Mahasiswi bernama Andi Riza Ardia (26) di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), rela menjadi penjual buah keliling menggunakan sepeda yang dikayuh sejauh belasan kilometer (Km). Ardia yang merupakan seorang perantau mengaku ingin mandiri untuk mewujudkan mimpinya menjadi sarjana.
"Saya melihat keterbatasan saya, keterbatasan seperti paling utama itu biaya, bagaimana saya memutar otak saya, manajemen diri saya, terutama saya ini yang merantau, jauh dari orang tua, dan ngekos harus pandai manajemen diri. Akhirnya saya memutuskan seperti ini (jualan buah)," kata Ardia kepada wartawan, Selasa (16/7/2024).
Ardia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara yang berasal dari daerah Bontang, Kalimantan Timur. Sejak tahun 2020 lalu, dia merantau ke Sulawesi Barat dan tercatat sebagai mahasiswi pada salah satu sekolah tinggi ilmu kesehatan di Kabupaten Majene.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ingin mandiri untuk penuhi kebutuhan sehari-hari dan bisa kuliah jadi sarjana," ungkap Ardia.
![]() |
Sehari-hari, Ardia tinggal di Kelurahan Lembang, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene. Dia menyewa sebuah kamar indekos di wilayah tersebut.
Diakui Ardia, aktivitas berjualan buah telah dilakukan sejak tahun 2022 lalu. Sebelumnya dia pernah menekuni sejumlah profesi lain termasuk memulung sampah.
"Saya pernah kerja di cafe tapi berhenti, pernah juga memulung, akhirnya jualan buah seperti sekarang. Saya tidak ingin merepotkan keluarga," ungkapnya.
Meski begitu, Ardia mengatakan profesi sebagai penjual buah keliling tidak setiap hari dilakukan. Dia mengaku harus membagi waktu sebaik mungkin agar kuliahnya tidak terganggu.
"Tidak setiap hari juga, biasa sampai 4 kali seminggu. Soalnya kadang ada tugas-tugas praktik dari kampus, itu tidak bisa saya tinggalkan, jadi harus bisa mengatur waktu sebaik-baiknya," ujarnya meyakinkan.
Aktivitas berjualan buah dilakukan Ardia dalam perjalanan dari tempatnya di indekos menuju kampus tempatnya kuliah. Sebelum berangkat, dia terlebih dahulu menyiapkan buah yang akan dijual.
Aneka jenis buah dipotong dalam ukuran kecil lalu dikemas. Setiap kemasan buah dijual seharga Rp 2 ribu.
Perjalanan dari indekos menuju kampus dilakukan Ardia menggunakan sepeda. Pada bagian belakang sepeda yang dikayuhnya terdapat sebuah kotak kaca sebagai tempat menyimpan buah jualan.
Menurut Ardia, sepeda tersebut diberikan kakaknya. Sedangkan kotak kaca tersebut dibeli dengan menyisihkan sebagian uang jajannya.
"Itu sepeda pemberian kakak dari awal kuliah, karena tidak mampu membelikan sepeda motor akhirnya diberi sepeda. Kalau box itu saya pesan di tukang las, hasil menyisihkan uang sedikit demi sedikit," terangnya.
Meski kerap harus berpanas-panasan, tidak menyurutkan semangat Ardia untuk terus mengayuh sepedanya melewati jalan yang ramai kendaraan. Sesekali dia berhenti, sekedar untuk melayani pembeli ataupun mendorong sepeda karena harus melalui jalan menanjak.
Setiap berjualan, Ardia juga tidak lupa menempel sebuah poster kecil di punggungnya bertuliskan 'Calon Sarjana'. Tulisan di punggungnya itu kerap mengundang perhatian warga.
"Itu sebenarnya untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain, bahwa kita tidak perlu malu, tidak boleh gengsi melakukan pekerjaan apapun asalkan halal," jelas mahasiswi jurusan kesehatan masyarakat itu.
Dalam sehari, Ardia bisa mengantongi keuntungan sedikitnya Rp 30 ribu dari hasil berkeliling kota mengayuh sepeda belasan Km. Buah yang tidak habis terjual tidak lantas dibawa pulang. Sisa buah tersebut dibagikan secara gratis kepada warga khususnya kaum duafa.
"Saya kan di kos tidak punya kulkas, kalau dibawa pulang takutnya rusak dan tidak segar lagi, jadi lebih baik dibagikan secara gratis. Saya yakin, sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan akan mendapat balasan dari Allah," jelasnya sambil tersenyum.
Ardia mengaku bersyukur, sebab pihak kampus yang mengetahui kondisinya memberikan keringanan dengan menggratiskan biaya (sumbangan pengembangan pendidikan) SPP.
"Alhamdulillah setelah dosen tau perjuangan saya, akhirnya diberi kemudahan. Tidak mesti bayar SPP mulai semester 6 kemarin," pungkasnya.
Pada Selasa (16/7) sore kemarin, Ardia telah mengikuti seminar hasil. Dia tampak tersenyum bahagia saat meninggalkan ruang seminar.
Terlihat sebuah selempang berwarna ungu melingkar dari bahu hingga pinggangnya bertuliskan Andi Riza Ardia, Skm. Rencananya, proses Yudisium dijadwalkan pada bulan Agustus mendatang.
(asm/hsr)