Dua daerah di Sumatera Selatan (Sumsel) menetapkan status tanggap darurat bencana banjir dan longsor. Kedua daerah itu yakni Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) dan Musi Banyuasin (Muba).
"Muratara sudah status tanggap darurat lebih dulu, 1 lagi baru keluar SK-nya pagi ini (16/1/2024) di Muba yang juga tanggap darurat. Status itu karena kejadian bencana sudah terjadi dan berdampak kepada masyarakat, ekonomi dan lain sebagainya," ujar Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel, Sudirman, Selasa (16/1/2024).
Dia mengungkapkan, status tanggap darurat itu berlaku untuk 14 hari. Jika kondisi di 2 wilayah tersebut masih riskan terjadi bencana, maka bisa dilakukan perpanjangan kembali. Adanya status ini, agar berbagai kegiatan bisa dilakukan dengan segera mungkin, sehingga dampak buruk yang ditimbulkan bisa langsung ditangani.
"Baik itu penyelamatan, evakuasi korban jika ada, penyaluran bantuan. Setelahnya, baru dilakukan pemulihan jika tidak ada dampak lagi," jelasnya.
Sementara itu, ada 3 daerah yakni Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Timur dan Banyuasin yang saat ini berstatus siaga darurat bencana banjir dan longsor. Kenaikan status ini dilakukan untuk kesiapsiagaan daerah untuk menghadapi bencana.
"Ketika terjadi bencana, perlengkapan dan peralatan sudah siap, tidak lagi mengurusi penugasan personel, peralatan dan lain-lain. Peningkatan status ini artinya daerah sudah siap untuk menghadapi bencana banjir dan longsor," ujarnya.
Penetapan status itu, kata Sudirman, karena eskalasi di sejumlah daerah tersebut masih berpotensi bencana. Terjadi peningkatan ancaman bencana banjir yang didasarkan pada hasil pemantauan yang akurat oleh instansi berwenang. Selain itu juga mempertimbangkan kondisi nyata dan dampak yang terjadi di masyarakat.
"Sementara untuk 12 kabupaten/kota lain saat ini masih berproses untuk penetapan status siaga bencana, ada yang baru sampai di Biro Hukum masing-maisng hingga menunggu penetapan dari kepala daerahnya. Pemprov Sumsel juga masih berproses, karena penetapan status Muba tanggap darurat baru keluar," jelasnya.
Sebelumnya, BMKG Sumsel menyebut Januari ini menjadi puncak musim hujan. Sebagian besar wilayah Sumsel akan diguyur hujan dengan intensitas yang terus meningkat. Secara umum wilayah Sumsel diprakirakan curah hujannya lebih dari 200 mm dengan peluang di atas 70%.
Curah hujan itu akan terjadi di 8 daerah yakni di seluruh wilayah Muratara, Lubuk Linggau, PALI, Muara Enim, Prabumulih, Ogan Ilir (OI), OKU dan OKU Timur. Beberapa daerah lain meski curah hujan lebih tinggi namun tidak terjadi secara menyeluruh. Yakni, sebagian besar curah hujan tinggi terjadi di Musi Rawas (Mura) dan Lahat.
"Kemudian sebagian kecil di Musi Banyuasin (Muba) bagian barat, Banyuasin bagian timur, OKI bagian barat dan bagian timur laut serta sebagian kecil OKU Selatan bagian tenggara dan bagian utara diprakirakan mendapat curah hujan lebih dari 300 mm dengan peluang lebih dari 50%," ujar Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Sumsel, Nandang Pangaribowo.
Ia meminta masyarakat selalu waspada terhadap potensi bencana akibat intensitas hujan yang akan terus meningkat. Khususnya di daerah bantaran sungai, tebing berlereng dan kawasan limpasan kiriman air sungai.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Stamet SMB II Palembang, Veronica Sinta menambahkan, sepekan ini pasokan uap air di Sumsel cukup masif dengan aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO) serta adanya belokan angin dan konvergensi di sekitar wilayah Sumsel.
"MJO itu menambah suplai uap air untuk musim hujan saat ini dan menjadikan cuaca ekstrem. MJO ini menyebabkan terjadinya peningkatan pertumbuhan awan hujan dalam beberapa hari ke depan dan berpotensi cuaca ekstrem seperti hujan dengan intensitas sedang-lebat," jelasnya.
Ia meminta warga di sekitar daerah aliran sungai untuk waspada saat hujan dan selalu siap untuk upaya mitigasi luapan air sungai. Serta mematuhi arahan pemerintah bagi warga yang tinggal di wilayah rentan bencana tersebut.
(csb/csb)