Cerita Legenda Si Beru Dayang dari Karo Lengkap dengan Nilai Moralnya

Cerita Legenda Si Beru Dayang dari Karo Lengkap dengan Nilai Moralnya

Amanda Amelia - detikSumut
Jumat, 08 Sep 2023 20:00 WIB
Ilustrasi legenda Si Beru Dayang. (Foto: YouTube Aron Arts)
Ilustrasi legenda Si Beru Dayang. (Foto: YouTube Aron Arts)
Karo -

Si Beru Dayang merupakan cerita rakyat dari suku Karo dengan kisah tentang asal muasal padi di Karo, Sumatera Utara. Kisah ini berawal dari Beru Dayang yang merupakan anak yatim yang tinggal bersama ibunya.

Dilansir dari Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebuayaan Depertemen Pendidikan dan Kebuayaan, kisah ini berawal dari Beru Dayang yang meninggal dunia di pangkuan ibunya karena kelaparan.

Oleh warga jasad Si Beru dikuburkan di pemakaman desa. Tak lama setelah Beru Dayang dimakamkan, sang ibu memilih untuk bunuh diri atau mengakhiri hidupnya karena sedih yang berkepanjangan usai ditinggalkan anaknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah Beru Dayang dan ibunya tiada, Karo pun mulai dilanda krisis kelaparan. Dan karena itu banyak warga yang berupaya mengais apa pun untuk bisa makan.

Hingga suatu saat ada warga yang menemukan tanaman mirip labu, dengan perasaan aneh, akhirnya buah itu dibawa ke pulang ke rumah hingga diketahui sang raja.

ADVERTISEMENT

Raja saat itu pun merasa penasaran dengan nama buah yang tak pernah mereka temui itu, Tak berapa lama kemudian terdengar suara gaib yang menyebutkan bahwa buah itu merupakan jelmaan Beru Dayang.

Maka sejak hari itu dipelihara orang lah Si Beru dayang. Suara gaib itu memerintahkan agar buah itu dipotong-potong dan ditanam ke tanah, akhirnya tak berapa lama kemudian hujan turun hingga tanah yang kering itu mendadak basah seketika.

Raja kemudian memberikan nama Si Beru Dayang ketika tanaman itu masih berbentuk bibit. Saat berumur enam hari diberi nama si Beru Dayang Merengget-engget, ketika berumur sebulan diberi nama si Beru Dayang Meleduk Si Beru Dayang Burnis.

Pada waktu itu tibalah waktu menaburi padi. Yang menaburi padi itu adalah tiga pemuda dan tiga anak gadis. Semuanya berpakaian rapi dan bagus.

Si pemuda membawa kitang yang berisi air tawar, si gadis membawa tumba beru-beru yang berisi tawar daun simalem-malem, daun-daun kalinjuang.

Setiap menaburi padi dengan air beserta ramuan-ramuan itu tadi si gadis berseru: "Bangunlah engkau hari Beru Dayang, suburlah engkau, kami datang bersenang-senang, oleh karena itu suburlah engkau!"

Pada waktu padi berkembang ia diberi makan, persis seperti manusia memberi makan anak perempuan yang sedang hamil tua. Dibuatkanlah makanan yang enak seperti, gading, lemang, ikan emas dan lain-lain.

Beberapa orang tua pergi ke tengah-tengah padi membawa makanan yang telah disiapkan. Lalu berserulah orang tua itu memanggil padi.

"Mari Beru Dayang berkumpullah engkau semua, jangan terkejut engkau kami beri makan, makanan yang enak, bangunlah engkau, keluarlah buahmu seperti yang dikehendaki namamu sekarang Beru Dayang La Simbaken"

Setelah buah padi keluar diberi nama lah si Beru Dayang Kumarkar Dunia. Setelah buah padi berisi air dinamakanlah si Beru Dayang Terhine-hine. Setelah buah padi berisi maka datang pula orang tua pemilik ladang yang membawa tapak sirih lengkap dengan isinya, telur ayam, dan beras ke tengah ladang.

Setelah sampai di tengah ladang, lalu ia menarik tiga rumpun padi dan mengikatnya menjadi satu. Diletakkanlah tapak sirih beserta isinya. Isi tapak sirih itu berisi beras dan telur ayam tadi diletakkan di bawah padi yang diikatnya.

Kemudian ia pun makan sirih di tempat itu. Setelah ia selesai makan sirih itu lalu ia pun berseru. "Sekarang engkau bernama Beru Dayang Pemegahken, karena buahmu telah berisi."

