Inflasi Tahunan di Sumsel Naik 1,2 Persen, Ini Komoditas Penyumbangnya

Sumatera Selatan

Inflasi Tahunan di Sumsel Naik 1,2 Persen, Ini Komoditas Penyumbangnya

Welly Jasrial Tanjung - detikSumbagsel
Kamis, 02 Jan 2025 21:20 WIB
Ilustrasi Inflasi
Foto: Ilustrasi inflasi (Shutterstock)
Palembang -

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel mencatat laju inflasi tahunan di Sumatera Selatan (Sumsel) mencapai 1,20% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,01%.

Kepala BPS Sumsel, Moh Wahyu menyebut secara bulanan atau pada Desember 2024 laju inflasi di Sumsel tercatat sebesar 0,50%. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan pada November 2024 lalu yang tercatat mencapai 0,58 %.

"Pada Desember 2024 terjadi inflasi secara month to month 0,50%, sementara secara year on year sebesar 1,20% dan inflasi year to date sebesar 1,20 persen," kata Kepala BPS Sumsel, Moh Wahyu, Kamis (2/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wahyu mengatakan inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sebesar 1,48% dengan IHK sebesar 108,80%, sementara terendah terjadi di Kabupaten Muara Enim sebesar 0,74% dengan IHK sebesar 109,08%.

"Inflasi tahunan ini terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran," katanya.

ADVERTISEMENT

Penyumbang utama inflasi Desember 2024 secara bulanan adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,53%. Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok tersebut yaitu cabai merah, telur ayam ras, cabai rawit, bawang merah dan minyak goreng.

"Secara tahunan, komoditas penyumbang utama inflasi yakni perhiasan, daging ayam ras, minyak goreng, bawang merah dan bawang putih," ujarnya.

Wahyu menyebut, inflasi pada Desember ini sedikit menurun dibandingkan November yakni 0,58% secara tahunan. Turunnya ini adanya antisipasi dari pemerintah yang menggelar pasar murah untuk menekan inflasi.

"Pemerintah daerah mencoba mengantisipasi inflasi daerah di 2025. Pemerintah sudah menyiapkan rencana strategis untuk pengendalian inflasi dan 2025 dalam kondisi normal," ujarnya.

Wahyu menjelaskan pemerintah sudah mengupayakan pengendalian inflasi sejak Desember 2024. Namun, inflasi tetap terjadi karena ada hari raya keagamaan, libur sekolah dan tahun baru.

"Inflasi sepanjang 2024 di November kemarin 0,58%, komoditas penyumbangnya bawang merah, cabai merah merah dan tomat. Tapi bulan Desember, tomat penyumbang deflasi," ujarnya.

"Inflasi terjadi karena nilai jual komoditas pertanian yang kondisinya panen kurang dan pasokan kurang dan komoditas yang banyak dikonsumsi seperti cabai merah, bawang merah dan tomat yang banyak dikonsumsi menyumbangkan inflasi," pungkasnya.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads