Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), Agus Fatoni menargetkan capaian prevalensi stunting di Sumsel pada 2024 bisa di bawah angka nasional. Pemerintah menargetkan capaian 2024 sebesar 14%, sementara prevalensi stunting di Sumsel 2022 sebesar 18,6%.
Untuk mencapai target itu, Fatoni meminta semua pihak memasifkan penanganannya melalui kerja sama dan sinergi semua pihak. Tidak hanya OPD di lingkungan Pemprov Sumsel, tapi juga Pemkab/Pemkot se-Sumsel, termasuk BUMD serta lainnya.
"Target Presiden Joko Widodo di 2024 untuk stunting ini turun menjadi 14 persen. Mudah-mudahan bisa kita capai dan di Sumsel hasilnya lebih rendah dari angka nasional. Bahkan kita harapkan zero stunting bisa dicapai," ujar Fatoni saat Launching Program Pencegahan Stunting BSB dan Peresmian Kawasan Taman Apung di Kota Pagar Alam, Sabtu (16/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fatoni mengungkapkan, penanganan stunting merupakan salah satu program prioritas nasional dan Pemprov Sumsel. Untuk mencapai target, pria asal Lampung itu menggalakkan program anak asuh stunting yang bisa dilakukan oleh semua pihak dan program lainnya.
"Target nasionalnya sudah tercapai, tetapi kita harapkan target Sumsel zero stunting juga bisa dicapai. Saat ini Sumsel berangsur-angsur mendekati target nasional bebas stunting," ujarnya.
Diketahui, angka stunting Sumsel 2022 sebesar 18,6% atau turun 6,2% dibandingkan 2021 yang mencapai 24,8%. Untuk mencapai target 14%, dibutuhkan upaya penurunan 4,6% lagi pada 2023 dan 2024.
Fatoni menyebut, permasalahan stunting bukan hanya soal pertumbuhan balita akibat kurangnya asupan gizi saja. Namun, jangka panjang akan berdampak pada menurunnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Sumsel jika tak segera diatasi.
"Bonus demografi di depan mata kita, justru akan menjadi penghambat pembangunan apabila tidak memiliki generasi cerdas yang mampu menjawab tantangan persaingan SDM di tingkat lokal, nasional dan global. Artinya masalah stunting sangat penting, besar dan masalah bersama yang menentukan keberlanjutan bangsa dan manusia," ungkapnya.
Pj Walikota Pagar Alam, Lusapta Yudha Kurnia mengatakan, pembangunan Kota Pagar Alam berkonsentrasi pada penanganan kemiskinan ekstrem, ketahanan pangan, stuntinf dan inflasi dan peningkatan perekonomian.
"Capaian tersebut tidak terlepas dari dorongan Pemprov Sumsel serta instansi lainnya yang menyalurkan CSR-nya, bahkan ke depan dirinya juga akan berfokus pada peningkatan perekonomian," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama BSB, Achmad Syamsudin mengatakan, kegiatan yang dilakukan pihaknya menindaklanjuti program percepatan penurunan stunting, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Saat ini, kata dia, realisasi penyaluran CSR ke Kota Pagar Alam sebesar 97,11% dari total anggaran Rp 546,4 juta.
"Bank Sumsel Babel memberikan CSR kepada Pemerintah Kota Pagar Alam berupa pemberian makanan tambahan kepada Ibu hamil, Ibu nifas, Baduta/Balita risiko stunting kepada 99 orang yang dilakukan selama lima bulan ke depan," ujarnya.
Diketahui, saat ini kasus prevalensi stunting terendah ada Pagar Alam, hanya 11,6%. Capaian positif itu tidak lepas dari karakteristik wilayah yang memiliki SDA yang melimpah, sehingga memiliki ketersediaan sumber pangan berlimpah.
Dalam kegiatan itu juga diberikan bantuan makanan tambahan bayi di bawah lima tahun, ibu hamil dan pasca persalinan. Kemudian penyerahan CSR berupa pembangunan gapura dan bibit cabai dan bawang merah kepada kelompok tani.