Masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) pasti sudah familier dengan Martabak HAR. Ya, kuliner ini disajikan dengan kuah kari dengan bumbu rempah-rempah dicampur kentang dan irisan daging.
Martabak HAR ini sudah ada sejak tahun 1947. Pendirinya adalah Haji Abdul Rozak, warga India yang memilih untuk merantau ke Palembang. Nama HAR sendiri singkatan dari nama Haji Abdul Rozak.
"Kuahnya banyak menggunakan rempah-rempah. Ditambah kentang dan irisan daging," kata salah satu pegawai Martabak HAR yang berada di Jalan Jenderal Sudirman depan Masjid Agung Palembang, Yuyuk, ditemui detikSumbagsel, Minggu (11/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Martabak HAR tidak hanya disajikan dengan kuah kari, tapi juga disajikan dengan cuka hitam yang dicampur dengan irisan cabai hijau. Sudah pasti akan membuat mata melotot dan lidah terjilat sensasi neraka ketika menggigit irisan cabai hijau itu.
"Itu (irisan cabai hijau) sebagai pelengkap atau sambalnya," ungkapnya.
Dia menjelaskan, bahan untuk membuat martabak HAR cukuplah mudah. Yakni hanya menggunakan gandum yang dicampur air dan ditambahkan sedikit garam. Setelah itu, diaduk hingga bisa dibentuk bulat-bulat.
Yuyuk mengungkapkan, proses membuat bentuk adonan yang bulat tadi menjadi lebar memang sedikit susah karena harus mempunyai keterampilan khusus. Ketika adonan sudah lebar, baru dimasukkan telur, dilipat, dan digoreng.
"Ya, memang yang sedikit susah itu saat membuat adonan bulat menjadi lebar karena butuh keterampilan. Untuk telur tergantung mau ayam atau bebek, bisa juga dicampur dengan sayur," jelasnya.
Yuyuk mengatakan, martabak HAR isi telur ayam dihargai Rp 25.000, bebek Rp 30.000, sayur 35.000 dan spesial 50.000. Spesial biasanya berisi sayur dan daging.
"Bukanya pukul 05.00 WIB dan tutup pukul 01.00 WIB," ungkapnya.
Jadi bagi Anda yang berkunjung ke Palembang, jangan hanya mencari pempek. Coba juga Martabak HAR yang disajikan dengan kuah kari dan cuka hitam dengan irisan cabai hijau.
(des/des)