Inflasi Sulsel 1,67% di September 2024 Terkendali, Lebih Rendah dari Nasional

Inflasi Sulsel 1,67% di September 2024 Terkendali, Lebih Rendah dari Nasional

St Fatimah - detikSulsel
Kamis, 03 Okt 2024 15:30 WIB
Sekda Sulsel Jufri Rahman (kiri) bersama Kepala BPS Sulsel Aryanto.
Foto: Sekda Sulsel Jufri Rahman (kiri) bersama Kepala BPS Sulsel Aryanto. (Dok. Humas Pemprov Sulsel)
Makassar -

Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan (Sulsel) mengungkap tingkat inflasi tahunan atau year on year (y-on-y) September 2024 sebesar 1,67 persen. Capaian ini disebut masih terkendali dan lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai 1,84 persen.

Kepala BPS Sulsel Aryanto mengatakan, Sulsel juga mengalami deflasi secara month to month (m-t-m) pada September 2024 sebesar 0,09 persen. Dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,52.

"Deflasi terdalam terjadi di Watampone dan Kabupaten Luwu Timur sebesar 0,21 persen, sedangkan deflasi terendah terjadi di Kabupaten Wajo yaitu sebesar 0,07 persen. Sementara itu kota IHK yang mengalami inflasi tertinggi, yaitu Kota Parepare sebesar 0,35 persen," jelas Aryanto dikutip, Kamis (3/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aryanto mengatakan, deflasi di Sulsel didorong karena turunnya indeks harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau. Sektor pangan dinilai sebagai pemicu utama terjadinya deflasi.

"Komoditas utama penyumbang deflasi (m-to-m) pada September 2024, antara lain cabai rawit, cabai merah, tomat, beras dan bensin," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Sementara, Sekda Sulsel Jufri Rahman mengatakan, inflasi Sulsel masih bisa terkendali dengan baik berkat arahan Pj Gubernur Sulsel Zudan Arif Fakrulloh. Pihaknya pun akan meningkatkan sinergi dengan BPS untuk mengendalikan inflasi.

"Saya menganalogikan seperti ini, BPS ini dalam proses pengendalian inflasi ibaratnya seperti marka jalan. Kami di Pemprov, yang mewakili BI, Diskominfo dan Perindustrian Perdagangan adalah pengguna jalan. Wajib kami semua melihat rambu-rambu apa yang harus dilakukan. Kapan hati-hati, kapan lurus, kapan belok," jelas Jufri Rahman.

Jufri Rahman menegaskan, seluruh stakeholder siap mengikuti apa yang menjadi mapping dari BPS. Pihaknya akan memaksimalkan pengawasan menjelang akhir tahun, khususnya pada momen Natal dan tahun baru (Nataru).

"Karena ke depan ini akhir tahun November-Desember itu akan terjadi eskalasi aktivitas masyarakat karena Nataru. Telur, beras, dan transportasi adalah item yang akan memengaruhi inflasi, kami siap berkolaborasi mengendalikan hal ini sesuai mapping dari BPS," pungkasnya.




(sar/ata)

Hide Ads