Tak banyak yang tahu di Sumatera Utara, tepatnya di Jl. William Iskandar Ps. V, Kec. Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara terdapat museum yang terbilang unik. Museum Al-Qur'an Sumut namanya, buka dari Senin sampai Sabtu pukul 09.00 sampai 17.00 WIB.
Ichwan Azhari, sejarawan Sumatera Utara, adalah penggagas Museum Al-Qur'an Sumut. Bermula dari MTQ Nasional tahun 2018 yang diadakan di Gedung Serbaguna Sumut, beberapa koleksi dari Museum Alquran Sumut dipamerkan.
Museum ini memiliki berbagai koleksi sejarah yang terbilang lengkap. Terdapat artefak, botol-botol parfum kuno, mushaf kuno, koin langka dari beberapa negara, dll.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat didatangi detikSumut, Jura, Staf Museum Alquran Sumut menjelaskan awal berdirinya museum tersebut akibat munculnya kekhawatiran dari koleksi yang tersedia tidak mendapatkan tempat ekspos memadai.
"Awalnya berdiri museum ini dari MTQ 2018. MTQ Nasional di belakang museum ini. Kebetulan pemilik museum ini (Ichwan Azhari) kenal dengan Sekda Sumut, Ibu Sabrina namanya," kata Jura, Kamis (19/1/2023).
Pada waktu itu, ada kecemasan selepas MTQ Nasional 2018 selesai, koleksi sejarah dari museum akan kemana dialihkan. Maka pada 2019, akhirnya Museum Alquran Sumut diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi.
Jura menjelaskan awal berdirinya Museum Al-Qur'an Sumut masih minim koleksi. Namun dari berbagai upaya pengelola museum, sedikit demi sedikit koleksi terkumpul semakin banyak.
"Awalnya yang ada hanya mushaf-mushaf ini. Belum ada artefak," sebutnya.
Hingga saat ini, Museum Al-Qur'an Sumut telah memiliki berbagai peninggalan peradaban Islam yang ada di Sumatera Utara. Pengunjung bisa melihat adanya situs-situs artefak dari abad 7 milik situs Bongal.
Selain itu ada mushaf-mushaf yang dibuat pada zaman yang berbeda dengan keunikannya masing-masing. Seperti mushaf tertua dan misteri Kolofon tahun 1070 H/1074 H.
Jura menjelaskan mushaf misteri Kolofon diperkirakan berusia 370 tahun. Hal itu diperkuat dengan adanya kolofon yang termaktub dalam mushaf yang ditulis oleh penulisnya.
"Terbaru ini koin-koin kerajaan," sambungnya.
Seluruh koleksi yang ada di Museum Alquran Sumut menurut penjelasan Jura didapat dari sumbangan kolektor, warga yang memiliki koleksi sejarah tetapi tak tahu bagaimana merawatnya, dan milik pribadi ketua Museum Al-Qur'an Sumut, Ichwan Azhari.
Minimnya perhatian pemerintah daerah
Dalam merawat seluruh koleksi yang ada, Jura menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan sangatlah terbilang sederhana. Layaknya mushaf-mushaf yang ada dirawat dengan air yang diletakkan di dalam kotak.
"Sebenarnya ada perawatan yang lebih bagus, tapi karena museum ini digerakkan dengan lembaga, maka hanya ini yang bisa dilakukan," jelasnya.
Sebagai situs sejarah yang cukup penting, Museum Al-Quran Sumut masih terbilang kurang perhatian dari pemerintah daerah. Pantauan detikSumut melihat dari segi bangunan yang masih menumpang di Gedung Serbaguna dan kecilnya ruang yang disediakan.
Padahal, museum ini banyak dikunjungi kolektor hingga peneliti yang ingin mengulas terkait peradaban Islam di Sumatera Utara.
Saat dimintai keterangan hal tersebut, Jura menjelaskan bahwa sebagai sekelas situs sejarah yang khusus melestarikan peradaban Islam di Sumatera Utara, pemerintah daerah harusnya memberikan perhatian lebih.
"Ya kalau bisa kita punya gedung sendiri. Kalau bisanya lagi yang berlokasi di pusat Kota Medan karena kan ini termasuk situs yang penting di Sumut," tutupnya.
(afb/afb)