13 Puisi tentang Pahlawan dan Perjuangan

13 Puisi tentang Pahlawan dan Perjuangan

Wulandari - detikSumbagsel
Selasa, 05 Nov 2024 21:20 WIB
Ilustrasi pahlawan nasional Indonesia
Ilustrasi pahlawan/Foto: Freepik/freepik
Palembang - Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Pahlawan adalah dengan membaca puisi. Ada banyak puisi tentang pahlawan yang bisa jadi referensi.

Menurut KBBI, pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani. Untuk menghargai jasa para pahlawan yang berkorban memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, maka dibuatlah Hari Pahlawan setiap 10 November.

Melalui puisi, detikers bisa terus menghayati dan mengenang jasa-jasa mereka. Berikut kumpulan puisi tentang pahlawan yang telah detikSumbagsel rangkum dari Buku Kumpulan Puisi Pahlawan karangan Siti Isnatun dkk, dan detikEdu.

Puisi tentang Pahlawan:

1. Kasuma Bangsa (Oleh: Umi N. Mukhsin)

Penjajah mengoyak kedamaian negeri ini
Mereka menindas
Mereka memaksa
Mereka merampas

Pejuang bangkit melawan
Maju ke medan laga
Memanggul senjata
Menyerukan kebenaran

Perjuangan itu tidak sia-sia meskipun harus dibayar darah dan nyawa
Indonesia merebut kembali kedaulatannya

Kini kita bisa menikmati indahnya negeri ini berkat kegigihan dan keberanian para pejuang sejati merekalah kusuma bangsa ini

Lanjutkan semangatnya
Kobarkan kegigihannya untuk membangun Indonesia tercinta

2. Kepergian Pahlawanku (Oleh: Siti Isnatun M)

Senja yang pilu, membuat hari kian membiru
Langit tampak keruh, mengantar kepergianmu...pahlawanku

Gerimis jatuh membasahi pucuk sunyi, melagukan nada-nada lara hati

Saat doa-doa ikut tertanam, bersama bayangmu yang kian tenggelam

Kaulah, pahlawan hidupku meninggalkan berjuta jejak dalam rentang waktuku mengukir berjuta cinta dalam lembar hidupku

Kepergianmu ini, membuatku bagai kota mati
Namun, aku mengerti bahwa engkau...
Ibu tak kan pernah layu dalam kalbuku dalam setiap kenangan, kulantunkan doaku

Tenang dan bahagiamu
Kembali kepada-Nya

3. Kartini (Oleh: Siti Isntaun M)

Saat wanita ditabukan untuk belajar, suaramu lembut menentang
batinmu lantang menerjang

Sekuat tenaga kaunyalakan harap
Bagai gemerisik angin dalam senyap
Rebut hak untuk kaum wanita
Perjuangkan masa depan untuk kaum wanita

Kartini...
Saat kini jasamu telah membahana...
Namamu tak lagi lantang disebutkan
Usahamu tak lagi ramai dibicarakan
Kau kian terlupakan...
Bagai kota yang telah lama ditinggalkan

4. Jendral Sudirman (Oleh Siti Isnatun M)

Sederhana dan bersahaja
Rendah hati serta penuh kasih
Begitulah sosoknya Jenderal Sudirman

Diiringi keikhlasan menjalani perjuangan
Disertai ketabahan dalam kesakitan
Dan ditemani kesabaran dalam menentang kezaliman

Dapatkah lagi pemimpin sepertinya ditemukan?
Sementara, zaman telah jauh melangkah ke depan
Dan pergolakan telah mengubah keadaan

Rindu kami akan pemimpin sepertinya
Rindu kami akan tokoh sebijak dan setangguh dirinya

Seorang pejuang kebanggaan bangsa
Yang rela berjuang demi kebenaran
Yang rela berjuang demi perdamaian
Yang rela berjuang untuk kemerdekaan
Bagi seluruh rakyat Indonesia

5. Penjajah Harus Pergi dari Indonesia (Oleh: Mochammad Hayyu Al Fatha)

Penjajah itu sudah merusak persatuan
Persatuan bangsa Indonesia
Karena mereka telah membunuh pahlawanku
Mereka juga telah menyengsarakan rakyat Indonesia

Maka dari itu kita harus melawan para penjajah
Demi Indonesia merdeka kita harus bersatu
Agar bangsa Indonesia bisa tetap harmonis
Dan bersatu agar bangsa Indonesia
Menjadi bangsa yang makmur
Sekujur darah menyelimuti kulitmu
Tembakan yang menusuk dadamu
Semua itu kau lakukan untuk negeri ini
Tanpa pamrih berjuang

Perjuanganmu 'kan terukir di bambu runcing
Sejarah hidupmu 'kan kami kenang
Pagi, siang, sore, malam engkau berperang
Setiap waktu kau pegang senjata

Pahlawan
Semangat
Tekad bulatmu
Untuk negeri ini

Apa gerangan engkau bersedih
Mengapa keadaanmu
Begitu mengkhawatirkan
Begitu mencemaskan kami

Kini negeri ini
Berada di pundak kami
Kami kan terus melanjutkan perjuanganmu
Semangat!

