Masyarakat Aceh hari ini memperingati 18 tahun tsunami meluluhkanlantakkan provinsi paling barat Indonesia itu. Bagi traveler yang sedang di Banda Aceh, ini lima tempat mengenang bencana dahsyat tersebut.
Bencana tsunami yang melanda Aceh pada Minggu 26 Desember 2004 silam diawali gempa bermagnitudo 9,3. Gempa itu terjadi sekitar pukul 07.59 WIB. Dalam hitungan menit setelah lindu, air laut menyapu daratan dan meratakan sebagian wilayah Aceh.
Khusus di Banda Aceh, ada sejumlah situs tsunami yang dapat menggambarkan bencana yang menewaskan sekitar 230 ribu jiwa itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut lima situs untuk mengenang dahsyatnya tsunami 18 tahun silam:
1. Museum Tsunami
Bangunan Museum Tsunami Aceh terletak di kawasan Blang Padang, Kota Banda Aceh. Museum yang dirancang Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil itu memiliki konsep rumoh Aceh. Sebagai referensi utamanya adalah nilai-nilai Islam, budaya lokal, dan abstraksi tsunami.
Lantai paling dasar Museum Tsunami Aceh dibuat sebagai ruang terbuka yang berfungsi untuk ruang publik sekaligus memberi jarak aman terhadap ancaman datangnya gelombang Tsunami. Sedangkan motif dinding bagian luar bangunan diadaptasi dari Tari Saman yang merupakan simbol kekuatan, kedisiplinan, dan kepercayaan religius masyarakat Aceh.
Masuk ke dalam gedung, pengunjung akan mendapati sebuah lorong vertikal menjulang di tengah bangunan menyerupai cerobong. Setelah itu, ada ruang bernama The Light of God yang terdapat nama-nama korban Tsunami Aceh.
Museum ini menyimpan 6.038 koleksi. Koleksi tersebut dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu koleksi etnografika, arkelogika, biologika, teknologika, keramonologika, seni rupa, numismatika dan heraldika, geologika, filologika, serta historika dan ruang audio visual.
![]() |
2. Kapal PLTD Apung
Lokasi kapal PLTD Apung terletak di Punge Blang Cut, Banda Aceh. PLTD Apung merupakan kapal generator listrik milik PLN.
Saat tsunami menerjang, kapal itu terbawa ke daratan sejauh sekitar lima kilometer dari tempat berlabuh di Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh.
Saat tsunami meluluhlantakkan Aceh, tak sedikit warga yang selamat akibat menumpangi kapal itu. Warga yang berada di atas rumah langsung lompat ke atas kapal kala melihat kapal itu sedang digiring air laut ke daratan.
Kini, kapal yang dulunya difungsikan sebagai pembangkit listrik itu sudah menjadi sebagai salah satu objek wisata tsunami di bumi serambi Mekkah. Saban hari, ratusan pengunjung berdatangan ke kapal ini untuk menyaksikan dahsyatnya tsunami yang meluluhlantakkan Aceh 18 tahun silam itu.
Objek wisata kapal apung ini resmi dibuka kembali untuk umum sejak 4 April 2012. Rehab lokasi itu dimulai Juli 2011 silam dengan dana dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Setelah rehab itu, situs tsunami ini sudah memiliki pagar dan bangunan yang lebih tertata.
![]() |
Baca situs mengenang tsunami selengkapnya...
3. Kapal di Atas Rumah
Kapal di atas rumah berlokasi di Desa Lampulo, Banda Aceh. Kapal ini juga terdampar akibat dahsyatnya tsunami melanda Aceh kala itu. Kapal itu milik nelayan di daerah tersebut.
Kala tsunami menerjang, bak Perahu Nabi Nuh, kapal itu ikut menyelamatkan 56 warga setempat. Mereka berlindung ketika kapal itu sudah 'parkir' di atas rumah seorang warga.
Perahu itu kini dikelola menjadi sebuah destinasi wisata yang diberi nama 'Boat di Atas Rumah'. Tidak sedikit pelancong baik dari dalam negeri mau pun luar negeri datang untuk melihat sendiri fenomena itu.
![]() |
4. Kuburan Massal Ulee Lheue
Masyarakat yang berada di Banda Aceh juga dapat berziarah ke kuburan massal yang berlokasi di Ulee Lheue Banda Aceh. Lokasi kuburan ini berada di halaman bekas Rumah Sakit Umum Meuraxa yang rusak parah terkena hempasan gelombang laut.
Tidak ada nisan di sana, karena sulitnya mengenali korban dan terbatasnya waktu. Kuburan di sana ditandai sebagai kuburan dewasa dan anak-anak.
![]() |
5. Masjid Baiturrahim
Masjid Baiturrahim menjadi saksi bisu dahsyat bencana tsunami. Masjid yang terletak di bibir pantai Ulee Lheue, Banda Aceh hanya mengalami rusak ringan.
Masjid ini dibangun pada abad ke-17 dan merupakan peninggalan Kesultanan Aceh. Awalnya, masjid ini pada tahun 1873 menjadi tempat relokasi sementara jemaah Masjid Baiturrahman Banda Aceh. Saat itu Masjid Baiturrahman Banda Aceh terbakar saat peristiwa pengusiran Pasukan Royal Belanda oleh masyarakat Aceh.
Pasca tsunami, masjid ini menarik perhatian traveler dari berbagai belahan dunia. Masjid itu juga menjadi salah satu lokasi wisata religi di Tanah Rencong.
Pengunjung yang datang ke Masjid Baiturrahim biasanya tidak sekadar berfoto tapi juga menyempatkan diri untuk melakukan salat. Pengurus masjid dan Pemerintah Kota Banda Aceh pun telah menyediakan fasilitas informasi bagi pengunjung.
Simak Video "Video: 20 Tahun Tsunami Aceh Berlalu"
[Gambas:Video 20detik]
(agse/nkm)