Sekitar 200 hektare sawah di Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra) terendam lumpur berwarna merah. Lumpur tersebut diduga berasal dari aktivitas pertambangan di wilayah sekitar.
"Desa kami Pesauha dan desa tetangga Palambua itu sekitar 200 hektare yang terendam lumpur. Ini yang baru terkonfirmasi karena sudah mengadu ke saya," kata Kepala Desa Pesauha Yastin Sutrisno kepada detikcom, Senin (10/4/2023).
Yastin mengungkapkan kawasan persawahan di Kecamatan Pomala ini dilanda lumpur pertambangan sejak Rabu (5/4) usai diguyur hujan. Saat ini, tersisa lumpur yang melekat di tanah persawahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Airnya sudah mulai surut tapi sekarang tinggal lumpurnya saja yang ada di persawahan," ujarnya.
Menurut Yastin, dampak tersebut diduga disebabkan aktivitas pertambangan yang dilakukan secara ugal-ugalan dan tidak memperhatikan kondisi lingkungan sekitar. Ia menuturkan jarak kawasan pertambangan dengan persawahan hanya sekitar 5 kilometer.
"Ada aktivitas penambangan ugal-ugalan jadi lumpur itu turun ke bawah mengaliri sungai dan meluap ke persawahan. Jaraknya itu hanya 5 kilometer," ujarnya.
Ia mengungkapkan persawahan di beberapa desa yang terendam lumpur tersebut merupakan kawasan lumbung padi di Kolaka. Namun kini lumbung tersebut rusak akibat aktivitas pertambangan.
"Kawasan lumbung pertanian padi di Pomalaa. Dan baru seminggu ditanam muncul tunas tapi sudah tertutup terendam lumpur," ungkapnya.
Akibat dampak itu, pihaknya berharap agar mendapatkan perhatian khusus dari perusahaan pertambangan di kawasan tersebut. Mulai dari pembajakan sawah, bantuan pupuk kimia hingga normalisasi sungai.
"Petani berharap uluran tangan dari perusahaan, bantuan pupuk kimia, normalisasi sungai harus dikeruk karena sudah tertutup lumpur," ujarnya.
Yastin mengungkapkan pihak perusahaan beberapa waktu lalu sudah berkoordinasi dengan petani terdampak. Namun hingga saat ini pihaknya masih menunggu realisasi dari koordinasi tersebut. Pihaknya juga berharap agar ada bantuan pembajakan sawah.
"Kita sudah rapat, mereka janjikan mau bikin cekdam, akan kontribusi pupuk, normalisasi kali karena tertutup lumpur. Tapi belum ada sampai sekarang," pungkasnya.
(hmw/sar)