Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Selatan menyiapkan strategi untuk menekan inflasi jelang Natal dan Tahun Baru 2024. Salah satunya dengan mengajak pemerintah daerah dan masyarakat dan menanam cabai sendiri di rumahnya.
Untuk itu, TPID Sumsel memberikan 4.000 bibit cabai kepada Pemerintah Kota Palembang saat High Level Meeting TPID Sumsel di Palembang, Selasa (28/11/2023).
Bibit cabai ini berasal dari Bank Indonesia Perwakilan Sumsel, Bank Sumsel Babel, dan Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Sumsel. TPID Sumsel juga menggelar penandatanganan perjanjian kerja sama antara Dinas Perdagangan Kota Palembang dengan Asosiasi Peternak Unggas, serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palembang dengan agen cabai Kota Palembang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bantuan bibit cabai merah ini sebagai bentuk dukungan terhadap pengendalian inflasi di Kota Palembang," kata Penjabat (Pj) Sekertaris Daerah Palembang, Gunawan.
Dia menyebut melalui dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak tersebut diharapkan inflasi di Kota Palembang bisa tetap terkendali dan sesuai dengan sasaran inflasi nasional. Selain itu juga bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan target Palembang Emas Darussalam.
Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Selatan, Nurcahyo Heru Prasetyo mengatakan inflasi Kota Palembang pada Oktober tercatat sebesar 2,94%, capaian itu berada di atas nasional 2,56%.
"Palembang inflasinya tertinggi nomor 6 di regional. Pemerintah menargetkan inflasi tidak meningkat hingga 4%," ujarnya.
Heru pun mengimbau TPID Kota Palembang perlu mewaspadai inflasi pada bulan Desember karena biasanya mengalami kenaikan sebab menjelang hari besar keagamaan.
Upaya mengantisipasi risiko kenaikan harga komoditas, pihaknya pun mengusulkan sejumlah rekomendasi menekan inflasi lewat strategi 4K. Yakni ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.
"HLM TPID akan lebih efektif jika dibarengi dengan koordinasi di tingkat teknis untuk monitoring pergerakan harga dari minggu ke minggu dengan tujuan mengantisipasi anomali harga pada komoditas dan menentukan respon yang tepat," jelasnya.
(Dwi Apriani/des)