Nganggung merupakan tradisi turun temurun dari masyarakat kepulauan Bangka Belitung. Tradisi ini merupakan salah satu dari sekian banyaknya kekayaan tradisi yang dimiliki Indonesia.
Nganggung memiliki slogannya sendiri yaitu 'Sepintu Sedulang' yang merupakan filosofi dari kebiasaan masyarakat Pulau Babel dalam melakukan Tradisi Nganggung yang mencerminkan kehidupan sosial masyarakat Pulau Bangka yang saling bahu membahu. Tradisi ini kerap diadakan salah satunya dalam menyambut hari besar Agama Islam salah satunya saat menjelang momen Idul Adha.
Berikut detikSumbagsel sajikan informasi mengenai tradisi Nganggung dari Bangka Belitung. Simak yuk!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa itu Tradisi Nganggung di Babel
Dilansir laman resmi Badan Penghubung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tradisi Nganggung merupakan tradisi turun menurun masyarakat Pulau Bangka dalam memperingati hari besar Agama Islam, menyambut tamu kehormatan, merayakan panen bumi, selamatan orang meninggal, acara nikahan atau acara yang melibatkan orang banyak.
Nganggung memiliki ciri khasnya sendiri yaitu membawa makanan di dalam dulang atau talam yang ditutup tudung saji dan di "anggung" (dipapah di bahu" untuk dibawa ke masjid, surau, atau balai desa dan dimakan bersama setelah pelaksanaan ritual agama.
Dulang sendiri merupakan sejenis nampan bulat dengan besar setara tampah atau yang terbuat dari aluminium lalu juga ada yang terbuat dari kuningan, timah atau kayu. Dulang dipergunakan sebagai wadah makanan yang dibawa masyarakat untuk di anggung. Selain dulang, ada wadah lain yang menjadi ciri khas Nganggung yaitu tutup saji yang terbuat dari anyaman daun pandan berduri atau nipah khas Bangka yang diberi warna mencolok merah, kuning dan hijau sebagai warna khas.
Prosesi Tradisi Nganggung
Masih di sumber yang sama, Nganggung diawali dengan setiap warga atau rumah menyiapkan makanan di dalam dulang. Adapun untuk jenis makanan yang hendak dibawa sesuai dengan kesepakatan bersama, jika sepakat untuk Nganggung kue (makanan kecil) yang dibawa adalah kue dan jika sepakat Nganggung nasi maka yang dibawa adalah nasi beserta lauk pauknya.
Makanan yang ada di dalam dulang ini kemudian akan dibawa oleh seorang laki-laki sebagai perwakilan dari setiap rumah untuk dibawa menuju ke tempat yang sudah disepakati seperti masjid, balai desa dan lain sebagainya. Lalu untuk cara membawanya dengan cara di anggung (dipapah di bahu) dengan sebelah tangan setinggi bahu atau sengaja menjadikan bahu sebagai penopang dulang.
Setelah tiba di tempat tujuan yang sudah disepakati, panitia akan menerima dulang dan meletakkannya dengan rapi biasanya akan bertukaran dulang dengan maksud saling menikmati makanan tetapi bukan makanan yang kita bawa sendiri dari rumah. Masyarakat yang ikut dalam Nganggung akan duduk berbaris saling berhadapan satu sama lain dan di antara mereka terdapat dulang yang berisi makanan yang akan disantap bersama setelah acara inti selesai.
Makna Tradisi Nganggung
Menurut masyarakat setempat, tradisi ini diadakan sebagai bentuk rasa kepedulian, kebersamaan, gotong royong, dan menjaga silaturahmi agar tidak terputus.
Dari tradisi ini dapat tercermin masyarakat Bangka yang menjunjung tinggi rasa persatuan serta kesatuan dan semangat gotong royong. Adapun kebersamaan ini tidak hanya ditujukan kepada warga Bangka itu sendiri saja akan tetapi juga kepada para pendatang yang datang ke Bangka.
Itulah informasi mengenai tradisi Nganggung di Babel. Semoga bermanfaat ya detikers!
Artikel ini ditulis oleh Bagus Rahmat Nugroho, peserta Magang Merdeka Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(mud/mud)