Kepanikan melanda warga saat banjir bandang tiba-tiba menerjang Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara. Seorang korban selamat mengungkapkan kesaksiannya saat bencana hidrometeorologi terjadi hingga menewaskan 16 warga.
Banjir bandang terjadi saat warga sedang tidur lelap pada Minggu (25/8) pukul 03.30 WIT. Suasana semakin mencekam lantaran banjir ternyata datang disertai longsor yang diawali dengan suara gemuruh.
"Saya dengar suara gemuruh, jadi suara gemuruh itu (jarak dengan rumah) bukan masih jauh," kata warga RT 01 Kelurahan Rua, Abdul Haris (63) kepada detikcom, Senin (26/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abdul mengatakan, kondisi permukiman saat itu sudah gelap gulita. Dia menduga gardu listrik di di tepi jalan lingkar Kota Ternate rusak diterjang longsor hingga kabel terputus.
"(Kabel) di atas putus, mati (listrik padam) total sudah itu. Kejadian berlangsung cepat sekali," ujarnya.
Abdul yang terbangun langsung berteriak di dalam rumah. Dia hendak membangunkan istri, keponakan, dan cucunya untuk segera menyelamatkan diri.
"Saya bangun keluar berteriak (bangunkan keluarga). Itu di dalam rumah lumpur masuk hantam kadera-kadera depan (kursi-kursi di ruang tamu)," tutur Abdul.
Perabotan di dalam rumah dibiarkan tertinggal. Abdul yang khawatir tidak sempat menyelamatkan barang berharga.
"Saya langsung teriak ke istri bilang, 'keluar cepat, jangan diam'. Saya langsung angkat cucu dan keponakan lari lewat pintu belakang," ujarnya.
Sementara warga lainnya, Bakri (34) mulanya mengira gemuruh banjir dan longsor merupakan suara dari deburan ombak. Dia mengaku rumahnya hanya berjarak 10 meter dari titik longsor dan 5 meter dari bibir pantai.
"Saya kira suara ombak hantam tanggul di belakang rumah, karena subuh itu hujan deras dan angin," kata Bakri yang dikonfirmasi terpisah.
Bakri yang curiga suara gemuruh semakin besar, lalu keluar rumah melakukan pengecekan. Dalam kondisi gelap karena listrik padam, dia samar-samar melihat separuh lumpur menutupi rumah warga.
"Itu kabel yang putus menyala-menyala, torang (kami) takut ke sana evakuasi warga. Nanti sekitar jam 7 pagi baru bantuan dari PLN datang perbaiki," bebernya.
16 Warga Tewas dan 15 Orang Luka
Bakri mengungkapkan, bencana tersebut mengakibatkan 5 rumah hanyut terbawa banjir disertai lumpur. Tim SAR gabungan juga masih di lokasi melakukan evakuasi dan mencari korban hilang.
"Ada 5 rumah yang hilang dan 16 rumah yang rusak parah. Sekarang sudah 16 korban meninggal yang sudah dievakuasi, tersisa 3 orang lagi yang masih dalam pencarian," terang Bakri.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ternate melaporkan banjir bandang dan longsor turut mengakibatkan 15 warga hilang. Sementara 3 warga hilang masih dalam pencarian.
"Bencana ini mengakibatkan 16 orang meninggal dunia, 15 orang luka-luka, dan 3 korban lagi masih dalam pencarian," ujar Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Ternate, Hawa A Hamzah kepada detikcom, Senin (26/8).
Hamzah menambahkan, korban luka dirawat di sejumlah rumah sakit. Namun adapula beberapa di antaranya yang menjalani rawat jalan.
"Empat orang di RSUD Chasan Boesoirie, tiga orang di RS Prima, dan satu orang di RS Tentara. Sedangkan selebihnya menjalani rawat jalan," jelasnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
Status Tanggap Darurat Banjir 14 Hari
Pemkot Ternate menetapkan status tanggap darurat banjir dan longsor selama 14 hari ke depan. Kebijakan ini berlaku sejak 25 Agustus hingga 7 September 2024.
"Status ini kami putuskan dua minggu ke depan. Saat ini pemerintah fokus pada penanganan evakuasi korban. Apalagi laporan lapangan masih ada korban jiwa yang belum dievakuasi," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Ternate, Rizal Marsaoly kepada wartawan.
Rizal mengatakan penetapan status tanggap darurat ini untuk mempercepat penanganan bencana. Pihaknya juga membuka posko pengungsian di sekolah dan memastikan kebutuhan logistik korban terdampak bencana terpenuhi.
"Kita juga telah membentuk posko tanggap darurat bencana banjir di SD Kelurahan Rua. Sedangkan pengungsi banjir bandang ini kita tempatkan di SMK Pelayaran di Kelurahan Kastela dan korban yang lain sudah berada di rumah keluarga mereka untuk sementara waktu," imbuhnya.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menambahkan, banjir bandang dan longsor mengakibatkan akses jalan lingkar di Ternate terputus. Sebanyak 10 ekskavator sudah diturunkan untuk membersihkan material yang menutupi jalan.
"Saat ini ada 10 unit ekskavator dari dinas PUPR yang bekerja untuk membuka kembali akses jalan sehingga distribusi logistik akan lebih lancar," tutur Abdul Muhari saat konferensi pers, Senin (26/8).
BNPB juga menggelontorkan dana operasional Rp 500 juta selama operasi tanggap darurat bencana. Dana operasional juga disiapkan BPBD Maluku Utara Rp 250 juta, BPBD Kota Ternate Rp 500 juta, Kodim Ternate Rp 200 juta, Korem/152 Baabullah Rp 200 juta, dan Polres Ternate Rp 200 juta.
"Tentu operasi tanggap darurat membutuhkan biaya. Artinya pengerahan dari personel di lapangan yang saat ini sudah lebih dari 400 personel utamanya dari TNI, Polri, BPBD dan dukungan cadangan SAR dan kelompok masyarakat tentu," pungkasnya.