Museum Subkoss Kota Lubuklinggau punya ikon bersejarah yakni Lokomotif Tua C3082. Lokomotif uap berbahan bakar batu bara ini sudah berusia 94 tahun, hampir seabad.
Lokomotif C3082 ini merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Pertama kali penggerak rangkaian ular besi itu sampai di Kota Lubuklinggau pada 1933.
Diproduksi oleh perusahaan Hanomag di Hannover, Jerman, lokomotif ini dibeli Belanda pada 1930 untuk mengangkut hasil bumi seperti batu bara di Lubuklinggau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pemandu Museum Subkoss Lubuklinggau Berlian Susetyo mengatakan, ketika Indonesia merdeka, lokomotif itu diambil alih oleh PJKA. Menurut Berlian, total ada 47 lokomotif serupa pada zaman penjajahan. Namun kini hanya tersisa dua unit.
"Satu di Museum Subkoss Lubuklinggau, satunya lagi di Museum Transportasi Taman Mini. Dia beda kode. Kalau yang di Linggau C3082, yang di Jakarta itu C3065," ungkapnya.
Selain sejarahnya sebagai pengangkut batu bara, lokomotif ini juga punya cerita unik berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan. Lokomotif C3082 tersebut sempat digunakan tentara Indonesia ketika Agresi Militer Belanda.
"Ketika ada masa perang antara tentara Subkoss dengan Belanda dulu, tentara Subkoss sempat bermarkas di Palembang, lalu pindah ke Lahat dan kemudian ke Lubuklinggau. Karena sempat ada agresi militer Belanda pertama tahun 1947, tentara Indonesia yang waktu itu sudah di Lahat markasnya dan Belanda sudah menguasai kota Palembang. Jadi saat tentara Indonesia mau pindah ke Lubuklinggau, mereka naik lokomotif uap itu," kata Berlian.
Berlian menuturkan, pada masa aktifnya, lokomotif tersebut hanya menarik 3 sampai 4 gerbong karena keterbatasan bahan bakar. Kemudian pada tahun 1984, lokomotif itu terakhir kali membawa gerbong batu bara ke Kertapati, Palembang. Setelah itu, Lokomotif C3082 berhenti beroperasi hingga sekarang.
"Paling banyak lokomotif itu bisa menarik 3 sampai 4 gerbong karena tenaganya tidak terlalu besar sama masih make tenaga batu bara," ungkapnya.
![]() |
Sebelum berada di Museum Subkoss Lubuklinggau, lokomotif tersebut sempat disimpan di hangar Stasiun Lubuklinggau. Proses pemindahan dilakukan setelah museum berdiri pada 1988.
"Pas museum diresmikan tahun 1988, baru dipindahkan untuk dijadikan barang bersejarah. Dipindahkan lewat jalan besar pakai rel lepas pasang," jelasnya.
Karena hanya satu dari dua lokomotif uap yang tersisa di Indonesia, Lokomotif C3082 ditetapkan menjadi peninggalan penting dan cagar budaya. Untuk menjaga kondisi lokomotif tua tersebut tetap bagus, pihak museum melakukan restorasi dan konservasi.
"Masih kami rawat kerana itu termasuk cagar budaya, peninggalan bersejarah zaman lalu. Terakhir tahun 2021 kita lakukan restorasi dan konservasi, baginya yang keropos kita tampal, yang ada karatnya kami bersihkan dengan bahan kimia biar awet karena usianya sudah 94 tahun lebih," ungkapnya.
(des/des)