Cerita rakyat adalah Cerita yang berasal dan berkembang dari masyarakat pada masa lampau yang disampaikan secara lisan. Setiap daerah di Indonesia pasti memiliki cerita rakyat yang berbeda menunjukkan kekayaan kultur bahasa dan bangsa Indonesia.
Dikutip dari Modul Bahasa Indonesia SMA dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, cerita rakyat memiliki beberapa nilai. Nilai adalah suatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia.
Nilai-nilai Cerita Rakyat
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam karya sastra berwujud makna di balik apa yang ditulis melalui unsur instrinsik seperti perilaku, dialog, peristiwa, setting, dan sebagainya. Nilai-nilainya ialah:
a. Nilai Budaya
Nilai yang diambil dari budaya yang berkembang secara turun menurun di masyarakat (berhubungan dengan budaya melayu). Ciri khas nilai-nilai budaya dibandingkan nilai lainnya adalah masyarakat takut meninggalkan atau menentang nilai tersebut karena takut sesuatu yang buruk akan menimpanya.
b. Nilai Moral
Nilai yang berhubungan dengan masalah moral. Pada dasarnya nilai moral berkaitan dengan nasihat-nasihat yang berkaitan dengan budi pekerti atau perilaku yang dapat diperoleh pembaca dari cerita yang dibaca atau dinikmatinya.
c. Nilai Agama/Religi
Nilai yang berhubungan dengan masalah keagamaan. Nilai religi biasanya ditandai dengan penggunaan kata dan konsep Tuhan, mahluk ghaib, dosa-pahala, serta surga-neraka.
d. Nilai Pendidikan/Edukasi
Nilai yang berhubungan dengan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan Latihan
e. Nilai Estetika
Nilai yang berhubungan dengan keindahan dan seni.
f. Nilai Sosial
Nilai yang berhubungan dengan kehidupan di dalam masyarakat. Biasanya berupa nasihat-nasihat yang berkaitan dengan kemasyarakatan. Indikasi nilai sosial dikaitkan dengan kepatuhan dan kepantasan bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini, detikSumbagsel telah merangkum 10 cerita rakyat dari Jambi ni detikers. Selamat membaca!
10 Cerita Rakyat dari Jambi
Dikutip dari e-book Kumpulan Cerita Rakyat Jambi oleh Komunitas Gemulun Indonesia karya Larlen, Liza Septa Wilyanti dan Sovia Wulandari, berikut beberapa cerita rakyat dari Jambi.
1. Orang Kayo Hitam Silsilah Keturunan
Cerita rakyat ini bercerita tentang Tun Talanai yang meninggal karena dibunuh anak semata wayangnya. Karena hal itu jambi tidak memiliki raja sampai seorang perempuan ke Jambi yaitu anak Raja Pagaruyung bernama Tuan Puti Selaro Pinang Masak. Alasan mengapa Puti Selaro Pinang Masak yang menjadi raja di Jambi karena Tun Talanai menjadikan nya anak angkatnya.
Tersebut pula kisah 2 orang anak Raja Turki yang merantau ke daerah baruh angin. Salah seorang yang berlayar terdampar ke Pulau Berhala. Menyadari itu ia langsung menghancurkan berhala tersebut. Dikarenakan konon dikarenakan keberaniannya ia diberi gelar Datuk Paduko Berhalo dan pulau tersebut dikenal dengan Pulau Berhalo (Pulau Berhala). Karena pulau itu tak berpenghuni ia bertanya kepada nelayan yang lewat kemana arah kampung yang memiliki keramaian, ia hendak membeli persedian makanan.
Tak lama berselang sampai lah iya ke Ujung Jabung yang dipimpin oleh Puti Selaro Pinang masak. Karena merasa cocok pada akhirnya mereka menikah dan dikaruniai empat orang anak. Orang Kayo Pingai, yang kedua bernama Orang Kayo Kedataran, yang ketiga bernama Orang Kayo Hitam, dan yang bungsu bernama Orang Kayo Gemuk (perempuan). Namun, dari keempat anak tersebut Orang Kayo Hitamlah yang memiliki sifat pemberani dan kepandaian di atas saudara-saudaranya. Kelak anak laki-laki bernama Orang Kayo Hitam inilah yang akan menjadi raja besar di negeri Jambi.
2. Putri Reno Pinang Masak
Pada zaman dahulu di belakang Dusun Pasir Mayang berdiri sebuah kerajaan yang Bernama Limbungan. Kerajaan dipimpin oleh seorang ratu Putri Reno Pinang Masak. Banyak raja dan putra raja datang menemui untuk menikahinya. Namun, tidak ada satu pun yang diterima oleh putri.
Dalam pemerintahannya, Putri Reno Pinang Masak dibantu oleh tiga orang hulubalang yang dia pilih. Hulubalang tersebut yaitu pertama bernama Datuk Raja Penghulu dikenal sebagai orang yang bijaksana, kedua bernama Datuk Dengar Kitab yang merupakan seorang hulubalang yang memiliki ilmu dapat mengetahui kejadian-kejadian yang akan datang dengan sebuah kitab yang dia punya, dan yang ketiga yaitu Datuk Mangun yang berperan sebagai panglima perang
Suatu saat, seorang raja di Jawa ingin melamar Sang Ratu tapi ditolak. Akibatnya sang raja mengancam Limbungan. Sang Ratu memerintahkan untuk menanam parit di mengelilingi kerajaan. Akibatnya hanya ada satu jalan masuk dan keluar. Sang Raja Jawa mencoba menyerang namun gagal.
Tak kehabisan akal, raja Jawa mempunyai cara licik dengan melemparkan uang ringgit logam di tepi pagar bambu. Terlihat oleh masyarakat dan ratu. Ratu memerintahkan untuk menghancurkan pagar bambu untuk memgambil uang tersebut. dikarenakan hal itu raja Jawa kembali menyerang dan berhasil menguasai Limbungan.
Sang Ratu sedih karena keputusannya salah. Ia pun pergi secara diam-diam dari kerajaan. Seorang petani yang sedang istirahat menemukan sesosok wanita cantik yang tergeletak tak bernyawa. Hingga akhirnya diketahui jenazah tersebut adalah Tuan Putri Reno Pinang Masak, seorang ratu negeri Limbungan.
Mengetahui hal tersebut, petani dan penduduk desa pun sedih karena terbayang bagaimana sengsaranya ratu pada saat akhir hidupnya. Diputuskan pula bahwa jenazah Sang Ratu Putri Reno Pinang Masak dimakamkan di desa Tenaku dan makamnya diberi nama Makam Upih Jatuh.
3. Asal Mula Nama Jambi Tulo dan Jambi Kecik
Konon, karena daerah Jawa sudah padat penduduk, masyarakat pesisir memutuskan mencari tempat hidup baru. Setelah lama berlayar, rombongan menemukan tanah yang tadinya muncul dari air pasang laut. Dikarenakan air laut bewarna kuning tanah tersebut diberi nama Temuning.
Temenggung Jakfar selaku ketua rombongan memutuskan tempat tersebut yang menjadi tempat tinggal baru. Di sana mereka membangun rumah dan pagar yang mengelilingi desa dengan bambu, dikarenakan banyaknya pohon bambu disana. Kampung tersebut pun makmur hingga membuat iri kampung yang lain.
Kampung itu ialah kampung orang-orang penjudi, pemabuk, dan tidak bekerja. Berbagai cara mereka lakukan untuk masuk ke dalam kampung, tapi tidak berhasil. Tidak kehabisan akal mereka menggali tanah dan membuat terowongan. Akhirnya mereka berhasil masuk dan bertemu Temenggung Jakfar.
Mereka dijamu dengan gadung semacam ubi-ubian. Mereka mabuk kemudian meninggal. Karena bingung mau menguburkan mayat mereka di mana, akhirnya warga mengubur mereka di terowongan yang dibuat para pendatang tadi.
Baru selesai satu masalah, muncul masalah lainnya. Timbul wabah misterius yang menyerang masyarakat. Diputuskanlah mereka melakukan perjalanan lagi untuk mencari tempat tinggal baru.
Akhirnya mereka menemukan tanah baru untuk dijadikan tempat tinggal dengan arahan ahli mujub. Keesokan harinya mereka bergotong royong membangun tempat itu. Mereka mulai bertani dan beternak hingga kampung itu kembali makmur.
Setelah itu Temenggung bermusyawarah bersama masyarakat untuk mendiskusikan nama kampung tersebut. Ahli mujub memberi saran. Mereka orang Jawa dan di sana juga terdapat pohon pinang yang tinggi dan tua. Bahasa Jawa pohon pinang jambe. "Nah, kita buat saja Namanya Jambi Tuo," kata ahli mujub tersebut.
Seiring berjalannya waktu, tanah kosong yang ada di sebelah kampung tersebut pun, dibuat lagi kampung baru dan dipagari dengan pohon-pohon pinang yang mengelilingi kampung baru tersebut. Temenggung pun menamai kampung baru tersebut dengan Jambe Kecik, karena kampung itu dikelilingi dengan pinang yang masih kecil (muda).
4. Asal-usul Nama Sungai Batanghari
Pada zaman dahulu, saat penduduk Jambi sudah mulai banyak, mereka memerlukan seorang raja yang bisa memimpin dan menyatukan negeri-negeri kecil supaya menjadi negeri besar. Mereka mengadakan sayembara dengan tantangan harus sanggup menjalani ujian dibakar dengan api besar, direndam di sungai selama tiga hari, dan digiling dengan tiang besi yang besar. Tidak ada satupun penduduk setempat yang berani akan tantangan tersebut dan menyerah di ujian tiang besi.
Toko masyarakat Jambi sepakat mencari dan membawa orang luar untuk menjadi raja mereka. Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka menemukan negeri lain, yakni India bagian selatan yang penduduknya berkulit hitam. Mereka memanggil negeri itu Negeri Keling (India).
Mereka menemukan satu orang kuat yang sanggup menjadi raja dan melalui tantangan. Dibawalah ia menuju Jambi. Dalam perjalanan mereka akan melewati sebuah muara sungai yang besar sekali. Mereka sering melewati sungai itu namun tidak ada yang tau nama dari sungai itu. Hingga akhirnya seorang tokoh orang batin duo belas bertanya kepada calon raja. "Menurut raja apakah nama sungai ini?" Dijawablah oleh calon raja, inilah muara kepetangan hari.
Sesampai mereka di Mukomuko, mereka menyebarluaskan kepada setiap orang yang mereka temui. Mereka mengatakan bahwa nama sungai besar di Negeri Jambi itu ambal Kepetangan Hari. Setelah bertahun-tahun lamanya, kemudian berangsur terjadi perubahan menjadi Sungai Petang Hari, dan akhirnya menjadi Batang Hari.
5. Datuk Sintai, Asul-usul Kampung Arab-Melayu
Pada zaman dahulu di sebuah kampung terdapat saudagar kaya. Saudagar kaya ini bernama Datuk Sintai dan merupakan keturunan Cina. Saudagar ini menikah dengan Putri Sultan Jambi. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai 12 orang anak.
Salah satu dari anaknya bernama Nyai Resik. Seiring waktu Nyai Resik tumbuh menjadi gadis yang cantik dan dianggap pantas untuk menikah. Maka Datuk mencari jodoh untuk anaknya. Nyai Resik berbeda diantara saudaranya. Ia anak yang patuh dan penurut. Setelah sekian lama mencari ia tidak dapat menemukan laki-laki yang pantas untuk menikahi anaknya di Jambi. Ia bermaksud mencari di luar jambi.
Karena Datuk Sintai seorang pedagang, ia berdagang ke seluruh dunia. Pada suatu hari ia bertemu pedagang berketurunan Arab bernama Sayid Husin Bin Ahmad Baragbah dan setelah bertemu mereka mulai akrab. Karena sama-sama saudagar, Datuk Sintai mengutarakan maksud dan keinginannya untuk mencari jodoh anaknya.
