Harga Gabah Sumsel Terendah se-Indonesia, Wamentan Minta APH-Bulog Tangani

Sumatera Selatan

Harga Gabah Sumsel Terendah se-Indonesia, Wamentan Minta APH-Bulog Tangani

Reiza Pahlevi - detikSumbagsel
Selasa, 14 Jan 2025 10:32 WIB
Wamentan Sudaryono saat panen raya di Ogan Ilir.
Wamentan Sudaryono saat panen raya di Ogan Ilir. Foto: Dok. Istimewa
Ogan Ilir -

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mendapati harga gabah yang dibeli dengan harga di bawah Rp 5.400 per kilogram di Sumatera Selatan. Harga itu jauh di bawah HPP yang baru diumumkan sebesar Rp 6.500 per kilogram ataupun sebelumnya Rp 6 ribu.

"Jangan ada lagi harga gabah di bawah Rp 5.400 di tingkat petani. Saya minta tolong tengkulak jangan untung sendiri, kasihan petani. Karena itu dua hari lagi Bulog juga harus siap serap gabah sesuai dengan HPP," ujar Sudaryono saat meninjau panen raya petani di Desa Pemulutan, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Senin (13/1/2025).

Temuan harga itu disebutnya yang paling rendah se-Indonesia. Dia meminta aparat penegak hukum turun mengatasi persoalan dan memanggil para tengkulak. Terlebih saat ini sudah memasuki masa panen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang penting sekali di saat panen raya tidak boleh harga jatuh. Dari semua provinsi se-Indonesia, harga gabah pembelian HPP yang paling rendah ini di Sumsel. Padahal HPP yang ditentukan oleh presiden itu Rp 6.500. Mohon izin Pak Kajari, Pak Dandim, Pak Kapolres, segera panggil tengkulaknya. Tidak boleh harganya anjlok," katanya.

Dia juga meminta Bulog turun tangan mengatasi persoalan dan menyerap gabah dari petani. Dia tak ingin para petani yang berjuang meningkatkan produksi justru tak dapat keuntungan.

ADVERTISEMENT

"Harus segera direspon seluruh pihak berwenang. Harus diteliti kenapa turun, harus ada respons," ungkapnya.

Kebijakan HPP gabah bertujuan menjaga dan melindungi harga dasar gabah dan beras di tingkat petani. Kebijakan ini juga menjadi instrumen mengoptimalkan penyerapan hasil panen petani dalam negeri.

"Pembelian sesuai HPP itu perlu dilakukan agar petani sejahtera dan untung. Kalau untung, mereka semangat dan kalau semangat, menanamnya juga semangat panennya banyak. Nggak perlu impor lagi. Kalau nggak impor, makin semangat menanamnya lagi. Maka ini ngulang terus," tambahnya.




(des/des)


Hide Ads