BNPB melaporkan akses jalan lingkar di Kota Ternate, Maluku Utara, terputus imbas banjir bandang yang menewaskan 13 warga. Sebanyak 10 alat berat atau ekskavator pun dikerahkan untuk membersihkan material yang terbawa banjir.
"Banjir bandang juga mengakibatkan jalan lintas keliling Kota Ternate, seperti diketahui, Kota Ternate adalah kota yang terletak di pulau Gunung Api Gamalama, ada jalan lintas yang melewati pulau tersebut itu ada yang tertutup material banjir bandang," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari saat konferensi pers, Senin (26/8/2024).
Muhari mengatakan alat berat yang dikerahkan khusus untuk membuka kembali akses jalan. Ekskavator tidak digunakan untuk pencarian korban banjir bandang yang dilaporkan masih hilang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini ada 10 unit ekskavator dari dinas PUPR yang bekerja untuk membuka kembali akses jalan sehingga distribusi logistik akan lebih lancar," tuturnya.
Dia mengaku pencarian korban hilang menggunakan pompa bertekanan tinggi. Pompa itu akan menyemprot lumpur-lumpur di lokasi yang dicurigai menjadi tempat korban tertimbun.
"Untuk mendukung operasi pencarian, karena operasi pencarian dalam 3 sampai 7 kali 24 jam ini dilakukan tidak dengan alat berat karena dikhawatirkan ada korban tertimbun yang masih hidup," tuturnya.
"Jadi kita akan menggunakan pompa air bertekanan tinggi untuk membersihkan lumpur-lumpur dari daerah yang dicurigai ada atau diindikasikan korban tertimbun di dalamnya," tambah Muhari.
Muhari mengatakan, dana operasional juga sudah dikucurkan untuk membiayai pencarian dan penanganan imbas banjir bandang. BNPB sendiri menyiapkan dana operasional sebesar Rp 500 juta.
"BNPB menyampaikan dukungan dana operasional siap pakai sebanyak 500 juta kepada BPBD Kota Ternate untuk mendukung operasi tanggap darurat sampai 14 hari ke depan," ucapnya.
Dana operasional juga disiapkan BPBD Maluku Utara Rp 250 juta, BPBD Kota Ternate Rp 500 juta, Kodim Ternate Rp 200 juta, Korem/152 Baabullah Rp 200 juta, dan Polres Ternate Rp 200 juta. Anggaran itu digunakan selama masa tanggap darurat.
"Tentu operasi tanggap darurat membutuhkan biaya. Artinya pengerahan dari personel di lapangan yang saat ini sudah lebih dari 400 personel utamanya dari TNI, Polri, BPBD dan dukungan cadangan SAR dan kelompok masyarakat tentu," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, banjir bandang di Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, mengakibatkan 13 orang tewas. BNPB juga melaporkan 9 orang luka-luka dan 6 warga masih hilang.
"Data yang diterima BNPB melalui Pusdalops hingga pagi ini pukul 07.00 WIT itu yang meninggal 13 orang, kemudian luka-luka 9 orang, masih ada yang hilang 6 orang,"kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Senin (26/8).
(sar/ata)