Dinas Kesehatan Sumatera Selatan meminta masyarakat mulai waspada ancaman demam berdarah dengue (DBD) di musim pancaroba. Peralihan musim menjadi waktu yang rawan dalam penyebarannya.
"Musim peralihan seperti sekarang menjadi waktu yang rawan penyebaran DBD. Peningkatan kewaspadaan diperlukan dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan menghindari genangan air yang bisa jadi tempat berkembangnya nyamuk Aedes Aegypti," ujar Kepala Dinkes Sumsel Trisnawarman, Minggu (10/11/2024).
Penerapan 3M Plus wajib dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran DBD. Yakni menguras, menutup tempat penampungan air dan mendaur ulang barang bekas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Upaya plus-nya antara lain dengan melakukan gotong royong membersihkan lingkungan, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk dan memeriksa tempat-tempat penampungan air," jelasnya.
Berdasarkan data Dinkes Sumsel, jumlah kasus DBD 2024 di Sumsel mencapai 5.251 kasus (hingga 10 November). Jumlah kematiannya mencapai 36 orang. Puncak kasus DBD terjadi Januari yang mencapai 1.598 kasus, Maret 1.227 kasus, dan Maret 757 kasus.
Angka kasus dan kematian akibat DBD 2024 menjadi yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2021, kasus DBD sebanyak 1.135 kasus dengan 3 kematian. Kemudian 2022 dari 2.854 kasus DBD terjadi 31 kematian dan 2023 ada 2.804 kasus dengan 22 kematian.
Antisipasi peningkatan kasus sudah dilakukan Dinkes Sumsel dengan mengeluarkan surat edaran tentang pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) kepada 17 kabupaten/kota.
"Untuk mencegah itu kita sudah mengeluarkan surat edaran agar PSN ditingkatkan di November. Pengendalian terbaik satu bulan sebelum estimasi puncak kasus," ujar Kabid P2P (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit) Dinkes Sumsel, Ira Primadesa.
Ira menyebut, November ini diestimasikan menjadi puncak kepadatan nyamuk. Desember menjadi puncak penularan dan pada bulan berikutnya (Januari 2025) terjadi peningkatan kasus DBD.
"Kalau prediksi peningkatan kasus, diperkirakan pada Januari 2025 nanti," tukasnya.
(mud/mud)