Datuk Sintai pun menceritakan tentang anaknya kepada saudagar dari Arab ini. Sebenarnya, Datuk Sintai menyukai pedagang ini karena keramahannya kepada Datuk Sintai. Saudagar pun tertarik bertemu Nyai Resik. Melihat sosoknya yang baik, Nyai Resik pun menyukai pedagang Arab itu. Mengetahui bahwa anaknya juga menyukai pedagang ini, Datuk Sintai bertanya kepada keduanya, apakah mereka mau dikawinkan.
Sebelum pernikahan berlangsung, Sayid memberitahukan kepada Datuk Sintai dan semua keluarga bahwa ia beragama Islam. Jika berkenan, maka ia juga mengajak semua keluarga Datuk Sintai menganut ajaran Islam. Datuk Sintai dan keluarganya pun menyetujuinya dan mereka mau belajar tentang agama Islam.
Berawal dari sinilah Datuk Sintai memahami ajaran Islam dan menyebarkan agama Islam di Jambi. Ia kemudian membangun perkampungan yang disebut dengan Kampung Pacinan atau pacinaan. Di Kampung ini terdapat perpaduan unsur Melayu, Cina, dan Arab. Di dalamnya meliputi lima kampung, yakni Olak Kemang, Ulu Gedong, Tenah, Jelmu, serta Arab Melayu.
Dari percampuran budaya antara Melayu, Arab dan Cina inilah yang kemudian membuat kawasan Sekoja memiliki akulturasi budaya. Kebudayaan Cina dapat dilihat dari masyarakat setempat lewat tradisi bertani, sedangkan kebudayaan Arab dapat dilihat dari tumbuhnya kawasan tersebut sebagai kota santri. Kebudayaan Melayu dapat dilihat dari arsitektur, adat-istiadat, dan bahasa sehari-hari yang dipakai oleh masyarakat setempat.
6. Hantu Rawe
Pada zaman dahulu, ada kejadian yang menimpa warga kampung di dekat sungai Batang Hari. Kejadian bermula saat si ibu yang tinggal dengan dua orang anaknya, laki-laki dan perempuan. Anak laki-lakinya bernama Beredat.
Saat itu, terdengar azan Magrib berkumandang di masjid. Beredat belum juga pulang ke rumah. Karena magrib, ibunya bergegas pergi ke sungai Batang Hari untuk mengambil wudhu untuk salat magrib.
Di perjalanan ke sungai, ia melihat-lihat ke sekelilingnya, kalau-kalau anak laki-lakinya masih bermain bersama teman-temannya. Namun, ibu ini tidak melihat anaknya. Setelah selesai salat ia pun bertanya kepada anak perempuannya, "Adikmu sudah balik?" Anak perempuannya pun menjawab bahwa adik laki-lakinya yang bernama Beredat belum pulang.
Karena khawatir, ia dan anaknya mulai mencari Beredat, namun tidak dapat ditemukan. Warga kampung mulai ikut membantu mencari namun tidak dapat ditemukan juga.
Setelah tiga hari beradat belum juga pulang, datanglah seorang warga ke rumah. Dia bukan warga biasa karena punya kemampuan menerawang. Duduklah ia di samping ibu Beredat dan bertanya, "Kapan terakhir kali ibu melihat Beredat?"
Ibu Beredat pun menjawab, "Terakhir kali saya melihat Beredat bermain-main di halaman, di dekat tumbuhan serai yang banyak itu. Ketika azan Magrib, saya bermaksud untuk mengajaknya mengambil wudlu ke sungai, ternyata dia tidak ada lagi di sana."
Mendengar cerita dari ibu Beredat, orang ini pun lalu mengatakan bahwa sebenarnya Beredat tidak hilang, tetapi ia disembunyikan oleh makhluk halus yaitu Hantu Rawe. Hantu ini sangat suka dengan tanaman serai yang ditanam di depan rumah.
Lalu, orang ini pergi ke halaman rumah dan memotong semua tumbuhan serai yang ada. Setelah itu, muncullah Beredat dari balik tumpukan serai yang sudah dipotong itu. Melihat Beredat sudah kembali, ibunya pun sangat senang dan warga sekampung pun ikut bahagia karena Beredat sudah ditemukan.
