Santri berinisial AR (14) di Pondok Pesantren Tahfizul Qur'an Al Imam Ashim di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), tewas dianiaya temannya berinisial AAN (15). Korban sempat dirawat selama 5 hari di RS Grestelina sebelum meninggal dunia.
"Dari tanggal 15 (Februari) sampai tadi pagi dini hari. 4-5 hari lah dirawat," ujar Kasat Reskrim Polrestabes Makassar Kompol Devi Sujana kepada wartawan di Mapolrestabes Makassar, Selasa (20/2/2024).
Kompol Devi mengatakan pihaknya telah memeriksa rekaman CCTV di lokasi kejadian. Pihaknya juga telah meminta keterangan dari sejumlah saksi, termasuk pembina ponpes tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Adapun langkah yang kami lakukan selain mengamankan pelaku juga memberi tersangka, kami juga cek CCTV tempat kejadian tersebut," ungkapnya.
"Kami juga berkoodinasi dengan dokter untuk data-data, rekam medis, maupun hasil-hasilnya selama korban dirawat di rumah sakit. Saksi di sana ada 5 orang yang sudah diperiksa," urai Devi.
Dia menuturkan saat ini pihak kepolisian terus melakukan pendalaman terkait kasus ini. Namun untuk sementara, penganiayaan pelaku terhadap korban diketahui baru terjadi kali ini.
"Kita masih dalami. Cuma dari keterangan saksi-saksi baru terjadi sekarang. Antara pelaku dengan korban," bebernya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, korban mengalami luka cukup serius di bagian belakang kepala. Dia memastikan pelaku tidak menggunakan senjata atau benda tumpul lainnya saat melakukan penganiayaan.
"Dari keterangan dokter ada luka pecah di bagian belakang kepala. Itu mungkin diperkirakan rusak di otak kecil yang menyebabkan gagal napas. Hanya (pakai) tangan. Tidak ada pakai senjata. Mungkin karena belakang kepala ini lembek ya" kata Devi.
Sebelumnya diberitakan, korban dianiaya rekannya yang merasa kesal diganggu oleh korban. Saat itu, korban mengetok jendela kaca perpustakaan di lokasi pelaku berada.
"Korban mengetok-mengetok jendela kaca (perpustakaan) secara berulang kali sehingga terlapor merasa terganggu dan jengkel," ujar Kapolrestabes Makassar Kombes Mokhammad Ngajib kepada detikSulsel, Selasa (20/2).
Ngajib mengatakan aksi penganiayaan itu terjadi pada Kamis (15/2) sekitar pukul 10.00 Wita. Akibat kesal, kata dia, pelaku akhirnya memanggil korban lalu menarik lengan bajunya.
"Namun korban hanya senyum-senyum dan mengatakan 'jangan apa-apai ka'. Pelaku langsung memanggil korban ke depan perpustakaan kemudian terlapor menarik lengan baju korban," ungkapnya.
(hmw/asm)