Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Selatan (Sumsel) menyebut penyumbang inflasi terbesar di Kota Palembang yakni kenaikan tarif PDAM. Sementara untuk bahan pokok penyumbang inflasi yakni cabai merah, daging ayam ras, dan beras.
Statitisi Ahli Madya BPS Sumsel, Intan Yudistri Febrina mengatakan, Indeks Harga Konsumen (IDK) Lubuklinggau dan Palembang mengalami inflasi 0,5 persen. Palembang 0,53 persen dan Lubuklinggau 0,19 persen. Angka ini berkontribusi pada inflasi di Sumsel.
"Komoditas utama penyumbang inflasi kenaikan tarif air minum PDAM. Hal ini sesuai keputusan Wali Kota Palembang per 1 Oktober 2023. Dari 0,5 persen PDAM andil 0,3 persen karena kenaikan tarif," ujarnya, Rabu (1/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain tarif air minum yang mempengaruhi inflasi, komoditas cabai merah, ayam ras dan beras juga penyumbang inflasi di periode Oktober ini.
Kemungkinan pada akhir tahun akan tetap terjadi kenaikan mengingat adanya momen Natal dan Tahun Baru. Selain itu, dampak El Nino memengaruhi ketersediaan komoditas pertanian.
"Inflasi akan terus meningkat, namun mungkin perubahannya yang tidak terlalu jauh karena kita belum bisa memprediksi harganya," tuturnya.
Intan menjelaskan, harga cabai merah naik karena Sumsel bukan daerah sentra penghasil cabai. Jadi sebagian besar capai didatangkan dari Jawa. Bahkan dari tempat produksinya di Jawa, pasokan cabai merah mengalami penurunan karena pengaruh musim kemarau, El Nino, dan serangan hama.
"Jadi kalau di sentra menurun, otomatis masuk ke kita menurun dan harganya mengalami kenaikan," ungkapnya.
Menurut Intan, untuk menekan inflasi pihaknya berharap pemerintah daerah bisa menjaga stabilitas dengan mengadakan operasi pasar.
"Pemerintah sering mengadakan operasi pasar namun operasi pasar harus masif dilakukan di pasar-pasar untuk periode panjang jangan sebulan sekali itu tidak menstabilkan harga," pungkasnya.
(des/des)