Warga Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) dihebohkan dengan kemunculan aliran Puang Nene. Aliran ini diduga sesat lantaran pimpinannya mengaku sebagai nabi dan tidak mewajibkan pengikutnya salat.
Aliran Puang Nene ini dikenal sebagai aliran dari Al Mukarramah di media sosial. Meskipun warga setempat sudah pernah menegur, aktivitas aliran Puang Nene tetap berlanjut.
Dirangkum detikSulsel, Jumat (24/3/2023), berikut ini 5 hal tentang aliran Puang Nene di Bone yang diduga sesat:
1. Diduga Masuk ke Bone Tahun 2020
Kepala desa setempat mengatakan, aliran Puang Nene diduga masuk ke Desa Mattirowalie, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone sekitar tahun 2020. Saat ini, aliran tersebut sudah memiliki pengikut sekitar 40 orang.
"Masuknya itu kalau tidak salah tahun 2020 sebelum COVID-19. Pengikutnya sekarang sudah ada sekitar 40-an dari masyarakat Desa Bune dan Desa Mattirowalie," kata Swandi kepada detikSulsel, Rabu (22/3).
2. Pimpinan Ngaku Nabi-Tidak Wajibkan Pengikutnya Sholat
Aliran Puang Nene ini diduga sesat lantaran pimpinannya yang disebut sebagai Puang Nene mengaku sebagai nabi. Selain itu, pengikutnya juga tidak diwajibkan untuk salat.
"Aliran-alirannya tidak salat, dan ada dua bos besarnya mengaku nabi. Kalau di sini dikenal sebagai aliran Puang Nene," jelasnya.
3. Rekrut Warga Lewat Keluarga Istri
Aliran Puang Nene di Bone yang diduga sesat merekrut warga setempat jadi anggotanya. Perekrutan aliran tersebut dilakukan melalui pendekatan dari keluarga istrinya.
"Keluarganya istrinya itu yang merekrut semua orang. Melalui pendekatan kekeluargaan," kata Swandi.
Swandi menuturkan, pimpinan dari aliran ini berasal dari Kabupaten Soppeng. Sementara, istrinya berasal dari Sanrego, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone yang juga memiliki keluarga di Desa Mattirowalie.
"Untuk cara perekrutannya kami belum bisa pastikan. Tapi secara pastinya apakah ada ajakan ataukah ada iming-iming nanti kami akan telusuri dulu," sebutnya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
(urw/asm)