Bambang Pranoto dan Revolusi Minyak Herbal Sanga Sanga

detikBali Awards 2025

Bambang Pranoto dan Revolusi Minyak Herbal Sanga Sanga

I Dewa Made Krisna Pradipta - detikBali
Rabu, 19 Mar 2025 12:12 WIB
Bambang Pranoto alias Babe Pranoto, pemilik perusahaan Minyak Sanga Sanga. (Foto: Dok. Bambang Pranoto)
Bambang Pranoto alias Babe Pranoto, pemilik perusahaan Minyak Sanga Sanga. (Foto: Dok. Bambang Pranoto)
Gianyar -

Bambang Pranoto alias Babe Pranoto memilih berjiwa besar dengan menanggalkan jenama Kutus Kutus yang telah populer dan menggantinya menjadi Sanga Sanga. Minyak Sanga Sanga adalah produk dari PT Kutus Kutus Herbal, produsen minyak herbal yang berbasis di Desa Bakbakan, Gianyar, Bali.

Selama 10 tahun berkibar dengan nama Kutus Kutus, produk minyak herbal racikan Babe Pranoto sudah terjual sebanyak 50 juta botol. Babe Pranoto menganggap rebranding dengan nama Sanga Sanga seperti naik kelas, yakni dari kutus (delapan) menjadi sanga (sembilan).

"Sanga dalam bahasa Bali berarti sembilan. Ini seperti takdir dari alam," tutur Babe Pranoto kepada detikBali, Selasa (19/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Babe Pranoto mengungkapkan Minyak Kutus Kutus atau yang kini menjadi Minyak Sanga Sanga tak terlepas dari kejadian yang sempat menimpanya di masa lampau. Suatu hari, kaki Babe Pranoto lumpuh. Ia pun mencari obat agar bisa sembuh.

"Dari kejadian itulah kemudian Minyak Kutus Kutus lahir. Ini murni karena insiden itu, bukan karena niat untuk berjualan minyak obat," imbuh Babe Pranoto.

ADVERTISEMENT

Minyak Kutus Kutus racikan Babe Pranoto mulai diperjualbelikan sejak 2013. Ia kemudian melepaskan merk Kutus Kutus menjadi Sanga Sanga pada 8 Desember 2023, tepat di hari ulang tahun ke-10 perusahaan yang dia dirikan.

Saat ini, perusahaan Babe Pranoto memiliki seribu lebih karyawan dari seluruh Indonesia. Menurut dia, tantangan dari bisnis tersebut bukan berasal dari bahan baku maupun kompetitor. Justru, dia berujar, tantangan itu hadir karena faktor internal.

"Pengkhianatan dan produk palsu. Dua itu menjadi tantangan kami dalam menjalankan bisnis ini. Bahkan saya koleksi produk-produk palsu itu. Kalau harga minyak di bawah harga standar kami, sudah pasti palsu," ujarnya seraya membeberkan kisaran harga Minyak Sanga Sanga mulai dari Rp 170 ribu.


Inovasi Produk Minyak Herbal

Minyak Sanga Sanga racikan Babe Pranoto dibuat menggunakan bahan baku herbal yang didapatkan dari pemasok lokal maupun luar Bali. Pada awal berdirinya, Babe Pranoto mendapatkan bahan baku tersebut di Pasar Badung.

Bambang Pranoto mengungkapkan Minyak Kutus Kutus asli buatan dirinya diracik menggunakan 69 bahan herbal. Setelah bertransformasi menjadi Minyak Sanga Sanga, ia berinovasi lewat produk Sanga Sanga Klasik dan Sanga Sanga Ultimate.

Adapun, Sanga Sanga Klasik menggunakan 77 bahan herbal dan Sanga Sanga Ultimate menggunakan 140 bahan herbal. Menariknya, Babe Pranoto juga menggunakan bahan kekinian seperti lavender dan bunga pudak pada produk Sanga Sanga Ultimate.

