2 Peran Sungai Musi di Zaman Sriwijaya

Pencarian Harta Karun di Sungai Musi

2 Peran Sungai Musi di Zaman Sriwijaya

Tim detikSumbagsel - detikSumbagsel
Jumat, 22 Nov 2024 14:00 WIB
Ilustrasi Palembang
Ilustrasi Sungai Musi di Palembang/Foto: Shutterstock
Palembang -

Banyak peninggalan zaman Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Sungai Musi. Itu artinya, sungai tersebut berperan penting pada zaman Sriwijaya.

Dalam situs Jurnal Online UNJA, ada jurnal berjudul Analisis Temuan Benda-benda Peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Sungai Musi Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah. Jurnal tersebut disusun Dinda Sintya, Muhamad Aldian Roni, dan Reka Seprina dari Universitas Jambi.

Mereka menjelaskan Sriwijaya termasuk kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara. Pada masa Sriwijaya, Sungai Musi berperan penting dalam perdagangan dan pelayaran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sriwijaya memanfaatkan Selat Malaka sebagai jalur pelayaran untuk ekspansi ke wilayah regional. Seperti ekspansi ke wilayah Melayu di Jambi, Pulau Bangka, dan Lampung Selatan.

Sriwijaya juga berusaha menaklukkan Pulau Jawa, dan diduga menaklukkan Pulau Bangka untuk menguasai perdagangan dan pelayaran internasional. Kerajaan tersebut mendominasi perdagangan dan pelayaran antara China dan negara-negara Barat, dengan pasukan besarnya menguasai Selat Malaka.

ADVERTISEMENT

Pusat perdagangan Kerajaan Sriwijaya mempunyai keunikan. Salah satunya adalah diplomasi. Sriwijaya mengandalkan angkatan laut yang kuat untuk mengamankan jalur perdagangan dan menguasai Selat Malaka.

Oleh karena itu, Sriwijaya menjalin hubungan diplomatik dengan China serta membayar upeti. Mereka memastikan China senantiasa melakukan kerja sama dengan Sriwijaya jika diperlukan.

Dengan strategi berikut ini, Sriwijaya mampu menjaga keamanan jalur pelayaran dan perdagangannya. Sriwijaya menerapkan peraturan yang mewajibkan kapal singgah di pelabuhan yang disebut dengan 'kewajiban menimbun barang'.

Saat berlayar, kapal-kapal para pedagang mampu menurunkan barang dagangan, menyediakan air minum, dan perbekalan lainnya. Kerajaan juga memastikan navigasi dan perdagangan selalu ramai. Perdagangan dan pelayaran sebagai sektor andalan memerlukan antisipasi langsung dari pemimpin Sriwijaya.

Mengapa Banyak 'Harta Karun' di Sungai Musi?

Menurut Plh Kepala Museum Negeri Sumsel Balaputra Dewa, Amarullah, Kota Palembang menjadi wilayah persinggahan dan transit pada zaman dulu. Berbagai bangsa datang untuk berdagang di sekitaran wilayah tersebut. Jalur Sungai Musi menjadi pilihan ketimbang jalur darat. Faktor itu yang membuat 'harta karun' di Sungai Musi cukup banyak.

"Usia hasil temuan dan jadi koleksi museum mulai dari puluhan tahun hingga ribuan tahun. Yang paling tua (ada di museum), ada kepeng Ban Liang dari abad kedua sebelum masehi. Kalau di museum, koleksi yang paling bernilai itu kami sebut sebagai Koleksi Masterpiece," imbuhnya.

Edukator Museum Negeri Sumsel, Benny Pramana Putra mengungkapkan Kepeng Ban Liang merupakan hibah warga kepada museum. Koin itu ditemukan di Sungai Musi. Kepastian usia koin itu disebut valid karena berasal dari Dinasti Han yang berkuasa sejak 206 sebelum Masehi sampai 220 Masehi.

Selain koin itu, koleksi masterpiece lainnya adalah golok kuningan berlapis emas yang bentuknya langka. Golok itu disebut barang hasil akulturasi banyak kebudayaan, yakni berunsur Melayu, Jawa dan China. Diperkirakan senjata itu berasal dari periode klasik muda sekitar abad ke-11 hingga ke-15 Masehi.

"Ada juga kemudi kapal yang panjangnya 7,7 meter yang ditemukan di kedalaman 40 meter. Teknologi pembuatan kapalnya ada pengaruh Eropa di bagian bilah yang disebut ekor burung. Belum dapat dipastikan apakah dari Belanda atau bukan. Namun itu bukan kemudi tunggal. Maksudnya ada pasangannya, bisa dua atau tiga kemudi pada satu kapal. Panjang kapalnya bisa mencapai 30 meter," terang Benny.




(sun/mud)


Hide Ads