Peta kandidat di Pilkada Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel) masih dinamis sebab belum ada partai politik (parpol) yang menunjuk pasangan calon (paslon). Pengamat politik, Nandar Jamalauddin mengatakan masih ada tarik ulur di tingkat pusat dan daerah dalam penentuan paslon usungan.
"Konsolidasi, komunikasi, dan lobi politik masih sangat seru di antara para elite parpol mulai dari tingkat lokal sampai pusat. Konfigurasi bakal pasangan calon di daerah akan tercipta karena dipengaruhi kebijakan pimpinan parpol, baik di level nasional maupun di level provinsi. Di situ tarikannya," ujar Nandar kepada detikSulsel, Senin (10/6/2024).
Nandar menyebut gerbong politik cukup memengaruhi konstelasi politik lokal saat ini. Hal itu, kata dia, terlihat dari bagaimana komunikasi politik yang hangat di antara para elite sehingga tidak heran sampai detik ini belum ada yang berani menentukan bakal pasangan calon masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Adapun gambar pasangan yang berseliweran di ruang publik itu lumrah dan sangat wajar dalam konteks politik. Itu juga bagian dari strategi politik untuk melihat reaksi maupun respons publik dan persepsi calon pemilih. Tapi, bukan itu. Yang riil dan konkret adalah pasangan yang akan tiba di pintu gerbang kantor KPU Selayar sejak 27-29 Agustus 2024," katanya.
Menurut Nandar, secara faktual ada dua aspek besar yang akan menjadi dasar dan pertimbangan pokok dalam pemilihan atau penentuan bakal calon pendamping. Pertama, kepentingan pragmatis atau pragmatism interest. Kedua, kepentingan substantif atau substantive interest.
"Para kandidat dan parpol masing-masing tidak bisa lepas dari dua aspek penting ini. Kepentingan pragmatis itu sejauh mana bakal pasangan calon akan memberi efek elektoral signifikan, tingkat penerimaan publik, sampai tingkat keterpilihannya atau elektabilitas. Tidak bisa dimungkiri masyarakat atau calon pemilih memiliki pertimbangan bervariasi terhadap bakal pasangan calon. Salah satu di antaranya kemampuan finansial calon," bebernya.
"Kemudian, kepentingan substantif, yakni proyeksi jangka panjang, minimal satu periode kepemimpinan. Tentang kualitas dan kapabilitas pasangan untuk mengawal pemerintah dengan segudang dinamika berpemerintah (government dynamics) dan tantangan sosial (social challenge). Tentang potensi terciptanya leadership chemistry atau kenyambungan kepemimpinan, representasi geopolitik, apalagi Selayar terdiri dari daratan dan kepulauan dan lain sebagainya," lanjutnya.
Ketua KPU Selayar periode 2018-2023 itu berharap selama kurang lebih tiga bulan sebelum masuk tahapan pendaftaran, para bakal kandidat dan bakal parpol pengusung fokus melakukan penjajakan politiknya. Proses yang baik, kata dia, akan menjadi pendidikan politik bagi masyarakat.
"Biarkan sisa waktu sebelum tahapan pendaftaran, para bakal kandidat, termasuk bakal parpol pengusung, khusyuk melakukan tawaf politiknya. Kita berharap semua rangkaian proses yang terjadi adalah bagian dari pendidikan politik, tidak melulu kompromi politik, sehingga masyarakat bisa menjadi penikmat yang selalu optimis tentang masa depan daerahnya," pungkasnya.
(asm/sar)