Pasar murah di Kota Palembang, Sumatera Selatan (sumsel) akan dimasifkan untuk menekan inflasi. Langkah ini juga dilakukan untuk menekan kenaikan harga menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumsel Ruzuan Effendi mengatakan untuk menekan harga pangan melonjak saat Nataru, pihaknya pun akan mengelar gerakan pangan murah (GPM) dua kali dalam sebulan.
"Untuk Desember nanti kita akan gelar 2 kali gerakan pangan murah (GPM), ini khusus untuk mengantisipasi Nataru," ujarnya, saat dikonfirmasi detikSumbagsel, Minggu (26/11).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, berbagai harga kebutuhan pangan saat Nataru akan melonjak. Hal itu terjadi karena meningkatnya permintaan dan daya beli masyarakat yang naik dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Meskipun kenaikanya tidak sebesar momen Hari Raya Idul Fitri.
"Kita tetap antisipasi. Insya Allah Senin (27/11) nanti kita juga gelar GPM bersama TNI AL. Seperti menjual beras SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pangan), gula, cabai dan lain sebagainya dengan harga di bawah pasaran," ungkapnya.
Dalam pelaksanaan itu, katanya, juga akan memasifkan gerakan tanam dan Sumsel mandiri pangan. Di mana masyarakat bisa melakukan tanam sendiri di pekarangan rumah, tanpa harus merasakan kenaikan harga bahan pangan. Semisal cabai, yang saat ini mengalami kenaikan harga jual mencapai Rp 100 ribu per kilogram.
"Kalau sudah menanam cabai sendiri, masyarakat tidak akan merasakan dampak kenaikan. Sebenarnya sudah banyak yang kita beri bantuan benih, sekira 25 ribu rumah tangga miskin. Gerakan ini juga akan kita masifkan," jelas Ruzuan.
Dari pemantauan Minggu (26/11), harga cabai merah keriting dan cabai rawit merah masih di kisaran Rp 100 ribu per kilogram. Harga itu fluktuatif sejak beberapa pekan terakhir.
Sementara beras premium, dijual Rp 15 ribu per kilogram, beras medium Rp 13 ribu per kilogram. Sementara harga bahan pangan lain masih dalam kategori normal.
"Kita setiap hari melakukan pemantauan, ketersediaan cabai mencukupi. Hanya saja, iklim yang sangat berpengaruh. Dan ini terjadi di seluruh Indonesia, bukan di Sumsel saja," ujarnya.
(mud/mud)