Ayat dan Hadits tentang Maulid Nabi serta Penjelasan Hukumnya

Ayat dan Hadits tentang Maulid Nabi serta Penjelasan Hukumnya

Rasmilawanti Rustam - detikSulsel
Selasa, 05 Sep 2023 08:40 WIB
Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW: Tradisi dan Maknanya
Ilustrasi hadits Maulid Nabi (Foto: Getty Images/iStockphoto/Choreograph)
Makassar -

Maulid Nabi adalah acara peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Berikut ayat dan hadits tentang Maulid Nabi serta penjelasan hukumnya.

Maulid Nabi diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal di Tahun Gajah. Lantas, apakah boleh memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW?

Berikut ayat dan hadits tentang Maulid Nabi serta penjelasan hukumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Hadits Tentang Maulid Nabi?

Hari kelahiran Nabi Muhammad dirayakan umat muslim setiap tahunnya. Terdapat sejumlah hadits yang menjelaskan tentang tradisi perayaan Maulid Nabi ini.

Dikutip dari situs resmi Nahdlatul Ulama, berikut ayat dan hadits tentang Maulid Nabi:

ADVERTISEMENT

Menurut Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani, bergembira atas dilahirkannya Nabi Muhammad SAW dianjurkan sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Yunus Ayat 58, berikut:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Artinya: "Katakanlah, dengan anugerah Allah dan rahmatNya (Nabi Muhammad Saw) hendaklah mereka menyambut dengan senang gembira." (QS.Yunus: 58)

Ulama Asy-Syekh Al-Hafidz As-Suyuthi menerangkan bahwa mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan cara mengumpulkan banyak orang dan dibacakan ayat-ayat Al-Qur'an dan diterangkan (diuraikan) sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi sejak kelahiran hingga wafatnya dan diadakan pula sedekah berupa makanan dan hidangan lainnya dengan cara yang tidak berlebihan adalah merupakan perbuatan bid'ah hasanah.

Umat Islam yang memperingatinya baik yang mengadakan ataupun menghadiri, akan mendapatkan pahala. Pasalnya, perbuatan itu merupakan wujud kegembiraan dan kecintaan umat Islam kepada Rasulullah SAW sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.

مَنْ أَحَبَّنِى كَانَ مَعِيْ فِي الْجَنـَّةِ

"Barang siapa yang senang, gembira, dan cinta kepada saya maka akan berkumpul bersama dengan saya masuk surga".

Syafa'at yang didapatkan ketika memuliakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW juga disebutkan dalam sebuah hadits dalam kitab 'Anwarul Muhammadiyah' karangan Syekh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani.

مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِىْ كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَـوْمَ الْقِيَا مَةِ. وَمَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا فِى مَوْلِدِى فَكَأَ نَّمَا اَنْفَقَ جَبَلاً مِنْ ذَ هَبٍ فِى سَبِيْلِ اللهِ

"Barangsiapa yang memuliakan (memperingati) hari kelahiranku maka aku akan memberinya syafa'at pada hari kiamat. Dan barang siapa memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiranku, maka akan diberi pahala seperti memberikan infaq emas sebesar gunung fi sabilillah.

Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq berkata :

مَنْ أَنْفَقَ دِرْ هَماً فِى مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ رَفِيْقِيْ فِى الْجَنَّةِ

"Barangsiapa yang memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiran Nabi SAW, akan menjadi temanku masuk surga".

Sahabat Umar Bin Khatthab berkata :

مَنْ عَظَّمَ مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ أَحْيَا اْلإِسْلاَمَ

"Barang siapa yang memuliakan (memperingati) kelahiran Nabi SAW, berarti telah menghidupkan Islam".

Sahabat Ali Bin Abi Thalib berkata :

مَنْ عَظَّمَ مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْياَ اِلاَّ بِاْلإِ يْمَانِ

"Barang siapa yang memuliakan (memperingati) kelahiran Nabi SAW, apabila pergi meninggalkan dunia pergi dengan membawa iman".

Apa Hukumnya Merayakan Maulid Nabi?

Dinukil dari situs resmi Majelis Ulama Indonesia, hukum merayakan Maulid Nabi adalah boleh dan tidak termasuk bid'ah dhalalah (mengada-ada yang buruk). Hukum memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW adalah bid'ah hasanah (sesuatu yang baik).

Rasulullah SAW memperingati hari kelahirannya dan penerimaan wahyunya dengan cara berpuasa setiap hari kelahirannya. Nabi Muhammad SAW berpuasa setiap hari Senin untuk mensyukuri kelahiran, seperti yang disebutkan hadits riwayat muslim.

عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الْإِثْنَيْنِ فَقَالَ" : فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ ." رواه مسلم

"Dari Abi Qotadah al-Anshori RA sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rasulullah SAW menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku". (H.R. Muslim)

Menanggapi hukum perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Imam Al Suyuthi mengatakan:

وَالجَوَابُ عِنْدِيْ أَنَّ أَصْلَ عَمَلِ المَوْلِدِ الَّذِيْ هُوَ اِجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَأَةُ مَاتَيَسَّرَ مِنَ القُرْآنِ وَرِوَايَةُ الأَخْبَارِ الوَارِدَةِ فِيْ مَبْدَأِ أَمْرِالنَّبِيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ مَاوَقَعَ فِيْ مَوْلِدِهِ مِنَ الاَياَتِ ثُمَّ يَمُدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأْكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَهُ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذَالِكَ مِنَ البِدَعِ الحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِظْهَارِالفَرَحِ وَالِاسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ.

"Menurut saya asal perayaan maulid Nabi SAW, yaitu manusia berkumpul, membaca al-Qur'an dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya sampai perjalanan hidupnya. Kemudian dihidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu tergolong bid'ah hasanah (sesuatu yang baik). Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi SAW, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhamad saw yang mulia". (Al- Hawi Li al-Fatawa, juz I, h. 222)

Menurut Ibnu Hajar Al-Haithami: "Bid'ah yang baik itu sunnah dilakukan, begitu juga memperingati hari maulid Rasulullah SAW".

Pendapat Abu Shamah (guru Imam Nawawi): "Termasuk hal baru yang baik dilakukan pada zaman ini adalah apa yang dilakukan tiap tahun bertepatan pada hari kelahiran Rasulullah SAW dengan memberikan sedekah dan kebaikan, menunjukkan rasa gembira dan bahagia, sesungguhnya itu semua berikut menyantuni fakir miskin adalah tanda kecintaan kepada Rasulullah SAW dan penghormatan kepada beliau, begitu juga merupakan bentuk syukur kepada Allah atas diutusnya Rasulullah SAW kepada seluruh alam semesta".

Maka dari itu, agar perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tidak melenceng dari aturan agama yang benar, sebaiknya mengikuti etika-etika berikut:

  • Mengisi dengan bacaan-bacaan shalawat kepada Rasulullah SAW.
  • Berdzikir dan meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.
  • Membaca sejarah Rasulullah SAW. dan menceritakan kebaikan-kebaikan dan keutamaan-keutamaan beliau.
  • Memberi sedekah kepada yang membutuhkan atau fakir miskin.
  • Meningkatkan silaturrahim.
  • Menunjukkan rasa gembira dan bahagia dengan merasakan senantiasa kehadiran Rasulullah SAW di tengah-tengah kita.
  • Mengadakan pengajian atau majlis ta'lim yang berisi anjuran untuk kebaikan dan mensuritauladani Rasulullah SAW.

Demikian ayat dan hadits tentang Maulid Nabi Muhammad SAW serta penjelasan hukumnya. Semoga membantu, detikers.




(alk/hsr)

Hide Ads