumen Taman Pujaan Bangsa, Desa Marga, Tabanan, Kamis (20/11/2025).Pasukan Napak Tilas tiba dan ikut upacara Peringatan Hari Puputan Margarana di Monumen Taman Pujaan Bangsa, Desa Marga, Tabanan, Kamis (20/11/2025). Foto: Aryo Mehendro/detikBali

Tahun ini, rute Napak Tilas 2025 berbeda. Beberapa titik benar-benar baru, meski tetap berkaitan dengan jalur gerilya Ngurah Rai dan 1.300 lebih pasukannya saat menghadapi NICA.

"Karena rutenya baru jadi saya kurang hafal dengan nama-nama titiknya," kata Rai.

Sejumlah monumen yang menjadi tujuan rombongan adalah lokasi-lokasi bersejarah yang menyimpan jejak pertempuran sporadis pasukan Ciung Wanara. Salah satunya adalah Monumen Lembah Merdeka atau Monumen Perjuangan Desa Gelar Batuagung, tempat strategi perang sempat disusun oleh Kapten Markadi dan pasukan M-pendukung operasi Resimen Sunda Kecil.

"Katanya, pasukan Ngurah Rai menyusun strategi di situ," jelas Rai.

Rute baru ini dipilih agar monumen-monumen di tiap kabupaten bisa kembali disentuh dan dikenal publik.

"Supaya semua monumen-monumen di tiap kabupaten itu tersentuh," katanya.

Pelajaran untuk Generasi Muda

Pasukan Napak Tilas tiba dan ikut upacara Peringatan Hari Puputan Margarana di Monumen Taman Pujaan Bangsa, Desa Marga, Tabanan, Kamis (20/11/2025).Pasukan Napak Tilas tiba dan ikut upacara Peringatan Hari Puputan Margarana di Monumen Taman Pujaan Bangsa, Desa Marga, Tabanan, Kamis (20/11/2025). Foto: Aryo Mehendro/detikBali

Bagi Rai, napak tilas ini bukan hanya ritual sejarah. Ada pesan besar yang ingin diwariskan: semangat pantang mundur Letkol Ngurah Rai dan tekad pasukannya yang tak pernah padam.

"Yang jadi panutan adalah semangat beliau yang pantang mundur. Itu yang saya rasakan sekarang," kata Rai.

Rai menilai, generasi muda hari ini mulai jauh dari pemahaman sejarah. Banyak yang tak mengenal detail perjuangan Ngurah Rai.

"Ya memang kita harus pelan-pelan mensosialisasikan. Karena mindset anak-anak sekarang sudah berbeda. Terlalu banyak gadget," ujarnya.

Melalui perjalanan napak tilas dari Jembrana hingga Tabanan, Rai berharap ada percikan semangat yang tertanam kembali.

"Itulah tugas kami mensosialisasikan apa itu perjuangan para pahlawan, untuk anak-anak kita," katanya.

Halaman 2 dari 4


Simak Video "Video: Bandara Ngurah Rai Bali Remang-rmang Buntut Listrik Padam "
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads