Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memperkirakan Kota Palembang akan mengalami peningkatan inflasi jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Komoditas yang cenderung mengalami peningkatan dan harus diwaspadai adalah cabai, seperti cabai merah dan cabai rawit. Selain itu, ada juga tahu dan tempe, serta gula pasir.
Deputi Kepala Perwakilan BI Sumsel Nurcahyo Heru Prasetyo mengungkapkan bahwa harga cabai di Palembang dinilai mulai stabil, namun masih di atas harga normal. Tahu dan tempe termasuk ke dalam daftar, mengingat harga impor kedelai yang cukup tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika harga cabai tidak turun di akhir tahun, maka capaian inflasi tahun ini dikhawatirkan akan melebih target pemerintah pusat. Pemerintah menargetkan inflasi tahun 2023 tidak melebihi 4 persen," ujarnya, Kamis (30/11/2023).
Heru mengatakan bahwa pada Oktober lalu, inflasi Palembang mencapai angka 2,94%. Angka tersebut berada di atas nasional yang sebesar 2,56%.
"Capaian inflasi Palembang tersebut menduduki peringkat keenam se-Sumatera. Secara bulanan, inflasi di Palembang secara regional paling tinggi untuk wilayah Sumatera," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Palembang Yudhistira Arya menambahkan, terdapat sekitar 391 komoditas yang diperhitungkan untuk pencatatan inflasi. Di antaranya terdapat 20 komoditas dengan bobot yang tinggi karena nilai konsumsinya tinggi.
Adapun 20 komoditas utama penyumbang inflasi Sumsel adalah:
- Beras
- Bensin
- Tarif listrik
- Biaya pendidikan termasuk perguruan tinggi
- Tarif kendaraan roda dua online
- Daging
- Telur ayam ras
- Ikan patin
- Ikan lele
- Minyak goreng
- Bawang putih
- Bawang merah
- Cabai merah
- Cabai rawit
- Tomat
- Sawi putih
- Kangkung
- Sewa/kontrak rumah
- Tarif Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
- Angkutan udara
"Kalau harga 20 (komoditas) ini naik tinggi, maka sudah pasti inflasinya tinggi," jelasnya.
Dia mengatakan, pencatatan harga dilakukan secara berkesinambungan. Ada yang dicatat per hari, per minggu, per dua minggu, maupun per bulan.
Pencatatan ini, sambungnya, dilakukan di delapan pasar, yaitu empat pasar tradisional dan empat pasar modern. Pasar tersebut dinilai sebagai pasar yang ramai dikunjungi dan sebagai penentu harga pasar.
"Kedelapan pasar ini adalah Pasar 16 Ilir, Pasar Cinde, Pasar Lemabang, dan Pasar KM 5. Sedangkan untuk pasar modern, digunakan harga dari supermarket," jelasnya.
(Candra Setia Budi/des)