.webp)
Hari Raya Idul Adha selalu diikuti dengan berkurban. Pemotongan hewan kurban sendiri dilakukan setelah Salat Id.
Berkurban dapat dilakukan dengan membeli hewan ternak secara pribadi atau berkelompok. Berkurban dilakukan setiap Hari Raya Idul Adha atau 10 Dzulhijjah.
Daging kurban yang sudah dipotong kemudian dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Lalu, apa hukumnya jika berkurban setelah lewat Hari Raya Idul Adha?
Kepala Plh Kakanwil Kemenag Sumsel H Abadil mengatakan, hukum berkurban setelah Idul Adha adalah sedekah biasa. Sementara hukum berkurban adalah sunnah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kurban itu diwajibkan pada 10 Dzulhijjah, 11, 12, dan 13. Jadi, di luar itu bukan kurban, sedekah biasa," katanya, Jumat (30/6/2023).
Jadi, sambungnya, kurban itu ada tanggal-tanggalnya yakni 10 Dzulhijjah dan hari Tasyrik pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
"Hari ini masih bisa, sampai dengan 13 Dzulhijjah. Hari itu disebut dengan hari tasyrik dan juga dilarang berpuasa," ujarnya.
Kata dia, batas untuk berkurban yakni 13 Dzulhijjah sebelum salat magrib, lewat dari itu sudah masuk pada 14 Dzulhijjah.
"Masih bisa sampai dengan 13 Dzulhijjah, lewat dari itu sedekah biasa. Kalau sekarang masih disebut kurban, kalau lewat dari itu penyembelihan biasa," ujarnya.
Dia mengatakan, untuk hewan yang dikurbankan sendiri bisa sapi atau kambing. Namun, untuk sapi minimal 2 tahun dan kambing 1 tahun.
Dijelaskannya, kurban itu dibagi 3, pertama haknya yang berkurban, kedua hak fakir miskin, ketiga tetangga. Tapi yang diutamakan untuk fakir miskin, jika yang berkurban tidak mengambil haknya tidak apa.
"Dia (berkurban) punya hak sepertiga daging yang dikurbankan, kalau pun dia tidak ingin mengambilnya dan mau disedekahkannya itu tidak masalah dan lebih bagus," ujarnya.
(mud/mud)
