Ghibah atau membicarakan keburukan orang lain merupakan salah satu perbuatan yang sia-sia. Namun, masih banyak yang kerap menyepelekan hal tersebut.
Lantas, bagaimana jadinya jika perbuatan ini dilakukan saat sedang berpuasa? Apakah akan membatalkan puasa?
Dilansir dari detikHikmah, puasa merupakan salah satu ibadah yang memiliki sejumlah keutamaan serta manfaat. Ketika berpuasa, umat muslim dianjurkan untuk menjaga diri dari hal-hal yang dapat merusak pahala puasa, salah satunya yaitu gibah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan mengerjakan puasa, seseorang dapat memperoleh sejumlah manfaat yang meliputi manfaat spiritual, sosial, ekonomis, politis, dan psikologis yang saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lainnya. Berpuasa mengajarkan arti kesabaran, disiplin diri, serta kemampuan untuk menanggung kesulitan menahan lapar dan haus.
Hal tersebut dijelaskan dalam buku Rahasia Puasa Ramadhan karya Yasin T Al Jibouri.
Membicarakan Orang Lain Bisa Merusak Pahala Puasa
Dalam buku Salah Kaprah! Shalat, Puasa, Sedekah, dan Doa Penyebab Ibadah Tertolak, Rezeki Seret, dan Hidup Ruwet karya Rizem Azid disebutkan bahwa umat Islam harus bisa menjaga lidah dari perbuatan dusta seperti gibah. Perbuatan ini harus dihindari karena hukumnya dapat menghilangkan pahala saat berpuasa.
Perbuatan gibah merupakan suatu dosa besar yang haram hukumnya. Karena hukumnya adalah haram, maka disebutkan bahwa perbuatan ini jika dilakukan dalam keadaan berpuasa, bisa membatalkan puasa.
Hal ini disandarkan pada sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Jabir RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Allah boleh jadi mengampuni seseorang yang telah berzina yang kemudian menyesali perbuatannya dan memohon ampunan-Nya. Namun, Allah SWT tidak akan memaafkan seseorang yang menggunjingkan orang lain, sebelum penderita gunjingan itu memaafkannya."
Berkaitan dengan hal tersebut, Allah SWT menyampaikan dalam firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ ١٢
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang." (QS Al Hujurat: 12)
Masih dalam buku yang sama, Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa secara rohani, puasa seseorang bisa batal jika melakukan perbuatan gibah (membicarakan keburukan orang lain), namimah (mencaci dan menyumpah orang lain terkait keburukannya atau menyebarkan kabar bohong tentang keburukan orang lain), sumpah palsu, dan memandang dengan syahwat.
Nabi SAW bersabda, "Tahukan kalian apa itu gibah?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-nya yang lebih mengetahui." Nabi SAW bersabda, "Kamu menyebut saudaramu dengan hal yang tidak disukainya." Ditanyakan, "Bagaimana jika apa yang aku katakan itu ada pada diri saudaraku itu? "Nabi SAW menjawab, "Jika apa yang kamu katakan itu ada pada dirinya, maka sungguh kamu telah menggunjingnya, dan jika tidak ada pada dirinya maka sungguh kamu telah menyebutkan hal yang dusta tentang dirinya." (HR Muslim)
Terkait hal ini, terdapat pandangan berbeda yang dijelaskan dalam buku 89 Kesalahan Seputar Puasa Ramadhan karya Abdurrahman Al-Mukaffi bahwa bagi orang yang puasa, gibah dapat merusak pahala puasa. Kendati demikian, disebutkan bahwa hal ini akan tetap berada dalam timbangan.
Terlepas dari h tersebut, perlu dipahami bahwa gibah adalah perbuatan tercela yang dapat mengakibatkan dosa besar. Allah SWT bahkan melarang dengan keras perbuatan suka menggunjing tersebut.
Adab Berpuasa
Agar puasa yang dilakukan umat muslim tidak menjadi sia-sia, ada sejumlah adab yang penting diperhatikan. Dikutip dari buku Fiqhus Sunnah For Kids karya Hamid Ahmad Ath-Thahir berikut di antaranya:
1. Mengakhirkan makan sahur, sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
تَسَخَرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُور بَرَكَةً
Artinya: "Makan sahurlah kalian, karena dalam sahur itu terdapat keberkahan."
2. Meninggalkan ucapan kotor, karena muslim yang diwajibkan berpuasa harus meninggalkan ucapan yang keji, kotor, dan buruk.
Allah SWT berfirman,
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۙ ١ الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَاتِهِمْ خٰشِعُوْنَ ٢ وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُوْنَ ۙ ٣
"Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna." (QS Al Mu'Minun: 1-3)
3. Menyegerakan berbuka.
Rasulullah SAW bersabda,
لا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا عَجَلَ الْفِطْرَ (متفق عليه)
Artinya: "Umatku masih berada dalam kebaikan selama dia mempercepat berbuka puasa". (Muttafaq 'alaih)
4. Berbuka puasa dengan kurma, kering, basah, susu, atau air adalah termasuk sunnah.
5. Membaca doa ketika berbuka puasa.
Berikut doanya:
اللهم لَكَ سُمْتُ وَ بِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَقطَرْتُه ذَهَب الظمأ و ابتلت العروق وَتَبَتِ الأَجْرُ إِن شَاءَ الله
Artinya: "Ya Allah, hanya karena Engkaulah aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, dan dengan rejeki-Mu aku berbuka. Rasa haus telah hilanh, urat-urat dalam tubuh telah segar kembali, dan insya Allah pahala telah diraih
6. Memperbanyak zikir dan membaca Al-Qur'an.
7. Dilarang berdusta, mengadu domba dan gibah.
(urw/alk)