Macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) merupakan salah satu hewan endemik Indonesia yang hanya ditemukan di Pulau Jawa. Satwa ini memiliki peran penting dalam ekosistem hutan sebagai predator puncak. Namun, populasinya kini berada dalam ancaman serius akibat berbagai faktor, seperti perusakan habitat dan perburuan liar.
Baru-baru ini viral macan tutul Jawa terekam kamera trap di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) pada akhir tahun 2024. Dua macan tutul itu diduga induk dan anak yang berada di TNBTS.
Pihak Balai Besar TNBTS merahasiakan lokasi penampakan untuk melindungi perburuan liar macan tutul Jawa tersebut. Data populasi yang dihimpun dari kamera trap menunjukkan keberadaan 20-24 ekor macan tutul Jawa di kawasan TNBTS hingga tahun 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Balai Besar TNBTS bersama pemerhati satwa telah melakukan program pemasangan kamera trap di TNBTS sejak tahun 2015 untuk memantau populasi dan habitat macantutul Jawa. Pemasangan kamera trap merupakan salah satu kegiatan prioritas TNBTS untuk melindungi satwa prioritas yang terancam punah.
Macan Tutul Jawa
Macan tutul Jawa atau sering disingkat matulja adalah predator puncak yang menghuni berbagai lanskap hutan di Pulau Jawa. Satwa ini telah eksis selama ribuan tahun dan menjadi salah satu spesies yang dilindungi di Indonesia.
Predator puncak di hutan Pulau Jawa ini memiliki beragam mangsa yang mendukung kelangsungan hidupnya. Spesies mangsa macan tutul Jawa, yaitu kijang (Muntiacus muntjac), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), musang (Viverricula malaccensis), landak (Hystrix javanica), trenggiling (Manis javanica), dan babi hutan (Sus scrofa).
1. Ciri Khas
Seperti dilansir Gembira Loka Zoo, macan tutul memiliki tubuh yang ramping dengan kaki relatif pendek dibandingkan panjang tubuhnya. Kepala mereka lebar, dan tengkorak besar memberi ruang bagi otot rahang yang kuat, memungkinkan menggigit dengan tekanan luar biasa.
Bulu macan tutul umumnya berwarna kuning kecokelatan atau kuning muda, dengan pola bercak hitam yang berbentuk mawar atau segi empat. Bintik-bintik hitam ini terlihat jelas di bagian dada, kaki, dan wajah mereka, sementara cincin hitam khas menghiasi ekor mereka.
Kemampuan fisik macan tutul sangat luar biasa. Mereka dapat berlari dengan kecepatan mencapai 60 km/jam, sangat efektif dalam berburu mangsa di alam liar. Tak hanya itu, macan tutul memiliki kemampuan melompat yang mengagumkan.
Macan tutul juga mampu melompat lebih dari 6 meter secara horizontal dan hingga 3 meter secara vertikal, memungkinkan mereka untuk menghindari rintangan atau memangsa mangsa yang lebih tinggi. Kemampuan ini menjadikan mereka predator yang sangat tangguh dan gesit di habitatnya.
Sementara macan tutul Jawa memiliki dua variasi warna bulu, yaitu variasi terang, yang dikenal sebagai macan tutul, dan variasi gelap, yang disebut macan kumbang. Macan kumbang merupakan hasil dari melanisme, yaitu mutasi genetik yang menyebabkan produksi melanin berlebihan.
Meski seluruh tubuhnya tampak hitam, pola tutulnya tetap terlihat dalam cahaya tertentu. Dan, uniknya, induk macan tutul Jawa berwarna tutul terang dapat melahirkan keturunan dengan kedua variasi warna tersebut.
2. Spesies Hampir Penuh
Dilansir laman Indonesia Baik, macan tutul Jawa merupakan satwa langka yang dilindungi, namun keberadaannya memiliki tingkat ancaman kepunahan yang tinggi. macan tutul Jawa dinyatakan sebagai satwa liar langka yang dilindungi berdasarkan UU 134 Tahun 1931 tentang Perlindungan Binatang Liar.
Pada 1970, status perlindungan macan tutul Jawa dikuatkan lagi berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No 421/Kpts/Um/8/1970. Lalu, lahir UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Juga melalui UU No 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity dan Peraturan Pemerintah 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pada tingkat global, Indonesia bergabung menjadi anggota IUCN (Internasional Union for Conservation of Nature) sejak tahun 1967. IUCN adalah organisasi international yang menangani masalah konservasi sumber daya alam hayati, dan berwenang menetapkan status konservasi spesies di seluruh dunia.
Sejak 1964, IUCN telah mengeluarkan "IUCN Red List," sebuah daftar yang memberikan informasi mendalam mengenai status, tren, dan ancaman terhadap spesies di seluruh dunia. Tujuan dari daftar ini adalah mendorong tindakan konservasi yang efektif guna melindungi keanekaragaman hayati.
Pada tahun 1978, IUCN memberikan status pada macan tutul Jawa sebagai rentan (vulnerable), tahun 1988 statusnya naik menjadi terancam (threatened), tahun 1994 statusnya menjadi indeterminate, tahun 1996 statusnya kembali naik menjadi genting (endangered spesies kategori C2a).
