Cerita Eksportir tentang Ragam Kendala 'Menduniakan' Kopi Sumsel

Sumatera Selatan

Cerita Eksportir tentang Ragam Kendala 'Menduniakan' Kopi Sumsel

A Reiza Pahlevi/Welly Jasrial Tanjung - detikSumbagsel
Selasa, 21 Jan 2025 09:30 WIB
Pj Gubernur Sumsel Elen Setiadi mengecek kopi Sumsel yang hendak diekspor ke Malaysia dan Australia, Minggu (19/1/2025).
Foto: Pj Gubernur Sumsel Elen Setiadi mengecek kopi Sumsel yang hendak diekspor ke Malaysia dan Australia, Minggu (19/1/2025). (Dok. Istimewa)
Palembang -

Mengekspor kopi asal Sumatera Selatan (Sumsel) ke luar negeri tak semudah membalikkan telapak tangan. Meski provinsi ini kaya akan kopinya, namun eksportir menemui beragam tantangan dalam mengekspor kopi Sumsel ke negara lain, termasuk negara tetangga.

Direktur PT Asya Syila Nusantara, Muhammad Syarafhudin mengatakan salah satu kendala besar yang dihadapi dalam mengekspor kopi Sumsel adalah penyepakatan pembelian.

"Pasarnya (permintaan kopi) besar, tapi ekspor ini closing-nya (penyepakatan pembelian) yang susah. Jadi sangat susah apalagi mencari buyer (pembeli) yang cocok dan juga cocok transaksi pembayaran karena pembayarannya secara internasional," kata dia, Minggu (19/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Syarafhudin menyebut, tantangan paling besar di pasar ekspor adalah mencari pembeli yang benar-benar perlu dan membutuhkan. Selain itu, perlu juga adanya kecocokan pembayaran transaksi internasional.

"Karena ini lintas negara maka harus dipastikan benar bahwa kita kirim barang, dibayar. Intinya, kepastian pembayaran dan kualitas barang," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Ia mengaku, selama ini pihaknya belum bisa mengekspor kopi lantaran ongkos produksi yang begitu besar. Hal tersebut disebabkan karena pengiriman kopi tidak bisa ke negara tujuan langsung, harus direct ke Jakarta dan Singapura.

Namun setelah adanya dukungan dari berbagai pihak, mimpi Sumsel untuk mengekspor produk kopi akhirnya terwujud. Terbukti pada Minggu (19/1/2025) untuk pertama kalinya Sumsel mengekspor kopi untuk negara tujuan Malaysia dan Australia.

Kopi yang diekspor pun, kata dia, merupakan kopi yang langsung dibeli dari pengepul di Pagar Alam. Hal itu karena permintaan pasar adalah kopi robusta.

"Permintaannya (pasar ekspor Malaysia dan Australia) adalah kopi robusta. Harga beli kopi tergantung raw. Saat ini kami ambil raw sekitar Rp 60 ribu di tingkat pengepul. Itu harus proses dulu pengeringan, dan masih banyak prosesnya," ujarnya.

Pada 2025 ini, kata Syarafhudin, kopi Sumsel akan diekspor sebanyak 10 kontainer ke Malaysia, sementara ke Australia sebanyak 4 kontainer.

Sementara itu, Pj Gubernur Sumsel Elen Setiadi menjelaskan potensi komoditas kopi di Sumatera Selatan sangat besar. Namun, hilirisasi produk untuk meningkatkan nilai ekonominya masih belum optimal.

Elen menyebut, petani kopi perlu dapat fasilitas penanganan pascapanen agar hasil pertanian maksimal dan dapat nilai manfaat lebih tinggi.

"Petani butuh difasilitasi karena belum ada nilai hilirnya. Yang selama ini diproduksi langsung dijual ke offtaker dan buyer, sehingga nilainya hanya dalam produk kopi. Padahal, tinggal satu step kita olah, nilai ekonominya mungkin akan lebih tinggi," ujar Elen.

Menurutnya, penanganan pascapanen jadi kendala utama petani. Dukungan sistem pembiayaan yang terfokus pada penanganan pascapanen petani, seperti penyediaan gudang dan pengering (dryer) untuk menjaga kualitas kopi yang dihasilkan harus diberikan.

"Saya rasa ini masih membutuhkan dukungan, bagaimana setelah kita menyambungkan dengan sistem perdagangan, kita menyambungkan untuk menambah satu nilai dalam step hilirisasinya agar nilai tambahnya lebih kuat," pungkasnya.




(dai/dai)


Hide Ads