Dia berharap ada kompensasi harga untuk anak sekolah jika menggunakan baju Melayu tersebut. Sehingga anak sekolah dapat menikmati dan memakai baju itu.
"Karena kan saya sudah beberapa kali bawa anak-anak kemari, uang dia pas-pasan aja, kalau tadi orang dewasa ya nggak apa-apa, tapi harusnya untuk anak sekolah beda," tutupnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Rafsyanjani sebagai salah satu pengelola sekaligus keturunan Kesultanan Deli tak menampik kondisi Istana Maimun yang disebut mirip pasar. Namu, dia tidak bisa banyak memberi penjelasan. Sebab orang yang berjualan di dalam Istana Maimun adalah keturunan Kesultanan Deli.
"Kalau pendapat saya sendiri, saya juga keturunan, saya juga pengelola di sini saya tidak bisa berkata apa-apa karena semua juga keluarga saya juga," kata Rafsyanjani.
Upaya untuk memindahkan lokasi jualan ke luar Istana Maimun ternyata sudah pernah dilakukan. Namun, karena merasa sesama ahli waris, maka mereka menolaknya.
"Sebenarnya ini sudah ada yang ingin dibikin di luar, ibaratnya dirapikan lah gitu supaya ini (Istana Maimun) bisa dieksplor para tamu, tapi karena mereka keluarga mereka merasa ahli waris juga, alasannya kita tahu mencari rezeki," tutupnya.
(astj/astj)