9 Fakta 7 Profesor FEB Unhas Ramai-ramai Mundur-Rektor Bentuk Tim Verifikasi

9 Fakta 7 Profesor FEB Unhas Ramai-ramai Mundur-Rektor Bentuk Tim Verifikasi

Tim detikSulsel - detikSulsel
Sabtu, 05 Nov 2022 08:20 WIB
Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Foto: Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. (Taufik-detikcom)
Makassar -

Tujuh guru besar atau profesor Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Hasanuddin (Unhas) ramai-ramai menyatakan mengundurkan diri. Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa turun tangan menyikapi polemik tersebut.

"Saya sudah minta kemarin untuk saling memaafkan. Ya mereka sudah saling memaafkan walaupun barangkali masih ada luka-luka yang tersisa, tapi kami akan memantau ini untuk perbaikan ke dalam," kata Jamaluddin kepada detikSulsel, Kamis (3/11/2022).

Jamaluddin menegaskan ketujuh guru besar tersebut tidak mengundurkan diri sebagai dosen di Unhas. Mereka hanya menyatakan diri untuk berhenti mengajar saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sudah pertemukan kemarin. Dan mereka juga tidak menyatakan mundur jadi dosen. Hanya mundur untuk mengajar. Itu juga saya sampaikan bahwa tidak ada istilah untuk mengundurkan diri mengajar karena itu penugasan," tegasnya.

Dirangkum detikSulsel, berikut 9 fakta tujuh guru besar atau profesor FEB Unhas mengundurkan diri:

ADVERTISEMENT

1. Guru Besar Ngaku Diintervensi

Beberapa guru besar mengaku mendapat intervensi dari Dekan FEB terkait nilai salah seorang mahasiswa di Program Studi (Prodi) Doktor (S3) Manajemen. Ini menjadi salah satu alasan pengunduran diri serentak tujuh guru besar tersebut.

Adapun ketujuh guru besar tersebut ialah Prof Muhammad Idrus Taba, SE., M.Si, Prof Dr Idayanti Nusyamsi, SE, MSi, Prof Dr Siti Haerani, SE, MSi, Prof Dr Cevi Pahlevi, SE, MSi, Prof Dr Haris Maupa, SE, MSi, Prof Dr Muhammad Asdar, SE, MSi, dan Prof Dr Mahlia Muis, SE, MSi, CIPM.

Pengakuan itu mereka sampaikan melalui surat pengunduran diri. Beberapa guru besar merincikan alasannya sehingga memutuskan untuk mundur atau berhenti melakukan kegiatan belajar mengajar di prodi tersebut.

Salah satunya disampaikan Prof Dr Idayanti Nusyamsi, SE, MSi dalam surat pengunduran dirinya. Dia juga mengaku mendapat intervensi untuk melakukan perubahan nilai mata kuliah mahasiswa S3.

"Dekan telah melakukan intervensi upaya perubahan nilai mata kuliah Riset SDM untuk meluluskan mahasiswa S3, di mana mahasiswa tersebut tidak layak diluluskan," beber Idayanti dalam surat pengunduran dirinya.

Selain itu, dia mengaku mendapat ancaman dan hukuman dari Dekan FEB. Idayanti tidak dilibatkan dalam kegiatan mengajar selama dua semester berturut-turut.

"Adanya ancaman Dekan kepada saya pada saat rapat dan adanya hukuman yang telah dilakukan oleh Dekan dengan tidak melibatkan saya pada kegiatan pengajaran selama 2 semester berturut-turut hingga saat ini. Hal tersebut merupakan tindakan sewenang-wenang, tidak mengacu pada peraturan, bertindak tidak adil, mengabaikan kompetensi dan kualifikasi, melakukan perilaku tidak etis penyebaran berita negative," ungkapnya.

2. Dekan Punya Kewenangan

Jamaluddin Jompa memberikan penjelasan mengenai polemik tujuh guru besar FEB yang mengundurkan diri. Salah satunya mengenai kewenangan dekan.

"Dekan memiliki kewenangan untuk tidak (memberikan dosen) mengajar sekalipun. Itu haknya dekan. Karena dia dipilih oleh masyarakatnya, ditetapkan oleh rektor," jelas Jamaluddin Jompa kepada detikSulsel, Kamis (3/11).

