Yup, dalam catatan Museum Negeri Sumatera Selatan atau Balaputra Dewa, Ogan Ilir punya senjata pukulan khusus yang dijadikan sebagai pertahanan. Namanya adalah kayu Rukam.
Senjata pukulan berwarna coklat ini bentuknya bulat memanjang. Seluruh bagian kayu terdapat duri-duri panjang dan tajam yang oleh masyarakat setempat biasanya digunakan untuk mempertahankan diri atau menangkis serangan musuh.
Secara sekilas bentuknya mirip batang jeruk nipis yang dipenuhi duri. Ukurannya rata-rata sebesar lengan dan akan dikikis oleh pemiliknya agar lebih tajam serta tahan hingga puluhan tahun.
![]() |
Kepala Museum Balaputra Dewa, Chandra Amprayadi mengatakan senjata pukulan ini pada zaman dulu biasanya digunakan untuk perlindungan diri saat berperang. Namun, senjata ini ternyata bisa juga digunakan untuk mengusir mahluk halus.
"Dulu selain sebagai senjata untuk mempertahankan diri dari musuh, senjata tersebut juga digunakan untuk mengusir mahkluk halus,' kata Chandra saat berbincang dengan detikSumbagsel, Minggu (30/7/2023).
Senjata berduri dan keras itu biasanya oleh masyarakat setempat diletakkan depan rumah. Masyarakat meyakini senjata pukulan mematikan itu bisa mengusir mahluk halus.
Menurut Chandra, senjata ini asli dari nenek moyang dan masih bisa ditemui di Ogan Ilir. Biasanya senjata diletakkan di atas plafon rumah sesuai keyakinan masyarakat untuk mengusir mahluk halus yang tak diinginkan pemilik rumah.
"Meski bisa ditemui di tempat asalnya Ogan ilir, tapi sudah sangat jarang dan langka. Hanya beberapa orang saja yang masih menyimpan senjata tersebut," katanya.
Menurut Chandra, tak hanya senjata pukulan dari Ogan Ilir saja yang ada di Museum Balaputra Dewa. Tercatat ada 287 senjata tradisional Nusantara yang dipamerkan yang terdiri dari 25 museum di Indonesia.
Kegiatan pameran senjata tradisional Nusantara ini merupakan acara tahunan yang dilakukan setiap tahun secara bergiliran di daerah-daerah di Indonesia. Jika tahun lalu pameran itu berlangsung di Medan, Sumatera Utara, maka tahun ini di Palembang, Sumatera Selatan.
"Peserta pameran ini diikuti 25 museum ditambah koleksi senjata dari Kodam II Sriwijaya. Selain itu juga ada senjata tradisional dari 20 komunitas," ungkap Chandra.
Kegiatan tahunan bergilir dilakukan museum-museum yang ada di Indonesia ini merupakan kegiatan yang edukatif. Tidak hanya sebagai langkah melindungi benda-benda budaya dan bersejarah, kegiatan ini juga memberi pengetahuan bagi masyarakat.
"Jadi dengan pameran seperti ini membuktikan bahwa museum itu bukan tempat penyimpanan barang rongsokan," ujarnya.
(ras/ras)