Indahnya Toleransi di Bali, Etnis Tionghoa Gelar Barongsai di Pura

Buleleng

Indahnya Toleransi di Bali, Etnis Tionghoa Gelar Barongsai di Pura

Made Wijaya Kusuma - detikBali
Sabtu, 01 Feb 2025 11:25 WIB
Etnis tionghoa di Desa Adat Galiran, Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, Bali, mempersembahkan pertunjukan Barongsai di Pura Desa Adat setempat, Jumat (31/1/2025) malam.
Etnis tionghoa di Desa Adat Galiran, Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, Bali mempersembahkan pertunjukan Barongsai di Pura Desa Adat setempat, Jumat (31/1/2025) malam. (Foto: Made Wijaya Kusuma/detikBali)
Buleleng -

Etnis Tionghoa di Desa Adat Galiran, Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, Bali, menggelar pertunjukan barongsai di Pura Desa Adat Galiran pada Jumat (31/1/2025) malam. Pertunjukan ini merupakan bentuk rasa terima kasih atas toleransi yang selama ini telah terjaga antara komunitas Tionghoa dengan warga desa adat.

Jro Karang Sadnyana mengatakan pertunjukan barongsai ini baru pertama kali diadakan karena piodalan di pura desa bertepatan dengan perayaan Tahun Baru Imlek. Acara ini diadakan secara swadaya sebagai bentuk penghormatan kepada warga desa adat.

"Sekarang nanggap barongsai, kebetulan dalam sejarah keberadaan keluarga saya di sini belum pernah Tahun Baru Imlek bertepatan dengan piodalan di Kayangan Tiga atau pura desa. Sehingga ini menjadi momen istimewa dan akhirnya ada inisiatif untuk ngaturang seni barongsai, sebagai hiburan dalam rangka piodalan desa," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Persiapan barongsai tidak direncanakan. Begitu momen bertepatan pada hari yang sama, ada ide spontanitas dari keluarga untuk memasang lampion dan mempersembahkan barongsai sebagai hiburan. Respon desa adat terbuka," imbuhnya.

Karang mengungkapkan keluarganya telah tinggal di Desa Adat Galiran sejak tahun 1920-an. Kakeknya, Oei Cukwan, datang dari Kalimantan ke Singaraja bersama rombongan keluarga dan menetap di wilayah Desa Adat Galiran.

ADVERTISEMENT

"Satu orang yang waktu itu jualan sampai di sini, di Desa Adat Galiran. Saat berjualan kopra (kelapa), rempah, dan hasil bumi. Di sini bertemu dengan tokoh spiritual Jro Made Karang dan kakek saya Oei Cukwan, nikah dengan anaknya Jro Made Karang, Ni Made Suati," jelasnya.

Sejak saat itu, kakeknya menetap dan memiliki lima anak, yaitu Oei So Tien, Oei So Ling, Oei So Hun, Oei Lam Cuan, dan Oei So Kyu.

"Mereka sudah menetap di sini sejak kakek saya, ikut aktif ngayah seperti krama desa adat pada umumnya. Dan ini diteruskan paman saya (Oei Lam Cuan). Bahkan, beliau dulu diangkat sebagai juru patus desa, tukang masak setiap ada kegiatan upacara, hingga meninggal tahun lalu," ujarnya.

Pantauan detikBali di lokasi, warga sangat antusias menyaksikan pertunjukan barongsai. Banyak warga membawa anak-anak untuk menonton pertunjukan yang jarang terjadi di area pura desa adat.

Karang menegaskan bahwa pertunjukan ini telah mendapat izin dari Desa Adat Galiran. Sebelum acara dimulai, keluarga lebih dahulu melakukan mepiuning, yaitu permohonan izin kepada leluhur agar pertunjukan Barongsai dapat digelar dengan lancar di area jaba pura.

"Ini sebagai persembahan perwujudan rasa terima kasih keluarga karena diterima dengan baik. Dan kami merasa terhormat karena dihargai sebagai orang Tionghoa yang lahir, hidup, dan mati di sini. Ini murni yadnya, ngaturang," katanya.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads