Cerita legenda merupakan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Cerita legenda ini bermaksud untuk melestarikan budaya yang ada di Indonesia.
Selain mengajarkan budaya, cerita legenda juga mengajarkan pesan moral yang terkandung di dalamnya. Ada beberapa cerita legenda di Indonesia yang mungkin detikers sudah sering mendengar atau membacanya.
Dikutip dari buku 88 Cerita Terbaik Asal-Usul Nama Daerah oleh Marina Asril Reza dan sumber lainnya, berikut kumpulan cerita legenda zaman dahulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Aji Saka
![]() |
Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan yang diperintah oleh raja bernama Prabu Dewata Cengkar yang buas dan suka makan manusia. Setiap hari sang raja memakan seorang manusia yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil dari rakyat yang resah dan ketakutan mengungsi secara diam-diam ke daerah lain.
Di dusun Medang Kawit ada seorang pemuda bernama Aji Saka yang sakti, rajin dan baik hati. Suatu hari, Aji Saka berhasil menolong seorang bapak tua yang sedang dipukuli oleh dua orang penyamun. Bapak tua yang akhirnya diangkat ayah oleh Aji Saka itu ternyata pengungsi dari Medang Kamulan. Mendengar cerita tentang kebuasan Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka berniat menolong rakyat Medang Kamulan.
Dengan mengenakan sorban di kepala Aji Saka berangkat ke Medang Kamulan. Perjalanan menuju Medang Kamulan tidaklah mulus, Aji Saka sempat bertempur selama tujuh hari tujuh malam dengan setan penunggu hutan, karena Aji Saka menolak dijadikan budak oleh setan penunggu selama sepuluh tahun sebelum diperbolehkan melewati hutan itu. Tapi berkat kesaktiannya, Aji Saka berhasil mengelak dari semburan api si setan.
Sesaat setelah Aji Saka berdoa, seberkas sinar kuning menyorot dari langit menghantam setan penghuni hutan sekaligus melenyapkannya. Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Di istana, Prabu Dewata Cengkar sedang murka karena Patih Jugul Muda tidak membawa korban untuk sang Prabu. Dengan berani, Aji Saka menghadap Prabu Dewata Cengkar dan menyerahkan diri untuk disantap oleh sang Prabu dengan imbalan tanah seluas serban yang digunakannya.
Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka, serban terus memanjang sehingga luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah setelah mengetahui niat Aji Saka sesungguhnya adalah untuk mengakhiri kezalimannya. Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji Saka melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh Prabu Dewata Cengkar dilempar Aji Saka dan jatuh ke laut selatan kemudian hilang ditelan ombak. Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan.
Ia memboyong ayahnya ke istana. Berkat pemerintahan yang adil dan bijaksana, Aji Saka menghantarkan Kerajaan Medang Kamulan ke zaman keemasan, zaman dimana rakyat hidup tenang, damai, makmur dan sejahtera.
2. Asal-usul Danau Toba
![]() |
Danau Toba merupakan danau besar yang terletak di Sumatera Utara. Di tengah danau, ada sebuah pulau bernama Pulau Samosir.
Alkisah, di Tapanuli Utara, hiduplah seorang petani miskin yang sangat rajin bekerja. Ia juga sering memancing guna mencari lauk untuk makan. Petani itu bernama Toba.
Pada suatu hari, ia memancing ikan di sungai. Sampai sore, ia belum mendapatkan ikan. Namun, ia tetap bersabar. Tiba-tiba, kailnya bergerak. Toba sangat gembira karena ternyata ada ikan besar yang tersangkut. Ikan itu mempunyai sisik sangat indah berwarna keemasan.
Namun, tiba-tiba saja ikan tersebut berbicara, "Petani yang baik, jangan bunuh aku. Tolong kasihani aku dan kembalikan aku ke dalam air."
Petani itu sangat kaget, tetapi ia berjanji tidak membunuh ikan itu. Dalam sekejap, ikan itu berubah menjadi seorang putri yang cantik.
"Sebagai balas budiku, aku bersedia menikah denganmu," kata Putri itu.
Tentu saja Toba sangat senang.
"Namun, aku punya satu syarat, Petani yang baik," kata putri jelmaan ikan itu. "Jika kelak kita dikaruniai anak, aku tak ingin ia tahu bahwa ia adalah anak jelmaan seekor ikan."
"Aku berjanji untuk tidak mengatakan hal itu kepada keturunan kita," kata sang petani.
Akhirnya mereka menikah, lalu dikaruniai seorang anak laki-laki yang dinamai Samosir. Anak itu sangat suka makan. Ia bisa makan berkali-kali dan dalam jumlah yang besar. Ia juga sering memakan makanan yang disediakan untuk ayahnya.
Pada suatu hari, si anak disuruh ibunya mengantarkan rantang berisi makan untuk ayahnya yang sedang bekerja di sawah. namun, isi makanan itu dimakan sang anak dalam perjalanan.
Ayahnya yang kelelahan dan kelaparan sangat terkejut melihat rantang yang hanya berisi sisa-sisa makanan. Ia pun marah kepada anak laki-lakinya.
"Dasar anak ikan!" ucapnya tanpa disadari.
"Apa maksud Ayah dengan anak ikan?"
"Asal kau tahu, ibumu adalah jelmaan seekor ikan!" kata ayahnya dengan sangat marah.
Samosir terkejut, lalu berlari pulang ke rumah.
Di rumah, ia menemui ibunya. "Ibu, tadi ayah marah karena makanannya aku makan. Lalu, ia bilang, aku anak ikan. Benarkah aku anak seekor ikan, Bu?"
Ibunya, putri jelmaan ikan, itu pun sangat sedih. Lalu, ia menyuruh Samosir lari mendaki gunung dan sesaat kemudian, ia menghilang. Di tanah tempat ia menghilang itu, keluar mata air yang mengalir deras.
Mata air itu akhirnya membentuk danau yang kemudian dikenal dengan Danau Toba. Sementara itu, gunung tempat Samosir pergi menjadi Pulau Samosir.
3. Cindelaras
Raden Putra adalah raja Kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan sesuatu yang buruk kepada permaisuri. "Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Aku harus mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri," pikirnya. Selir baginda, berkomplot dengan seorang tabib istana. Ia berpura-pura sakit parah.
Tabib istana segera dipanggil. Sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minuman tuan putri. "Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri," kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia segera memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan. Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara.
Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda. "Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh,"kata patih. Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya. Raja menanggung puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri. Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras.
Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur. "Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku." Setelah 3 minggu, telur itu menetas. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan! "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa,ayahnya Raden Putra..." Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya dan segera memperlihatkan pada ibunya.
Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di hutan. Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam. "Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayam ku,"tentangnya. "Baiklah," jawab Cindelaras. Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya.
Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan. Ayamnya benar-benar tangguh. Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra Pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras. "Hamba menghadap paduka," kata Cindelaras dengan santun. "Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata," pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. "Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?" Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi.
"Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra...," ayam jantan itu berkokok berulang-ulang.Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. "Benarkah itu?"Tanya baginda keheranan. "Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda."Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri. "Aku telah melakukan kesalahan," kata Baginda Raden Putra.
"Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku,"lanjut Baginda dengan murka. Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan.. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.
4. Hikayat Bunga Kemuning
![]() |
Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang putri yang cantik-cantik. Sang raja dikenal sebagai raja yang bijaksana. Tetapi ia terlalu sibuk dengan kepemimpinannya, karena itu ia tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya. Istri sang raja sudah meninggal dunia ketika melahirkan anaknya yang bungsu, sehingga anak sang raja diasuh oleh inang pengasuh. Puteri-puteri Raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain di danau.
Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka. Pertengkaran sering terjadi diantara mereka. Kesepuluh puteri itu dinamai dengan nama-nama warna. Putri Sulung bernama Putri Jambon. Adik-adiknya dinamai Putri Jingga, Puteri Nila, Putri Hijau, Putri Kelabu, Putri Oranye, Puteri Merah Merona dan Puteri Kuning, Baju yang mereka pun berwarna sama dengan nama mereka. Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali mereka dari jauh.
Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning sedikit berbeda, Ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan dan tersenyum ramah kepada siapapun. Ia lebih suka bepergian dengan inang pengasuh daripada dengan kakak-kakaknya. Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua puteri-puterinya. "Aku hendak pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?" tanya raja. "Aku ingin perhiasan yang mahal," kata Puteri Jambon."Aku mau kain sutra yang berkilau-kilau," kata Puteri Jingga. 9 anak raja meminta hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda mereka.
Tetapi lain halnya dengan Puteri Kuning. Ia berpikir sejenak, lalu memegang lengan ayahnya."Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat," katanya. Kakak-kakaknya tertawa dan mencemoohkannya. "Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu Saja aku akan kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah indah buatmu,"kata sang raja. Tak lama kemudian, raja pun pergi. Selama sang raja pergi, para puteri semakin nakal dan malas. Mereka sering membentak inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka. Karena sibuk menuruti permintaan para putri yang rewel itu, pelayan tak sempat membersihkan taman istana.
Puteri Kuning sangat sedih melihatnya karena taman adalah tempat kesayangan ayahnya. Tanpa ragu, Puteri Kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu. Daun-daun kering dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan pohon dipangkasnya hingga rapi. Semula inang pengasuh melarangnya, namun Puteri Kuning tetap berkeras mengerjakannya. Kakak-kakak Puteri Kuning yang melihat adiknya menyapu, tertawa keras-keras. "Lihat tampaknya kita punya pelayan baru,"kata seorang diantaranya. "Hai pelayan! Masih ada kotoran nih!" ujar seorang yang lain sambil melemparkan sampah.
Taman istana yang sudah rapi, kembali acak-acakan. Puteri Kuning diam saja dan menyapu sampah-sampah itu. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang sampai Puteri Kuning kelelahan. Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan para pelayan yang dipaksa mematuhi berbagai perintah kakak-kakaknya.
"Kalian ini sungguh keterlaluan. Mestinya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk kalian. Bisanya hanya mengganggu saja!" Kata Puteri Kuning dengan marah. "Sudah ah, aku bosan. Kita mandi di danau saja!" ajak Puteri Nila. Mereka meninggalkan Puteri Kuning seorang diri.
Begitulah yang terjadi setiap hari,sampai ayah mereka pulang. Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan putrinya masih bermain di danau, sementara Puteri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana. Mengetahui hal itu, raja menjadi sangat sedih. "Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tak mampu memberi apa-apa selain kalung batu hijau ini, bukannya warna kuning kesayanganmu!" kata sang raja. Raja memang sudah mencari-cari kalung batu kuning di berbagai negeri, namun benda itu tak pernah ditemukannya. "Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat, serasi benar dengan bajuku yang berwarna kuning," kata Puteri Kuning dengan lemah lembut. "Yang penting, ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah," ucapnya lagi.
Ketika Puteri Kuning sedang membuat teh, kakak-kakaknya berdatangan. Mereka ribut mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat pada Puteri Kuning, apalagi menanyakan hadiahnya. Keesokan hari, Putri Hijau melihat Puteri Kuning memakai kalung barunya. "Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena aku adalah Putri Hijau!" katanya dengan perasaan iri. Ayah memberikannya padaku, bukan padamu," sahut Puteri Kuning. Mendengarnya, Puteri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudara-saudaranya dan menghasut mereka. "Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah.
Kita harus mengajarkan berbuat baik!" kata Putri Hijau. Mereka lalu sepakat untuk merampas kalung itu. Tak lama kemudian, Puteri Kuning muncul. Kakak-kakaknya menangkapnya dan memukul kepalanya. Tak disangka, pukulan tersebut menyebabkan Putri Kuning meninggal. "Astaga! Kita harus menguburnya!" seru Puteri Jingga. Mereka beramai-ramai mengusung Puteri Kuning, lalu menguburnya di taman istana. Puteri Hijau ikut mengubur kalung batu hijau, karena ia tak menginginkannya lagi. Sewaktu raja mencari Puteri Kuning, tak ada yang tahu kemana puteri itu pergi. Kakak-kakaknya pun diam seribu bahasa.
