Cerita rakyat menjadi bagian penting dari identitas budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Cerita tersebut mengandung pengetahuan tentang sejarah dan nilai-nilai yang bermanfaat untuk berbagai lapisan masyarakat.
Nah, ada cerita rakyat menarik yang berasal dari Kepulauan Riau dan memiliki banyak pesan bagi pembacanya. Melansir buku Cerita Rakyat Nusantara 34 Provinsi oleh Dini Ayu, berikut cerita rakyat Putri Pandan Berduri beserta nilai kearifan lokalnya.
Cerita Rakyat Putri Pandan Berduri
Pada zaman dahulu, hiduplah sekelompok Suku Laut di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, yang dipimpin oleh Batin Lagoi. Dia adalah seorang lelaki santun yang senantiasa memimpin orang-orang dengan adil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suatu hari, Batin Lagoi sedang berjalan menyusuri pantai dan tak sengaja mendengar suara tangisan bayi. "Anak siapa yang menangis di tempat seperti ini?" pikirnya heran sambil melihat sekeliling.
Tak menemukan siapapun, Batin Lagoi memutuskan untuk meneruskan langkahnya. Namun, tiba-tiba saja dia kembali mendengar suara tangisan bayi yang lebih jelas dari dalam semak-semak pandan.
"Astaga! Siapa gerangan yang meletakkan bayi di sini?" kaget Batin Lagoi hingga jatuh tersungkur di tanah. Seorang bayi perempuan tampak terbaring lemah tepat di atas tumpukan dedaunan.
Meski ragu, Batin Lagoi berjalan dengan hati-hati dan pelan mendekati sang bayi. Karena dia tak punya anak, timbul keinginan untuk mengangkat bayi itu sebagai anak dan membawanya pulang.
Putri Pandan Berduri adalah nama yang diberikan kepada bayi perempuan cantik itu. Batin Lagoi merawatnya penuh kasih sayang bak anak sendiri dan menganggapnya sebagai pemberian dari Tuhan.
Waktu berlalu begitu cepat, Putri Pandan Berduri tumbuh menjadi seorang gadis cantik jelita yang memiliki sikap anggun dan santun. Tutur katanya yang lembut membuat masyarakat Suku Laut jatuh hati.
Banyak pemuda terpikat akan kecantikan Putri Pandan Berduri walau tak seorang pun yang berani meminangnya. Batin Lagoi sendiri menginginkan putrinya menikah dengan keturunan bangsawan.
Sementara itu, di Pulau Galang, dua orang kakak beradik keturunan bangsawan yakni Julela dan Jenang Perkasa hidup rukun sejak kecil. Sampai akhirnya, sang ayah menunjuk Julela sebagai pemimpin selanjutnya di Pulau Galang.
Julela pun menjadi angkuh dan mengancam Jenang Perkasa, "Hai Jenang bodoh, kelak aku menjadi pemimpin lalu kau harus mengikuti setiap perintahku. Jika tidak tunduk, kau akan aku usir dari kampung ini."
Jenang Perkasa sungguh kecewa akan sikap kakaknya dan memutuskan pergi meninggalkan Pulau Galang. Selama berhari-hari, dia berlayar tanpa arah tujuan hingga tiba di Pulau Bintan.
Sehari-hari, Jenang bekerja sebagai pedagang. Dia menyesuaikan diri dan bersikap sopan dengan menggunakan gaya bahasa halus, membuat setiap orang kagum bahkan dirinya menjadi pembicaraan di seluruh pulau.
Cerita itu sampai ke telinga Batin Lagoi yang kemudian sangat penasaran untuk mengenal si pemuda secara langsung. Supaya tak mencolok, Batin Lagoi menyelenggarakan acara makan malam dengan mengundang seluruh tokoh terkemuka di Pulau Bintan.
Jenang Perkasa juga diundang dalam acara itu dan tak luput dari perhatian Batin Lagoi. Caranya bersikap, berbicara dan bersantap membuat Batin Lagoi terkesan sampai terbesit keinginan menikahkan putrinya dengan Jenang.
"Sudah lama aku mendengar kehalusan budi pekertimu anak muda," kata Batin Lagoi membuka percakapan yang dibalas senyuman sopan oleh Jenang. "Alangkah senangnya hatiku jika kau bersedia aku nikahkan dengan putriku," lanjutnya.
Jenang terkejut mendengar tawaran itu, tak menyangka ayah seorang gadis cantik meminta kesediaannya menjadi menantu. Beberapa hari kemudian, Batin Lagoi menikahkan Putri Pandan Berduri dan Jenang Perkasa.
Pesta besar digelar untuk merayakan pernikahan putri semata wayangnya dihadiri seluruh warga Pulau Bintan. Tak lama setelah itu, Batin Lagoi yang merasa sudah tua mengangkat menantunya menjadi pemimpin di Pulau Bintan.
Jenang yang memang merupakan anak seorang pemimpin bersedia menggantikan Batin Lagoi. Ternyata dia mewarisi bakat kepemimpinan ayahnya dan mampu menjadi pemimpin yang disegani juga dicintai rakyatnya.
Pernikahan Putri Pandan Berduri dengan Jenang Perkasa dikaruniai tiga anak yakni Batin Mantang yang kemudian sebagai kepala suku di utara Pulau Bintan, Batin Mapoi yaitu kepala suku di barat Pulau Bintan, dan Kelon yaitu kepala suku di timur Pulau Bintan.
Nilai Kearifan Lokal Cerita Rakyat Putri Pandan Berduri
Merujuk artikel jurnal Nilai Kearifan Lokal Folklor Masyarakat Kabupaten Bintan oleh Suhardi, Tessa Dwi Leonny, Elfa Oprasmani, terdapat beberapa nilai kearifan lokal dari Cerita Rakyat Putri Pandan Berduri.
· Nilai Agama
Sebagai titipan Allah, orang tua wajib memegang teguh amanah untuk menjalankan kewajiban terhadap anak. Batin Lagoi telah mampu menjadi ayah angkat serta berjasa membesarkan dan mendidik Putri Pandan Berduri.
· Nilai Budi Pekerti
Budi pekerti berkaitan dengan perilaku atau nilai moral seseorang. Batin Lagoi dan Jenang Perkasa merupakan sosok pemimpin yang mampu memberikan contoh baik kepada masyarakatnya.
· Nilai Sosial
Nilai sosial dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat. Batin Lagoi mampu berkomunikasi dengan rakyatnya sehingga dipercaya sebagai pemimpin. Kehadiran Jenang Berkasa yang memiliki kemampuan sosial tinggi sangat diterima masyarakat.
· Nilai Kerja Keras
Kerja keras berhubungan dengan usaha yang tidak berpangku tangan melainkan berusaha memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jenang Perkasa yang meninggalkan Pulau Galang berhasil menjadi saudagar kaya di Pulau Bintan.
· Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan berasal dari ilmu pengetahuan yang membawa manusia ke arah lebih baik. Dalam cerita rakyat Putri Pandan Berduri, terdapat pesan untuk menghormati orang tua, hidup akur dengan saudara sendiri dan menjadi orang berbudi pekerti baik.
Demikian cerita rakyat Putri Pandan Berduri beserta nilai kearifan lokalnya. Semoga bermanfaat, ya, detikers!
(dhm/dhm)