"Kami sempat mendapat kritik karena aroma Sanga Sanga Klasik itu katanya mirip bau mbah-mbah. Jadi, kami merilis produk baru yang kekinian. Memang bau rempahnya masih ada, tapi lebih kekinian dengan adanya bunga lavender dan bunga pudak itu," imbuh pria berusia 77 tahun itu.

Produk minyak herbal Sanga Sanga. (Foto: Dok. Istimewa)Produk minyak herbal Sanga Sanga. (Foto: Dok. Istimewa)

Selain minyak herbal, perusahaan Babe Pranoto juga memproduksi kosmetik serta skincare berbahan dasar herbal. Babe menuturkan produk kosmetik buatannya melalui proses ekstrak bahan herbal.

"Bahan-bahan herbal itu diekstrak dan menjadi bahan kimia. Nah, itulah yang kami jadikan bahan untuk kosmetik maupun skincare. Bukan murni langsung dari bahan kimia," ujar Babe Pranoto.

Babe Pranoto menyebut proses pembuatan minyak tersebut sangat sederhana. Pertama, bahan baku ditumbuk. Setelah itu, hasil tumbukan tersebut dimasak menggunakan minyak kelapa dengan suhu tertentu.

Setelah proses itu selesai, hasil memasak bahan baku kemudian disaring dan dicampurkan dengan beberapa minyak esensial seperti kayu putih, cengkeh, serai, dan lainnya. Minyak yang sudah jadi kemudian didiamkan minimal selama 24 jam. Barulah kemudian dikemas atau dimasukkan ke dalam botol.

Bambang mengeklaim proses produksi produk Sanga Sanga tidak menghasilkan limbah alias zero waste. Sebab, hasil pemrosesan minyak itu kemudian diolah kembali menjadi bubuk untuk bahan baku sabun.

Rambah Pasar Eropa

Produk minyak herbal Sanga Sanga tak hanya laris di dalam negeri. Minyak herbal racikan Babe Pranoto itu juga telah merambah pasar Eropa. Bahkan, perusahaan tersebut membeli sebuah kastil di Belanda.

"Alasan memilih Belanda karena produk Indonesia yang paling gampang masuk ke Eropa melalui Belanda serta faktor hubungan emosional antara Indonesia dengan Belanda sejak dulu," ujar Babe Pranoto.

Menurut Babe Pranoto, saat ini ada sekitar 1,7 juta diaspora Indonesia yang tinggal di Belanda. Ia menilai hal itu juga menjadi faktor produk Sanga Sanga diminati di luar Negeri Kincir Angin itu. "Syukurnya produk kami sangat diterima di luar negeri," imbuhnya.

Beberapa produk kosmetik Sanga Sanga yang berbahan herbal.Beberapa produk kosmetik Sanga Sanga yang berbahan herbal.

Di sisi lain, Bambang Pranoto masih enggan untuk mengekspansi pasar Asia. Menurutnya, negara-negara di Asia sudah memiliki minyak tradisional masing-masing.

Meski telah merambah pasar luar negeri, Bambang Pranoto memiliki konsep berbagi dalam mengembangkan bisnisnya. Bagi dia, Sanga Sanga tak hanya tentang perdagangan minyak herbal. Ia berharap produk tersebut dapat membantu perekonomian orang-orang yang tergabung di dalamnya.

"Bahkan distributor kami mendapatkan keuntungan lebih besar dari pada ongkos produksi kami. Karena kami tidak berjualan langsung, melainkan melalui distributor. Kembali karena saya mengusung konsep berbagi itu," ujarnya.

Salah satu konsumen Minyak Sanga Sanga, Kadek Novi Kumala Pratiwi, mengaku mengenal produk ini sejak SMP. Perempuan berusia 26 tahun itu berkenalan dengan minyak herbal tersebut dari orang tuanya.

Novi lebih sering memakai Sanga Sanga Klasik karena rempahnya lebih terasa. Menurutnya, minyak herbal tersebut berkhasiat untuk mengatasi perut kembung, sakit leher, keseleo, bahkan untuk relaksasi.

"Meskipun dari segi harga lebih mahal dari merk lain, tapi yang dicari kan kualitas. Ada harga ada kualitas," tutur Novi.




(iws/gsp)

Hide Ads