Raja sangat marah. "Hai para pengawal! Cari dan temukanlah Puteri Kuning!" teriaknya. Tentu saja tak ada yang bisa menemukannya. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak ada yang berhasil mencarinya. Raja sangat sedih. "Aku ini ayah yang buruk,"katanya. " Biarlah anak-anakku kukirim ke tempat jauh untuk belajar dan mengasah budi pekerti!" Maka ia pun mengirimkan puteri-puterinya untuk bersekolah di negeri yang jauh. Raja sendiri sering termenung-menung di taman istana, sedih memikirkan Puteri Kuning yang hilang tak berbekas. Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning.
Sang raja heran melihatnya. "Tanaman apakah ini?Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan sangat wangi! Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri Kuning. Baiklah, kuberi nama ia Kemuning.!" kata raja dengan senang. Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan namanya. Bahkan, bunga-bunga kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk membuat kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak. Setelah mati pun, Puteri Kuning masih memberikan kebaikan.
5. Asal-usul Batu Malin Kundang
![]() |
Di sebuah desa di Sumatra Barat, seorang ibu hidup dengan anaknya yang bernama Malin. Anak tersebut nakal, tetapi cerdas. Bekas luka di punggung tangan kanan Malin Kundang menjadi pertanda bagi ibunya.
Suatu hari, Malin meminta izin kepada ibunya untuk merantau. Ia berjanji kepada ibunya untuk kembali jika telah menjadi pedagang yang kaya raya. Ibunya tentu tidak mengizinkannya.
Ibunya teringat sang suami yang tidak pernah kembali setelah pergi merantau. Namun, Malin berusaha meyakinkan sang ibu yang akhirnya rela melepaskan kepergian anaknya.
Malin Kundang merantau dengan menumpang sebuah kapal milik saudagar kaya raya. Selama di atas kapal itu, Malin belajar banyak kepada para awak kapal.
Sampailah Malin di pulau yang sangat subur. Ia bekerja pada saudagar di sana. Ia pun menetap dan bekerja di sana. Malin sangat rajin, sehingga ia diangkat menjadi pekerja kesayangan. Saudagar itu pun menikahkan anaknya dengan Malin. Malin pun menjadi orang yang kaya raya.
Suatu hari, Malin dan rombongannya pergi berlayar ke kampung halamannya. Ibu Malin sangat gembira ketika melihat sebuah kapal besar bersandar di dermaga. Ia melihat sepasang suami istri berpakaian mewah berdiri di geladak kapal. Ia yakin bahwa pemuda itu adalah anaknya, karena melihat bekas luka di punggung tangan sang pemuda.
"Malin Kundang, Anakku, kau pulang! Kenapa sangat lama kau baru kembali, Nak?" seru sang ibu yang memeluk Malin.
Malin sangat terkejut melihat seorang perempuan tua lusuh tiba-tiba memeluknya. Dilepaskannya rangkulan perempuan itu dengan kasar. Sang istri bertanya siapakah perempuan lusuh tersebut.
Dengan angkuhnya Malin menjawab, "Entahlah, Dik. Kanda rasa ia adalah orang gila yang mengaku-ngaku sebagai ibuku". Sebenarnya, Malin tahu bahwa perempuan itu adalah ibunya. Namun, ia sangat malu mengakui hal itu di depan istri dan anak buahnya.
Ibu Malin sangat terluka. Ia tidak menyangka anaknya tega berlaku kasar dan tak mengakuinya sebagai ibu. la sangat sedih hingga terucap, "Jika ternyata benar kau adalah Malin anakku, biarlah kau menjadi batu!"
Malin Kundang justru tertawa mendengar ucapan ibu tua itu. la segera memerintahkan awak kapal untuk meninggalkan dermaga. Namun, ketika kapal besar itu mulai meninggalkan dermaga, tiba-tiba datanglah badai yang dahsyat. Badai itu menghantam kapal Malin hingga hancur. Di tengah kepanikan, tubuh Malin Kundang menjadi kaku dan mengeras menjadi sebuah batu.
Sampai kini, batu Malin Kundang masih dapat dilihat di Pantai Aia Manih (Air Manis), di Sumatera Barat.
Demikianlah kumpulan contoh cerita legenda Indonesia dari berbagai daerah. Semoga menghibur dan bermanfaat, ya, detikers!
(mff/nkm)