Hanya saja, dia menegaskan hak tersebut tetap tidak boleh dilakukan sembarangan. Dekan harus mempunyai dasar dan bisa mempertanggungjawabkannya.

"Dekan juga harus mempertanggungjawabkan itu. Kenapa dia tidak memberi lagi tugas (mengajar) kepada yang bersangkutan," tegasnya.

"Kalau di dalamnya dia gak senang misalnya karena dianggap tidak perfom itu haknya dekan. Tentu kita bisa klarifikasi. Yang bersangkutan (dosen) juga berhak untuk meminta klarifikasi kenapa," sambungnya.

3. Rektor Ingatkan Dekan-7 Guru Besar

Jamaluddin Jompa pun mengingatkan kepada para dosen dan dekan untuk tetap saling menghargai. Dia menyebut leadership di sebuah organisasi penting agar dapat berjalan dengan baik.

"Tapi tidak bisa dianggap ini sejajar. Kalau semua anak buah merasa menjadi bos kan kacau," ucapnya.

"Saya bilang, leadership dekan harus dihargai. Demikian pula saya minta dekan untuk menerapkan prinsip-prinsip organisasi yang sehat, yang kemudian inklusif, adil terhadap semua," pungkasnya.

Simak status mahasiswa S3 di halaman selanjutnya.

4. Mahasiswa S3 Mengundurkan Diri

Status mahasiswa S3 di FEB yang dibela dekan fakultas juga diungkapkan Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa. Seperti diketahui hal ini menjadi pemicu tujuh guru besar FEB mengundurkan diri karena mengaku diintervensi.

"Yang kita bicarakan ini satu orang (mahasiswa S3). Yang masalahnya terkait dengan itu (pengakuan diintervensi) dua orang (guru besar) dari tujuh," kata Jamaluddin Jompa kepada detikSulsel, Kamis (3/11).

Dia kemudian mengatakan mahasiswa yang bersangkutan sudah mengundurkan diri. Menurutnya pengunduran diri itu dilakukan mahasiswa tersebut tahun lalu.

"Sesungguhnya apa yang terjadi adalah yang bersangkutan tetap tidak lulus. Jadi sebenarnya yang dipersoalkan (intervensi nilai) juga tetap tidak lulus kan. Sehingga yang bersangkutan mundur berhenti jadi mahasiswa," ungkapnya.

Namun demikian dia mengaku tidak mengetahui siapa mahasiswa yang dimaksud. Jamaluddin mengatakan dirinya belum mendalaminya karena bukan menjadi masalah utama.

"Malah saya tidak sempat dalami. Ini mahasiswa sebenarnya istilahnya pintu masuk untuk berkoar-koar. Bukan itu masalah utamanya. Sehingga saya tidak mau menyinggung masalah mahasiswa ini," ucapnya.

5. Rektor Bentuk Tim Verifikasi

Polemik tujuh guru besar FEB Unhas menjadi perhatian di tingkat universitas. Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa membentuk tim khusus terkait polemik tersebut.

"Untuk secara internal saja kami dalami. Semacam tim verifikasi," ungkap Jamaluddin Jompa kepada detikSulsel, Jumat (4/11).

Jamaludddin menyampaikan polemik guru besar FEB Unhas ini menjadi perhatian agar tidak muncul spekulasi publik. Tim verifikasi dibentuk agar bisa melihat permasalahan yang terjadi.

"Agar lebih jelas untuk perbaikan ke depan," ujarnya.

Simak jual beli gelar doktor di halaman selanjutnya.

6. Bantah Jual Beli Gelar Doktor

Jamaluddin Jompa juga membantah adanya jual beli gelar doktor atau S3 di kampusnya. Jamaluddin menegaskan standar Unhas sangat ketat dalam meluluskan mahasiswa.

"Itu tidak benar. Kami ketat aturannya dan harus ada penguji external yang juga standarnya harus dari PT (perguruan tinggi) yang unggul," ungkap Jamaluddin Jompa kepada detikSulsel, Jumat (4/11).