Lalu, pada tahun 2008, dinyatakan kritis atau terancam punah (critically endangered). Pada tahun 2012, IUCN kembali mengeluarkan IUCN Red List, posisi macan tutul Jawa tercatat kembali masuk kategori critically endangered.
Critically Endangered (CR) merupakan status konservasi tertinggi sebelum spesies dinyatakan punah di alam liar. Satwa dengan status ini berisiko tinggi mengalami kepunahan dalam waktu dekat, memerlukan perhatian, dan tindakan segera.
Selain itu, sejak 1978 Indonesia telah meratifikasi CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) menjadi Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1978. Macan tutul Jawa termasuk dalam Appendix I CITES, yang artinya satwa ini tidak boleh diperdagangkan.
3. Habitat
Hutan-hutan di Pulau Jawa merupakan habitat utama bagi populasi ini. Sebagian besar populasi macan tutul Jawa hidup di kawasan konservasi seperti taman nasional, cagar alam, dan kawasan buru.
Satwa endemik ini hanya ditemukan di Pulau Jawa, Pulau Kangean, dan Pulau Nusakambangan. Sebaran keberadaannya tercatat dari Taman Nasional Ujung Kulon di Provinsi Banten hingga Taman Nasional Alas Purwo di Jawa Timur.
Namun, kepadatan penduduk di Pulau Jawa menjadi ancaman nyata hilangnya habitat macan tutul Jawa. Semakin hari, luas kawasan hutan cenderung menurun, sehingga mengancam penurunan populasi macan tutul Jawa.
Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2023, dilansir Mongabay, menemukan bahwa sejak tahun 2000 hingga 2020, lebih dari 1.300 kilometer persegi habitat alami macan tutul Jawa telah hilang, sebuah angka yang mencerminkan dampak besar terhadap ekosistem tempat mereka hidup.
Lebih mengkhawatirkan lagi, hutan-hutan yang mendukung kelangsungan hidup satwa ini, telah menyusut lebih dari 40% dalam dua dekade terakhir. Penyusutan habitat ini disebabkan berbagai faktor, termasuk konversi lahan untuk pertanian, perambahan hutan, dan perusakan habitat.
4. Perilaku dan Reproduksi
Macan tutul adalah karnivora nokturnal, yang berarti lebih aktif di malam hari saat berburu. Sebagai satwa soliter, macan tutul hidup menyendiri, kecuali saat musim kawin atau ketika betina merawat anak-anaknya.
Untuk menandai wilayah kekuasaannya, mereka menggunakan air kencing, kotoran, serta tanda cakaran pada pohon atau benda keras lainnya. Komunikasi antar sesama macan tutul biasanya dilakukan melalui geraman, auman, atau bahkan meludah, yang berfungsi memberi tanda atau memperingatkan satwa lain.
Dalam hal reproduksi, macan tutul berkembang biak dengan cara beranak. Pada umumnya, macan tutul jantan akan berkelana untuk mencari pasangan di dalam wilayah teritorialnya. Setelah proses kawin, macan betina akan mengandung selama sekitar 110 hari, dan melahirkan antara dua hingga enam ekor anak.
Anak-anak macan tutul dilahirkan dalam kondisi buta dan lemah, dan bergantung sepenuhnya pada induknya untuk bertahan hidup dalam bulan-bulan awal kehidupan mereka. Induk macan tutul akan merawat anak-anaknya dengan penuh perhatian hingga mereka cukup besar untuk mandiri dan mulai belajar berburu.
5. Upaya Konservasi dan Peran Masyarakat
Beberapa langkah konservasi telah dilakukan untuk melindungi macan tutul Jawa. Berikut beberapa upaya konservasi macan tutul Jawa.
- Pemerintah menetapkan taman nasional dan kawasan konservasi sebagai habitat yang aman bagi macan tutul.
- Program penanaman kembali hutan dilakukan untuk memperluas habitat alami mereka.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keberadaan macan tutul Jawa.
- Pengawasan ketat di kawasan konservasi untuk mencegah aktivitas perburuan liar.
- Melakukan penelitian mengenai populasi dan kebiasaan macan tutul Jawa untuk mendukung program konservasi yang lebih efektif.
Masyarakat memiliki peran penting dalam upaya konservasi macan tutul Jawa. Dukungan dari masyarakat setempat dapat diwujudkan melalui beberapa hal di bawah ini.
- Tidak melakukan perburuan liar.
- Melaporkan aktivitas ilegal yang membahayakan satwa liar.
- Mendukung program pemerintah dan lembaga konservasi.
- Menghindari konflik dengan satwa liar melalui pengelolaan ternak dan ladang yang ramah lingkungan.
Macan tutul Jawa adalah salah satu kekayaan alam Indonesia yang patut dibanggakan. Sayangnya, keberadaan mereka semakin terancam. Dengan upaya konservasi yang melibatkan berbagai pihak, diharapkan populasi macan tutul Jawa dapat pulih dan tetap menjadi bagian dari ekosistem Pulau Jawa.
(hil/irb)