Setelah itu mereka pun pulang ke rumah dengan membawa semua yang diletakkannya di bawah padi tadi yaitu tarak sirih beserta isinya, telur ayam dan beras. Setelah masa menuai padi hampir tiba, diadakanlah pesta memberi makan padi yang dinamai "merek page" diundanglah semua keluarga, bersama-sama berpesta makan besar.

Setelah selesai makan maka orang-orang tua berangkat ke ladang memberi makan padi. Sampai di tempat dikelilingi lah padi di ladang itu sambil berseru.

"Makanlah engkau, sudah kami siapkan makanan mu dan sekarang engkau bernama Si Beru Dayang Patunggungken."

Setelah padi selesai diberi makan mereka kembali ke rumah. Sampai di rumah ditetapkan mereka lah hari menuai padi. Setelah menuai padi tiba, berkumpul lah semua orang ke ladang untuk menuai padi. Di tempat itu berseru pula lah orang-orang tua itu.

"Sekarang engkau kami tuai, namamu sekarang Si Beru Dayang Pepulungken."

Setelah selesai dimulailah memotong padi. Setelah selesai dipotong lalu diirik yang kemudian dikumpulkan padi itu menjadi satu lalu berseru pula lah orang-orang tua itu.

"Sekarang engkau kami satukan, menjadi banyaklah engkau, menggununglah engkau, namamu sekarang si Beru Dayang Petambunen."

Setelah selesai lalu dianginin, setelah selesai dianginin barulah dibawa ke rumah. Yang membawa ke rumah adalah pemuda dan anak gadis tadi sambil beriring-iringan. Setelah sampai di rumah di beri nama lah Si Beru Dayang Pasinteken.

Setelah padi menjadi banyak karena selalu subur, terjadilah perang, saling bermusuhan, maka dari itu manusia tidak perlu lagi payah-payah mencari makanan untuk esok lusanya. Tetapi, karena peperangan yang begitu lamanya, maka padi itu pun dibakar.

Setelah padi itu habis maka aman pulalah keadaan kembali. Tiga kali terjadi keributan maka tiga kali pula si Beru Dayang mendatangi manusia untuk memberi benih padi. Pada yang ketiga kalinya si Beru Dayang memberikan petuah kepada manusia, ia berkata.

"Jika waktu menanam tiba ataupun waktu memasukkannya ke dalam lumbung, tepatlah setelah menanam padi tanamlah jawawut, jali kacang merah dan labu. Bibit padi mintalah nanti kepada Kalimbubu agar padi subur. Benih Jawawut dan Jali mintalah kepada anak beru dan tanamlah nanti di sekeliling ladang karena sangat besar tanggung jawabnya kepada keluarga kalimbubu agar jangan retak rumah tangganya. Dan anak beru itulah yang menjadi pagar seandainya ada niat buruk orang"

Nilai Moral Cerita Beru Dayang di Halaman Berikutnya...

Nilai Moral Pada cerita Si Beru Dayang:

1. Berbuat Baik ke Semua Orang

Ketika kita berbuat baik kepada semua orang tanpa memandang bulu, kita menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk kita semua. Setiap tindakan kecil kebaikan dapat berdampak besar dalam kehidupan orang lain. Jadilah sumber kebaikan di dunia ini, dan biarkan cahaya kebaikanmu bersinar terang.

2. Sadar Bahwa Manusia Adalah Mahluk Sosial

Kita sebagai manusia adalah makhluk sosial yang saling terhubung. Terkadang, kita mungkin merasa mandiri, tetapi sejatinya, kita semua membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang lain. Sadarlah bahwa memberikan bantuan dan menerima bantuan adalah bagian alami dari kehidupan. Jadi, hargailah hubungan sosialmu, berikan dukungan kepada yang lain, dan jadilah sosok yang siap menerima bantuan saat kamu mengancam.

3. Berperilaku Baik ke Makhluk Hidup Termasuk Tumbuhan

Untuk menjaga keseimbangan dan keberlanjutan alam, mari berlaku baik kepada tumbuhan. Dengan menjaga tumbuhan padi, kita tidak hanya memastikan ketersediaan makanan, tetapi juga menghormati kerja keras para petani. Ingatlah, menjaga alam adalah bentuk kebaikan kepada semua makhluk hidup dan masa depan generasi mendatang.

Artikel ini ditulis Amanda Amelia, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.



Simak Video "Video: KPK Tetapkan 5 Tersangka Terkait OTT di Sumut"
[Gambas:Video 20detik]


Hide Ads