Seperti tahun-tahun sebelumnya, menjelang azan Magrib, Alun-Alun Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, menjelma menjadi lautan manusia. Warga berbondong-bondong keluar rumah, bukan hanya untuk ngabuburit, tetapi juga berburu takjil.
Matahari yang mulai condong ke barat tak mengurangi semangat mereka, waktu masih menunjukan pukul 16.15 WIB, Senin (3/3/2025). Di sepanjang Jalan Siliwangi, deretan gerobak kaki lima berbaris rapi, menawarkan aneka kudapan berbuka.
Aroma gorengan menyeruak di udara, bercampur dengan wangi sirup manis dari es campur dan smoothies buah. Berburu takjil di sini bukan sekadar soal pilihan menu, tapi juga ujian kesabaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu lintas manusia dan motor yang saling berseliweran membuat suasana semakin riuh. Jika tak sigap, gorengan favorit seperti bala-bala dan tempe goreng yang masih mengepul bisa lebih dulu disambar pembeli lain.
"Saya sengaja datang lebih awal supaya kebagian gorengan yang masih hangat," ujar Ujang Herman (23), warga Palabuhanratu yang rutin berburu takjil di alun-alun setiap Ramadan. Di tangannya, sekantong plastik berisi bala-bala dan tempe goreng, tak lupa segelas es buah untuk menemani berbuka.
"Harganya murah, cuma sepuluh ribuan, banyak pilihannya juga," imbuhnya.
Tak hanya gorengan, jajanan lain turut menjadi incaran. Cilok, cilor, pempek, mi leor, hingga kolak pisang dan candil mengisi etalase gerobak para pedagang.
Acep Buana, salah satu pedagang jus buah, sibuk melayani pelanggan menurutnya sejak hari pertama gerobak dagangannya memang sudah jadi incaran.
"Smoothies sama salad buah laris banget. Ada buah naga, mangga, alpukat, stroberi. Harga mulai sepuluh ribu aja. Alhamdulillah, Ramadan selalu ramai, berkah buat kami pedagang," kata Acep, kedua tanganya sibuk menuangkan jus mangga ke dalam gelas plastik.
Sore yang semakin redup tak mengurangi antrean. Di bawah rindangnya pepohonan alun-alun, orang-orang berlalu-lalang, menenteng plastik berisi takjil, bersiap menyambut waktu berbuka.
(sya/yum)