6. Pahlawanku (Oleh: Annisa Faiha)

Wahai pahlawan
Sungguh besar pengorbananmu
Untuk negeriku indonesia
Aku sangat bangga atas jasamu

Pahlawanku
Sungguh besar akhlakmu
Pasti seluruh orang
yang ada di indonesia bangga padamu

Bangunlah wahai pahlawan
Janganlah pantang menyerah
Aku ikut mendukungmu
Pahlawanku

7. Para Patriot (Oleh: Umi N. Mukhsin)

Mereka turun ke jalanan
Menyuarakan lara yang tak dihiraukan
Tangis anak yang kelaparan
Resah pemuda yang tak punya pekerjaan

Mereka menyuarakan seruan
Agar para elit mulai memikirkan
Desah rakyat yang tersingkirkan
Kabar duka tentang kemiskinan

Para patriot jalanan
Bukanlah para pengacau
Bukan pula para pemula yang pandai meracau

Jika saja mereka didengarkan
Jika saja tidak dengan kekerasan
Mungkin mereka akan membawa pencerahan
Bagi nurani bangsa yang mulai tergoyahkan

8. Pahlawan (Oleh: Jenita)

Hai pahlawan...
Manusia yang rela mengorbankan tenaga
Rela kehilangan harta dan keluarga
Bahkan rela kehilangan nyawa
Demi merdekanya bangsa Indonesia

Hai pahlawan...
Bersenjata sederhana dan penuh keyakinan
Menyerang tanpa rasa takut dan bimbang
Meskipun satu persatu nyawa hilang
Namun tujuan suci tidak akan membuat mereka gentar

Hai pahlawan....
Terima kasih atas semua perjuanganmu
Akan selalu kami kenang semua jasa-jasamu

9. Ki Hajar Dewantara (Oleh: Mutasaroh)

Engkau pendiri Taman Siswa
Sebagai pengabdian bagi Negara
Engkau bapak pendidikan nasional
Pemberi inspirasi pada bangsa Indonesia.

Wahai pahlawan pendidikan
Engkau kerahkan tenagamu
Engkau curahkan pikiranmu
Engkau korbankan waktumu
Untuk mendidik putra-putri bangsa
Wahai pahlawan pendidikan

Kini kau telah tiada.....
Kini tinggal kenangan....
Semangatmu tak pernah kulupakan
Jasamu sangat besar pada Negara

Wahai pahlawan pendidikan
Namamu kan harum semerbak wangi
Disetiap langkah generasi Indonesia
Semoga Allah membalas semua kebaikanmu
Terimakasih pahlawanku.

10. Sepotong Sunyi di Taman Makam Pahlawan (Oleh: Siti Isnatun M)

Di sebuah makam
Jauh dari kehidupan
Yang tersimpan hanyalah kenangan
Akan keabadian yang temaram

Sepotong sunyi menepi
Di antara nisan-nisan berjejer rapi
Seolah jadi teman yang peduli
Menyanyikan sepi tanpa henti

Berkalang tanah engkau para kebanggaan
Tenggelam bersama keteladanan
Betapa tamanmu kini sunyi dan sepi
Seakan duniamu telah ikut mati

Taman makammu makin tak terjamah
Perjuanganmu makin terlupa sejarah
Sungguh ironis dan mengunggah
Semua terjadi saat jasamu terasa indah

Nisanmu yang dulu megah
Kini tampak mulai layu dan jengah
Bagai bunga kamboja berguguran ke tanah
Tak terusik oleh deretan kisah

Sepotong sunyi terus menggelayuti
Taman makammu...wahai pahlawan negeri
Hati berbisik dengan sepi
Akankah kami bisa berbagi
Meski hanya kisah yang tak selesai
Dari perjalananmu yang telah usai

11. Gugur Pejuang (Oleh: Ayla Andhura Hamba Al-Ghafur)

Indonesia tanah airku
Yang sedang kupijak di atasnya
Semuanya tanpa mengetahui cara meraihnya
Yang tanpa mengetahui cara meraihnya

Wahai pahlawanku...
Pejuang NKRI tanah airku
Kau relakan tubuhmu tertusuk demi

Ku menangis tersedu-sedu
Tetesan air mengalir di seluruh wajahku
Tapi aku hanya dapat berpikir bagaimana
Tetesan darah mengalir di seluruh tubuhmu

Kini telah gugur engkau wahai pejuangku
Aku hanya dapat mengirim doa kepadamu
Semoga cahaya selalu menerangi dan rakyat NKRI

12. Perjuangan, Indonesia Merdeka! (Oleh: Siti Nur Halimah)

Dia tidak menginginkan harta
Dia dikenal bukan ingin dipuja
Dia yang jasanya sangat berharga
Dialah para pahlawan bangsa
Abdi pada negeri
Mengorbankan jiwa dan raga
Tanpa lelah melawan dan mengusir para penjajah
Untuk apa?
Indonesia merdeka!
Terbebas dari belenggu dunia
Untuk apalagi?
Untuk kita!
Generasi selanjutnya
Melanjutkan cita-cita bangsa
Terimakasih untukmu para pahlawan
Jasamu selalu dikenang
Takkan luput dan hilang oleh waktu
Sejarahmu diingat selalu
Takkan dilupa karena kau sangat berharga
Kemerdekaan adalah hasilnya

13. Sang Pejuang ( Oleh: Shavna Agitsni)

Dengan tegap kau beranikan diri
Melangkah tuk mempertaruhkan diri
Bahkan kau siap mati
Demi kemerdekaan ibu pertiwi
Geram
Sepertinya itu yang kau rasakan
Negeri ini telah lama tertikam
Dan kini kau akan menikam
Tak tahan untuk bungkam
Telah banyak darah yang mengalir
Seolah bagaikan sihir
Telah banyak goresan luka yang Telah mereka ukir
Walau sudah tiada
Tapi namamu akan tetap ada
Walau kau sudah tidak ada di dunia
Jiwamu masih dalam sejarah bangsa

Itulah kumpulan puisi tentang pahlawan yang telah detikSumbagsel rangkum. Semoga bermanfaat ya!

Artikel ini ditulis oleh Wulandari, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.


(sun/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads