5 Pahlawan dari Bengkulu dan Peran Perjuangannya

5 Pahlawan dari Bengkulu dan Peran Perjuangannya

Muhammad Febrianputra Jastin - detikSumbagsel
Jumat, 08 Nov 2024 06:00 WIB
Fatmawati, salah satu pahlawan dari Bengkulu.
Foto: Fatmawati, salah satu pahlawan dari Bengkulu. (Dok Kementerian Sosial RI)
Bengkulu -

Ada beberapa pahlawan asal Bengkulu yang memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mereka rela mengorbankan nyawa demi merebut kemerdekaan dari tangan penjajahan.

Siapa saja pahlawan dari Bengkulu? Berikut detikSumbagsel rangkum 5 pahlawan dari Bengkulu dan peran perjuangannya.

5 Pahlawan dari Bengkulu dan Peran Perjuangannya

1. Fatmawati

Dilansir dari laman Kementerian Sosial Republik Indonesia (RI) serta detikEdu, berikut informasi tentang Fatmawati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

a. Profil Fatmawati

  • Nama Lengkap: Fatimah
  • Agama: Islam
  • Tempat Lahir: Bengkulu
  • Tanggal Lahir: 5 Februari 1923
  • Tanggal Meninggal: 14 Mei 1980
  • Nama Ayah: Hassan Din
  • Nama Ibu: Siti Chadidjah

b. Peran Perjuangan Fatmawati

ADVERTISEMENT

Pertemuan pertama antara Fatmawati dan Ir Sukarno terjadi di Bengkulu, kala itu Ir. Sukarno dipindahkan tempat pengasingannya dari Flores, Nusa Tenggara Timur ke Kota Bengkulu. Saat itu, Sukarno disebut langsung jatuh cinta pada pandang pertama kepada Fatmawati. Kecantikan dan kepintaran Fatmawati membuat Ir Sukarno memantapkan hatinya. Sukarno pun menikah dengan Fatmawati pada tahun 1943.

Sesuai janji kemerdekaan dari Jepang pada September 1944, rakyat Indonesia dapat mengibarkan benderanya berdampingan dengan bendera Jepang di hari-hari besar. Ketika Ir Sukarno bersama pahlawan lain tengah menyiapkan peralatan untuk proklamasi. Tanpa berpikir, Fatmawati langsung mencoba menjahit bendera Sang Saka Merah Putih.

Kain yang didapatkan berasal dari Kolonel Hitoshi Shimizu. Fatmawati menjahitnya dengan mesin jahit di ruang makan sambil menitikkan air mata. Saat itu, ia sedang hamil besar menanti kelahiran Guntur Soekarnoputra. Bendera merah putih pun berhasil dijahit setelah dua hari dan dikibarkan pertama kali pada 17 Agustus 1945.

2. Indera Tjaja

Dilansir dari jurnal UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, berikut profil dan peran perjuangan Indera Tjaja dan perjuangannya.

a. Profil Indera Tjaja

  • Nama Lengkap: Indera Mahmud Tjaja
  • Tempat Lahir: Desa Peramuan, Bengkulu
  • Tanggal Lahir: 1905
  • Tanggal Meninggal: 5 Oktober 1961
  • Nama Ayah: Mahmud Tjaja
  • Nama Ibu: Salma

b. Peran Perjuangan Indera Tjaja

Tjaja menamatkan belajar di Sekolah Hollandsche School (HIS) dan lanjut sekolah di Jakarta. Hingga pada akhirnya, ia diterima Technische Hogeschool (sekarang menjadi ITB). Lulus dari ITB pada tahun 1935, ia pun menyandang gelar insinyur.

Perjuangan Indera Tjaja mulai dilakukan saat bergabung dalam komite Persiapan Kemerdekaan Indonesia untuk wilayah Sumatera, yang diketuai Adinegoro. Indera juga terlibat dalam konferensi besar yang dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 1949 di rumah wali negeri di Si Lantai untuk mengupas Roem Royen Statement serta membahas langkah-langkah selanjutnya. Pada tahun 1949, Indera terus berjuang di wilayah Sumatera Tengah.

Lalu pada 1960, Indera ditarik ke Jakarta untuk menjadi pegawai tinggi Kementerian Perhubungan dan Dewan Nasional. Setelah pensiun, Indera dipercayai sebagai teknisi pembangunan di Sumatera Selatan. Banyak tugas yang pernah dikerjakan oleh Indera, seperti Jembatan di wilayah Lubuk Linggau dan Jembatan Ampera.

3. Abdur Rahim Damrah

Dilansir dari jurnal Universitas Riau, berikut profil dan perjuangan Abdur Rahim Damrah.

a. Profil Abdur Rahim Damrah

  • Nama Lengkap: Abdur Rahim Damrah
  • Tempat Lahir: Tais, Bengkulu
  • Tanggal Lahir: Januari 1922
  • Tanggal Meninggal: November 1970
  • Nama Ayah: Mahmud Damrah Mualif
  • Nama Ibu: Rukiah

b. Peran Perjuangan Abdur Rahim Damrah

Damrah memiliki sifat pemberani yang terilhami dari sosok ayahnya, dan penyayang dari sosok ibu. Pada tahun 1943, Damrah menjadi siswa tentara sukarela (Gyugun) dan menjadi pemimpin Gyugun di Pagar Alam, Sumatera Selatan.

Hasil dari kemiliteran di sekolah Jepang, Gyugun membuat rakyat Bengkulu menggunakan keterampilan tersebut untuk melawan. Hal inilah yang menjadi senjata makan tuan. Pada 17 Agustus, Damrah menjadi pemimpin rakyat di Bengkulu Selatan dan merebut kekuasaan dari Jepang.

Pengibaran bendera merah putih di Kota Manna (Bengkulu Selatan) dilaksanakan pada tanggal 29 September 1945. Namun terjadi keterlambatan pengibaran bendera karena konflik dengan Jepang yang masih berlangsung saat itu. Pada 11 Oktober 1945, Kembali terjadi pertempuran antara Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) dan Jepang di Bengkulu Selatan. Damrah juga ikut dalam mempertahankan kemerdekaan dalam Agresi Militer Belanda I dan II.

4. Nawawi Manaf

Dilansir dari jurnal Universitas Sriwijaya, berikut profil dan peran perjuangan Nawawi Manaf.

a. Profil Nawawi Manaf

  • Nama Lengkap: Abdur Rahim Damrah
  • Tempat Lahir: Bengkulu
  • Tanggal Lahir: 22 Maret 1923

b. Peran Perjuangan Nawawi Manaf

Berita kemerdekaan 17 Agustus di sambut suka cita oleh rakyat Bengkulu. Mendengar berita tersebut, Nawawi Manaf menghubungi Gubernur Jepang di Bengkulu untuk memberikan kabar tersebut.

Akibat kekalahan Jepang, Bengkulu membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang dipelopori oleh Nawawi Manaf. Tugas utama API adalah menyebarkan informasi ke seluruh daerah Bengkulu tentang Kemerdekaan. Pada 25 September 1945, Penjaga Keamanan Rakyat dibentuk dengan diketuai Nawawi Manaf. Di sini, Nawawi Manaf turut berperan dalam peperangan melawan Jepang demi mempertahankan kemerdekaan.

Pada Agresi Militer Belanda I dan II, Nawawi Manaf menjabat sebagai Komandan Batalyon XXVI untuk menghadapi Belanda. Lalu pada 20 April 1949, Nawawi Manaf melakukan rencana penyerangan untuk mengusir Belanda.

5. Hazairin

Dilansir dari jurnal Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dan Universitas Islam Negeri Antasari, berikut profil dan perjuangan Hazairin.

a. Profil Mayor Hazairin

  • Nama Lengkap: Hazairin
  • Tempat Lahir: Bukit Tinggi
  • Tanggal Lahir: 29 November 1906
  • Tanggal Meninggal: Desember 1975
  • Nama Ayah: Zakaria Bahri
  • Nama Ibu: Nurkemala

b. Peran Perjuangan Hazairin

Hazairin menamatkan pendidikannya di Rechtskundige Hodeschool (Sekola Tinggi Hukum) di Batavia pada tahun 1936 dan mendapat gelar doktor. Pada masa pendudukan Jepang, Hazairin bergabung menjadi anggota Gerakan Bawah Tanah yang memiliki tujuan mengusir penjajah memiliki tujuan mengusir penjajah dari tanah air.

Pada masa kemerdekaan, Hazairin bergabung dalam tentara pelajar. Pada tahun 1946 Hazairin menjabat sebagai Komandan Brigade Tentara Pelajar di Kalimantan. Pada tahun 1946, pemerintah Indonesia mengangkat Hazairin menjadi Residen Bengkulu dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan hingga tahun 1953.

Pada Tahun 1953, Hazairin diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Ali Sastroamodjojo. Pada tahun 1950, Hazairin bersama teman-temannya mendirikan Yayasan Wakaf Perguruan Tinggi Islam yang menjadi cikal bakal Universitas Islam Jakarta.

Demikian informasi 5 pahlawan dari Bengkulu dan peran perjuangannya. Semoga bermanfaat ya!

Artikel ini ditulis oleh Muhammad Febrianputra Jastin, peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.




(dai/dai)


Hide Ads