Setelah bertanya kepada Beradat ia disembunyikan oleh makhluk itu di tengah-tengah tumbuhan serai. Berkat pertolongan dari orang yang datang ke rumah dan memotong tumbuhan serai itu, maka ia bisa keluar dari dekapan makhluk halus itu. Makhluk itu melepasnya dan pergi meninggalkannya.
Berawal dari cerita ini, penduduk kampung percaya bahwa ada makhluk halus yang bernama Hantu Rawe yang suka berdiam diri di tumbuhan serai. Karena tumbuhan ini bisa menghangatkan badan si hantu tersebut. Warga pun tidak mau lagi menanam serai di halaman rumah karena bisa mendatangkan hantu Rawe ini.
7. Amat Yakin
Dahulu orang yang tidak memiliki harta banyak diberi gelar Si Miskin. Hiduplah seorang janda dan anak laki-lakinya. Sebagai anak yatim ia tidak memiliki keahlian apapun, sehingga diantarlah anak ini pergi mengaji. Diserahkan kepada guru mengaji, mulai terlihat perbedaan ia dan anak-anak yang lain.
"Bacalah bismillah," kata gurunya.
Si anak miskin ini didahulukan mengajinya. "Bismillahirrohmanirrohim," kata Si Miskin.
"Kuntul hitam gagak putih," kata guru ngajinya.
Diikutilah perkataan tersebut oleh Si Miskin hingga berkali-kali. Seminggu berlalu ia mengaji, tetapi ia tidak langsung pulang. Ia menyelinap di bawah rumah panggung guru mengajinya. Ia menyadari perbedaan mengajar antara dirinya dan anak lain.
Kemudian esok hari, pengajian si anak itu berlanjut, berpindah dari kaji sebelumnya. Dan ibunya menanyakan tentang hal itu. "Bagaimana pengajiannya?"
Si anak menjawab, "Meneruskan dari yang terakhir ini Mak. Bismillahirrahmanirrahim, kuntul hitam gagak putih terbang jauh ke negeri Mekkah."
"Bertambahlah mengajinya," balas ibunya.
Kemudian 2 bulan berlalu. Ibunya bertanya lagi mengenai pengajian anaknya. Si anak menjawab, "Ayo terung seketip secucuk." Ibunya mengetahui bahwa anaknya sedang diolok. Ia meminta anaknya untuk tidak lagi mengaji karena bersedih melihat guru mengaji tersebut salah mengajarkan anaknya.
Setelah bertahun-tahun anak tersebut beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencoba ilmu yang sudah diajarkan oleh gurunya. Si anak membawa golok ke atas pohon kelapa dan memotong pelepahnya ambal berucap, "Bismillah kuntul putih gagak hitam terbang jauh ke negeri Mekkah." Seketika ia terbang sampai ke negeri Mekkah.
Ia tidak pulang hingga berpuluh-puluh tahun. Ia membuat heran orang-orang yang ada di Mekkah. Si anak tersebut diangkat menjadi anak oleh orang Mekkah. Ia dilindungi dan dirawat sampai menjadi anak pandai membaca Al-Quran.
Suatu hari, si anak tersebut pulang ke kampung halamannya. Orang tuanya sangat senang karena ia kembali. Si anak tersebut membahagiakan orang tuanya. Ia tidak lagi dipanggil Si Miskin melainkan dengan panggilan Amat Yakin, karena keyakinannya tersebut. Si anak membuatkan ibunya rumah dan hidup Bahagia.
Guru ngaji si anak semakin tua dan mendengar bahwa si anak yang dulu diajarinya dapat pergi ke Mekkah dengan memanjat pohon kelapa. Si guru ini pun mencoba melakukan hal sama. Ia memanjat pohon kelapa dan membawa golok lalu membaca doa yang diajarkannya kepada Amat Yakin. Ia memotong pelepah tersebut, tiba-tiba ia jatuh dan meninggal dunia.
