Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel), akan membangun 6 Base Transceiver Station (BTS) untuk mengatasi wilayah yang mengalami blind spot internet dan jaringan seluler. Saat ini, sekitar 12,948 persen wilayah di Selayar masuk kategori blind spot internet dan jaringan seluler.
"Untuk tahun ini rencana 7 BTS yang akan dibangun, 1 sudah terbangun. Itu di daratan semua. Nanti masuk itu vendor (operator seluler), tergantung mereka nanti (untuk penentuan titik lokasi)," ujar Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik, dan Persandian (Kominfo-SP) Kepulauan Selayar Ahmad Yani, kepada detikSulsel, Selasa (14/5/2024).
Ahmad mengatakan dari 363 dusun/lingkungan di 88 desa/kelurahan, 36,088 persen atau 131 dusun/lingkungan masuk kategori sinyal kuat, 52,066 persen atau 189 dusun/lingkungan sinyal lemah, dan 12,948 persen atau 47 dusun/lingkungan blind spot. Dia mengklaim angka itu telah jauh lebih baik ketimbang tahun-tahun sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, memang masih ada beberapa tempat yang bukan sebenarnya blind spot, tetapi sinyal lemah. Sudah menjadi perhatian Bupati (Bupati Selayar, Basli Ali) bahwa blind spot itu mesti dikurangi terus," katanya.
Ahmad mengungkap dari 11 kecamatan di Selayar hanya 3 yang bebas blind spot internet dan jaringan seluler. Tiga kecamatan tersebut yakni Kecamatan Benteng, Buki, dan Pasimasunggu.
Ahmad mengakui layanan jaringan seluler dan internet sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Menurutnya, salah satu indikator keberhasilan Dinas Kominfo-SP Selayar adalah saat berhasil menihilkan wilayah blind spot.
"Kebutuhan masyarakat berkembang terus dan (jaringan seluler dan internet) sudah menjadi kebutuhan. Salah satu keberhasilan kita adalah kalau Diskominfo berhasil mengurangi blind spot. Kita harapkan semua vendor berlomba-lomba untuk membangun. Kita ada 88 desa/kelurahan. Harapan kita semuanya itu tidak ada lagi yang blind spot," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata di Kepulauan Selayar mengeluhkan internet lambat, bahkan jaringan seluler tidak tersedia. Keluhan itu muncul bukan hanya saat wisatawan mengunjungi wilayah kepulauan, tetapi juga daratan.
"Saya kemarin ke (Pulau) Bahuluang, jaringan internet masih kurang karena saat sampai tidak bisa mengakses medsos (media sosial)," ujar salah seorang wisatawan asal Jakarta, Melly kepada detikSulsel, Selasa (14/5).
Melly yang aktif di media sosial mengaku sangat bergantung jaringan internet saat melancong. Sering kali, kata dia, begitu sampai di destinasi wisata tujuannya, dirinya langsung membagikan momen.
"Untuk live IG (Instagram), misalnya, tentu tidak bisa. Jadinya, cuma bisa rekam video dan foto-foto. Nanti eksis pas balik atau pulang," katanya.
(hsr/hsr)