Sebanyak 120 dukun kampung mendapat uang insentif dari Pemerintah Kabupaten Belitung sebesar Rp 2,4 juta. Insentif ini diberikan sebagai apresiasi pelestarian kearifan lokal yang ada di wilayah tersebut.
Wakil Bupati Kabupaten Belitung Isyak Meirobie menjelaskan istilah dukun kampung penerima insentif Rp 2,4 juta dari Pemerintah Kabupaten. Isyak menyebut dukun kampung itu bukan dalam arti paranormal.
"Jadi sebutan dukun kampung itu bukanlah dukun dalam arti paranormal. Kalau di Belitung itu dukun kampung adalah orang yang dituakan secara adat. Mereka adalah tokoh-tokoh agama, budaya, kearifan lokal, pemangku kepentingan adat itu disebut dukun kampung. Itu adalah kekhasan Belitung," katanya dikonfirmasi detikSumbagsel, Rabu (13/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, sebanyak 120 dukun kampung di Kabupaten Belitung menerima uang insentif dari Pemerintah setempat pada Senin (11/12/2023). Uang insentif itu sebesar Rp 2,4 juta.
"Ini merupakan bentuk apresiasi meskipun tidak tinggi (nominal) dan tidak besar. Intinya sebagai bentuk apresiasi, mereka juga diberikan pakaian adat dan ini sudah berjalan setiap tahun," ujarnya.
Menurut Isyak, dari ratusan dukun kampung yang menerima insentif itu bukan hanya tokoh yang berumur tua. Kata dia, ada dukun kampung yang masih berusia muda atau dukun kampung muda.
"Bahkan ada beberapa desa yang dukunnya masih muda banget, naik tahta dalam tanda petik dukun tua meninggal, dukun muda naik (dirujuk masyarakat)," jelasnya.
Penerima Insentif
Isyak Meirobie mengungkapkan penerima insentif dari Pemerintah Kabupaten Belitung tentunya melalui seleksi dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Di antarnya, dukun kampung ini telah tergabung dalam Forum Perdukunan Adat Kabupaten Belitung.
"Seleksi data kami lakukan melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, namun data-data awalnya tentunya diseleksi oleh forum perdukunan adat Belitung. Kalau kami tak mencampuri itu, kami lebih ke legitimasi, administrasi dan juga formal," ujarnya.
"Menjadi dukun kampung di Belitung itu bukan ditunjuk diri sendiri. Yakni diakui kelompok masyarakat, dituakan, diyakini kemampuannya dan juga bijaksana. Kemudian mereka dimasukkan dalam kepengurusan, keanggotaan dari forum itu untuk mewakili kampung masing-masing," sambungnya.
Diketahui, program tersebut merupakan bagian dari 16 program inovatif di bawah Kepemimpinan Bupati Sahani Saleh dan Wakil Bupati Isyak Meirobie. Tahun ini adalah tahun kelima.
"Jadi kami menjalankan program inovatif kami yang memang sudah ada di dalam RPJMD yaitu keminangan. Yang artinya kearifan lokal untuk inspirasi pembangunan. Mereka kita berikan insentif karena mereka menjaga tatanan budaya kearifan lokal dan juga adat istiadat disetiap desa masing-masing," ungkapnya.
Seperti apa pelestarian kearifan lokal yang dilakukan dukun kampung, simak halaman selanjutnya...
Kearifan Lokal 'Dukun Kampung'
Kata Isyak, kearifan lokal di Kabupaten Belitung hingga saat ini masih terus terjaga. Salah satunya kegiatan adat Maras Tahun.
"Misalnya maras tahun. Maras tahun ini adalah kegiatan untuk keselamatan tahun, untuk hasil panen menyambut untuk masa tanam yang baru nanti," katanya.
Biasanya dalam proses ritual, kegiatan itu dilakukan di rumah dukun kampung. Hal ini lanjut Isyak, adalah bagian dari menjaga adat istiadat Belitung.
"Kearifan lokal yang sudah ada mereka jaga sama-sama, termasuk musiknya, budayanya. Itu Ki dukun juga menjadi bagian untuk menjaga," ujarnya.
Seperti peran dalam pembangunan, dukun kampung ini biasanya menjadi jalan atau penyambung lidah masyarakat.
"Mereka juga sering didatangi untuk diskusi, berbagi pikirkan terkait pembangunan desa masing-masing oleh masyarakat, kepala desa dan jajaran," katanya.
"Kami membangun daerah melibatkan semua unsur, dari formal dan informal mulai dari tokoh-tokoh agama hingga tokoh-tokoh yang dituakan," sambungnya.
Labih jauh, Isyak mengungkapkan dari jumlah dukun yang menerima insentif salah satunya adalah tokoh agama atau guru ngaji. Dukun kampung tersebut, disebut juga selaras dengan secara keagamaan.
"Jadi ini selaras istilah dukun kampung di Belitung itu adalah orang-orang yang selaras dan juga diyakini secara keagamaan. Guru ngaji menurut saya banyak ya, jadi mereka yang kuat secara agama yang terpilih ini. Jadi secara keislaman mereka kuat banget dan mereka juga dipercaya untuk menjadi solusi," ungkapnya.
Isyak menambahkan, kenapa tidak semua guru ngaji yang mendapatkan insentif, karena yang diberi ini lebih kepada dukun atau tokoh-tokohnya.
"Kenapa tidak guru ngaji kalau di TPA masing-masing kan sudah ada tunjangan masing-masing seperti pembelajaran Alqur'an. Kalau yang ini kan lebih kepada dukunnya atau tokoh-tokoh," katanya.
"Kalo guru ngaji dari Kementerian Agama. Kalau dari Kabupaten enggak ada karena tidak boleh tumpang tindih anggarannya. Kalau sudah dapat dari sana, ya enggak boleh dari kita (APBN dengan APBD)," lanjutnya.