8. Ahmad dan Si Tamak
Ahmad dan Si Tamak adalah dua kakak beradik. Kakak beradik ini merupakan yatim piatu dan sejak kecil hidup susah.
Desa tempat mereka tinggal ada seorang raja yang memiliki 7 orang anak perempuan. Raja ini memiliki sebuah kolam batu yang dipakai untuk mandi anakanaknya. Sang Raja mencari orang yang ingin bekerja menimba air untuk mengisi kolam tersebut.
Ahmad lalu mengajukan diri untuk bekerja pada raja tersebut. Sementara itu, Si Tamak, adik Ahmad, pergi merantau dan tidak terdengar kabarnya lagi.
Ditimbalah air dari laut menggunakan dua buah gentong untuk mengisi kolam tersebut. Terisilah kolam tersebut oleh Ahmad. Setelah lelah menimba air, Ahmad bingung kenapa setiap ia mengisi kolam, pasti keesokan harinya tinggal sedikit airnya. Padahal kolam itu tidak bocor.
Pada malam keesokannya, ia mengintai kolam tersebut untuk mengetahui penyebab air kolam berkurang. Ia melihat seekor burung Garuda raksasa membawa dua ember besar membawa air dari kolam ke atas bukit bernama Paujenggi. Akhirnya ahmad masuk ke dalam ember air untuk mengetahui untuk apa air itu dibawa.
Air itu ternyata digunakan untuk memandikan anaknya. Di sekitar sarang burung Garuda tersebut terdapat batu-batu permata, berlian, emas dan logam-logam mulia berharga lainnya. Ahmad pun mengambil perhiasan serta batu-batu berharga tersebut lalu dimasukkannya ke dalam gentong pengangkut air tadi. Lalu terbanglah lagi burung garuda tersebut ke dekat kolam untuk mengembalikan gentong tersebut.
Ahmad pun menunjukkan perhiasan serta batu permata yang ia bawa tersebut kepada raja. Lalu raja berkata, "Ahmad, serahkan kekayaanmu itu untukku, lalu pilihlah satu dari tujuh anakku untuk dijadikan istri."
Ahmad pun memilih sang bungsu. Raja berkata, "Tahta kerajaanku kuturunkan padamu. Adakanlah pesta 7 hari 7 malam untuk merayakan pernikahanmu dengan putriku." Ahmad pun menjadi raja di kerajaan tersebut dan ia pun bertugas seperti raja pada umumnya.
Akhirnya Si Tamak pulang dan terkejut melihat abangnya menjadi raja tersebut. Sesampainya di istana ia bertanya kepada abangnya kenapa bisa menjadi raja. Ia pun menceritakan kejadiannya secara lengkap. Lalu Si Tamak meminta agar dia saja yang bekerja untuk mengisi kolam tersebut.
Sampai pada waktu itu, ia pun melakukan sama persis yang dilakukan oleh abangnya supaya ia dibawa oleh burung garuda ke sarangnya. Namun ia terlalu banyak membawa perhiasan sehingga ember tersebut penuh.
Pada saat burung garuda terbang di atas laut lepas, Si Tamak kembali sombong dengan menepuk-nepuk dadanya sambil berkata, "Aku yang akan jadi lebih kaya darimu, Ahmad."
Burung Garuda terkejut lalu dilepaslah cengkramannya dari kedua gentong itu. Tamak pun terjatuh beserta perhiasan yang ia bawa. Tamak pun tenggelam di lautan itu beserta harta yang dibawanya.
9. Samang dan Ungko
Pada zaman dahulu di hutan lebat, terdapat dua orang putri nan anggun. Dua kakak beradik itu bernama Samang dan Ungko. Mereka hidup damai dan tentram.
Namun, hal itu tak berlangsung lama. Seorang pria yang gagah perkasa yang melintasi hutan itu dan sekilas melihat mereka berdua. Mereka terpana dan pada akhirnya memutuskan berlomba agar bisa mendapatkan hati si pria. Sejak saat itu mereka saling bertemu, hingga membuat mereka terlihat akrab. Dari situlah mulai tumbuh benih-benih cinta yang dirasakan oleh mereka.