Menurutnya, isu liar tersebut juga sebenarnya tidak ada kaitannya dengan polemik pengunduran diri tujuh guru besar. Dia menegaskan tidak pernah ada jual beli gelar di Unhas.

"Iye (tidak ada kaitannya). Lagian memang tidak ada jual beli itu. Unhas terlalu ketat dan berlapis syaratnya untuk bisa lakukan itu," pungkasnya.

7. Mendikbud Resah

Polemik mundurnya tujuh guru besar FEB Unhas turut menjadi perhatian Mendikbudristek Nadiem Makarim. Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa menyebut Mendikbudristek ikut resah terkait polemik tersebut.

Jamaluddin awalnya menceritakan dia langsung melakukan klarifikasi setelah mendapat kabar mundurnya tujuh guru besar. Menurutnya, kabar tersebut harus diverifikasi dahulu sebelum mengambil kesimpulan.

"Kami harus memastikan bahwa proses untuk menangani masalah itu sebaik-baiknya itu kami lakukan dan harus ada fakta, harus ada verifikator harus ada," kata Jamaluddin Jompa, di Gedung Rektorat Unhas, Jumat (4/11).

Dia menjelaskan verifikasi juga dilakukan agar bisa menentukan solusi yang tepat. Selanjutnya dia juga mengaku ada banyak pihak yang menghubunginya setelah isu pengunduran diri itu heboh di media.

"Jadi ya kan banyak yang WA (WhatsApp) saya itu pasti saya akan cari tahu betulkah itu," imbuhnya.

Menurutnya, dirinya sempat kelabakan setelah saat pertama kali muncul isu pengunduran diri tujuh guru besar FEB tersebut. Dia kemudian menyebut Menristekdikti Nadiem Makarim ikut resah setelah mendapat informasi tersebut.

"Ini membuat kami juga kelabakan. Bahkan menteri pun katanya sudah resah kenapa di Unhas ada tujuh profesor mengundurkan diri," ungkapnya.

Simak permintaan rektor di halaman selanjutnya.

8. Rektor Minta Dekan Selesaikan

Rektor Unhas Jamaluddin Jompa meminta polemik tujuh guru besar FEB diselesaikan di tingkat fakultas. Dia menyerahkan persoalan tersebut kepada Dekan FEB sebagai pemilik otoritas untuk diselesaikan.

"Itu kita serahkan kepada dekan, dekan memiliki otoritas tim (guru besar) ini sebenarnya," ujar Jamaluddin saat konferensi pers di Gedung Rektorat Unhas, Jumat (4/11).

Dia menyampaikan pihaknya telah memediasi tujuh guru besar tersebut. Dia menuturkan dalam mediasi itu enam dari tujuh guru besar menghadiri pertemuan.

Lebih lanjut Jamaluddin menjelaskan mediasi menghasilkan dua kesepakatan. Pertama, masing-masing pihak sepakat untuk saling memaafkan. Kemudian yang berikutnya para pihak juga sepakat untuk mencari solusi di tingkat senat.

"Jadi kami juga telah menyampaikan kepada dekan tolong dalam rapat senat berikutnya agar ini dibahas secara internal," katanya.

9. Masih Status Dosen Unhas

Jamaluddin menyampaikan bahwa ketujuh guru besar tersebut masih merupakan dosen Unhas. Pengunduran diri yang mereka ajukan hanya dalam aktivitas mengajar di Prodi S3 Manajamen di fakultasnya.

"Saya sudah pertemukan kemarin. Dan mereka juga tidak menyatakan mundur jadi dosen. Hanya mundur untuk mengajar. Itu juga saya sampaikan bahwa tidak ada istilah untuk mengundurkan diri mengajar karena itu penugasan," ungkapnya kepada detikSulsel, Kamis (3/11).

Kendati demikian, dia mengakui persoalan ini masih perlu dituntaskan dengan baik. Makanya, dia menyerahkan hal ini untuk diselesaikan di internal fakultas

"Memang belum tuntas 100 persen ya. Saya masih harus terus mendesak semua pihak untuk carilah solusi internal. Sebagai pendidik kan kita harus lebih bijak, lebih cool," katanya.

Halaman 2 dari 4
(asm/hmw)

Hide Ads