Seiring berjalannya waktu, ternyata pria tersebut lebih menyukai Samang dibandingkan Ungko. Dia lebih sering mencuri-curi pandang kepada Samang yang membuat Samang salah tingkah. Ungko pun mengetahui itu dan cemburu.
Tibalah saat sang pria berniat mengutarakan perasaan yang tak bisa lagi di tahannya. Lalu ia pun mengajak Samang ke dekat sungai. Melihat hal itu, Ungko pun penasaran dan mengikuti ke arah mana mereka pergi. Ungko pun mengikuti Samang dan pria itu. Setelah menemukan mereka, Ungko pun bersembunyi di balik pohon yang tak jauh berada dari tempat Samang dan Pria tersebut berada.
Pria itu pun langsung menyatakan isi hatinya kepada Samang bahwa ia jatuh cinta kepada Samang dan Samang pun membalas dengan mengatakan bahwa ia juga mencintai pria itu. Betapa bahagianya mereka karena sudah mengetahui isi hati masing-masing. Namun di balik itu semua, ada sosok Ungko yang menangis setelah melihat dan mendengarkan percakapan mereka berdua.
Karena merasa sakit hati dan merajuk, akhirnya Ungko pun memutuskan untuk pergi merantau ke Negeri Jambi. Setiap hari Ungko sedih dan menangis. Sementara Samang dan pria itu menikah dan hidup bersama dengan bahagia di alam Kerinci. Mereka beranak pinak dan mempunyai banyak keturunan. Karena kejadian itulah, di hutan Kerinci tidak ada Ungko, yang ada Samang.
10. Dayang Pelangi
Konon di suatu desa hidup kakak beradik bernama Dayang Pelangi dan Senam. Keduanya perempuan. Mereka hanya hidup berdua setelah orang tua meninggalkan mereka ketika kecil. Mereka hidup dalam keadaan susah dan tidak memiliki warisan.
Beberapa tahun kemudian, Dayang tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik. Senam berpikir untuk menikahkan adiknya dengan anak laki-laki dari anak dukun. Namun, anak dukun itu menolak dengan alasan wanita kampungan dan malu jika menikahinya.
Seiring waktu, Dayang semakin tumbuh dewasa dan semakin cantik. Datanglah seorang anak Raja yang berasal dari Cina ke desa itu. Anak raja itu tertarik kepada Dayang Pelangi.
Mengetahui ia anak orang kaya, Senam langsung menyetujui adiknya menikah dengan anak raja itu. Dayang Pelangi dilamar dengan adat Cina yang ambal sirih tanyo pinang tanyo.
Dayang Pelangi secara adat ditanya dengan Raja Cina siapa ambal, dan dijawab ambal, "Dayang Pelangi." Setelah melamar, pihak laki-laki langsung meletakkan tando syaratnya sirih, pinang, dan pakaian yang bagus-bagus.
Seiring berjalannya waktu, laki-laki anak dukun yang pernah dijodohkan oleh Senam dengan adiknya itu melihat Dayang Pelangi dengan penampilan baru yang semakin cantik dan anggun. Laki-laki itu kemudian tertarik dengan Dayang Pelangi. Namun betapa kecewanya ia tau bahwa Dayang Pelangi telah bersuami anak raja. Betapa menyesalnya ia nasi telah menjadi bubur.
Melihat hal tersebut, anak sang dukun menanamkan guna-guna kepada Dayang. Alhasil Dayang Pelangi menjadi berubah. Ia menjadi pendiam dan tidak mau melayani suaminya lagi. Setiap melihat suaminya timbul rasa benci dan pikirannya pun bercampur aduk di dalam dirinya.
Keesokan harinya suaminya lapar dan melihat tidak ada makanan yang dimasak oleh Dayang Pelangi. Padahal semua bahan untuk memasak sudah disediakan oleh suaminya. Karena diguna-guna, Dayang Pelangi menjadi pemalas.
Hari berganti bulan, Dayang tidak berubah. Habislah kesabaran suaminya. Pada suatu hari suami Dayang tak sengaja melihat Dayang bersama si anak dukun. Mereka sedang bermain air di sungai. Melihat itu suami Dayang merasa cemburu dan memutuskan untuk pulang ke Cina dan akan tinggal bersama orang tuanya kembali.
Dayang berusaha menyusul suaminya dengan merobek seluruh kapal. Ia menemukan papan yang bisa membawanya untuk mengejar suaminya. Namun suaminya sudah terlanjur kecewa dan berkata kepada Dayang Pelangi. "Sudahlah jangan mengejar aku, percuma aku di sini. Kamu sudah berubah. Kamu sudah tidak peduli lagi dengan aku," katanya.
Karena anak raja Cina ini mempunyai ilmu sihir maka dilemparnyalah kacip dan berubah menjadi ikan lumba-lumba. Akhirnya ditelanlah Dayang Pelangi oleh lumba-lumba tadi.
Setelah lama berlayar di laut maka sampailah anak raja tadi ke tempat asalnya. Sampailah ia di istana ayahnya. Selama di sana kondisinya kurang baik. Bertahun-tahun lamanya ia sakit-sakitan karena terus-menerus memikirkan Dayang Pelangi. Namun ia tak tahu Dayang selamat setelah merobek perut lumba-lumba dengan pisau rambut yang tak sengaja dibawanya.
Nenek ini tak sengaja menemukan lumba-lumba dan terkejut menemukan seorang wanita. Karena sudah berbulan-bulan di dalam perut lumba-lumba, maka Dayang Pelangi setengah sadar dan badannya lemas. Dia dibawa dan dirawat oleh seorang nenek di rumahnya karena nenek ini juga sendiri.
Selama di sana, Dayang membantu nenek untuk merangkai kembang melati. Si nenek bercerita kepada Dayang Pelangi bahwa ada anak Raja Cina yang telah lama sakit-sakitan karena ditinggal istrinya. Dayang merasa cerita neneknya mirip dengan kisah dirinya.
Setelah tiga kali, anak raja membeli kembang rangkaian nenek. Dayang Pelangi berpikir bahwa yang diceritakan nenek adalah ceritanya. Dayang Pelangi merangkai kembang melati dengan rambutnya dengan maksud untuk memberi tanda kepada suaminya.
Keesokan harinya, anak raja kembali membeli kembang melati nenek seperti biasa. Namun, kembang hari ini beda dari kemarin. Biasanya dirangkai menggunakan benang, hari ini kembang dirangkai dengan rambut. Setelah dilihat baik-baik, akhirnya anak raja mempunyai firasat bahwa ini rambut istrinya.
Anak raja mengetahui itu dan mendatangi rumah nenek tersebut untuk memastikan keberadaan istrinya. Betapa terkejutnya ia menemukan istrinya kembali. Nenek heran dan bertanya, "Kapan kalian menikah?"
Akhirnya diceritakanlah oleh Dayang Pelangi. Dia meminta maaf atas kesalahannya karena saat itu ia diguna-guna sehingga melihat wajah suaminya menjadi benci bercampur emosi dan ia berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Suaminya pun memaafkannya karena itu bukan kehendak istrinya juga itu adalah tipu daya setan.
Singkat cerita, anak raja lalu membawa Dayang Pelangi dan si nenek ke istana. Dayang Pelangi dinikahkan kembali oleh raja dengan anaknya. Diberitahukan pengumuman bahwa anak raja akan menikah dengan anak nenek. Warga desa heran karena nenek ini tidak punya suami, tapi mempunyai anak yang sangat cantik. Diceritakanlah kejadiannya bahwa nenek menemukan putri cantik ini di perut ikan lumba-lumba. Mereka berdua pun hidup ambal selamanya.
Itulah 10 cerita rakyat yang berasal dari Jambi. Semoga dengan membaca artikel ini, bisa menambah ilmu detikers terkait cerita rakyat yang ada di Jambi. Semoga bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Muhammad Febrianputra Jastin, peserta program Magang Merdeka Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(des/des)