×
Ad

Jejak Hidup di Kota Mati

Kota Mati Oradour-sur-Glane: Saksi Bisu Pembantaian 642 Warga Prancis

Danica Adhitiawarman - detikProperti
Selasa, 02 Des 2025 06:46 WIB
Kota Mati Oradour-sur-Glane di Prancis Foto: LUDOVIC MARIN/Pool via REUTERS
Jakarta -

Oradour-sur-Glane dulu sebuah desa yang tenang di Prancis. Namun, semua itu berubah ketika Perang Dunia II. Terjadi pembantaian warga Prancis yang menyisakan desa itu terbengkalai hingga sekarang.

Dilansir dari situs National WWII Museum, Senin (1/12/2025), pasukan Waffen-SS Jerman membantai 642 orang, termasuk pria, wanita, dan anak-anak di Oradour pada 10 Juni 1944. Pasukan itu juga membumihanguskan desa.

Sejak tragedi itu, tidak ada lagi yang tinggal di Oradour-sur-Glane. Reruntuhan tembok, mobil, dan berbagai alat rumah tangga dibiarkan hampir tak tersentuh.

Kelompok yang bertanggung jawab atas pembantaian di Oradour adalah Resimen Der Führer, cabang dari Divisi Panzer SS ke-2 Das Reich. Das Reich tiba di Prancis sebagai unit cadangan pada Januari 1944.

Setelah invasi Sekutu di Normadia pada 6 Juni 1944, Das Reich mendapat misi untuk mendukung pasukan Jerman yang bertempur di Prancis Utara. Divisi ini juga menerima perintah untuk menumpas gerombolan gerilya pejuang Perlawanan Prancis serta mengintimidasi penduduk.

Pada 10 Juni 1944, sekitar 120-200 prajurit resimen Panzer Der Führer mengepung kota dan memblokir semua akses. Lalu, warga diminta untuk berkumpul di pusat pasar kota.

Awalnya warga tidak terlalu khawatir karena mengira pasukan Jerman hanya menjalankan rutinitas mengecek identitas. Dugaan mereka salah, warga justru dibantai setelah diarak ke gereja dan gudang. Hanya tujuh orang yang selamat dari aksi pembantaian itu.

Pasukan itu pun membakar bangunan-bangunan, termasuk gereja. Sisa reruntuhan desa itu masih ada hingga sekarang. Kota mati itu seakan membeku sebagaimana kondisi terakhir pada 1944.

Pada 1946, Presiden Prancis Charles de Gaulle menyatakan Oradour dilestarikan dan sisa reruntuhan menjadi situs peringatan nasional. Sekarang Oradour menjadi simbol pengingat akan kekejaman yang dirasakan orang Prancis ketika berhadapan dengan tentara Jerman.

Reruntuhan tersebut kini dikelola oleh Kementerian Kebudayaan. Luasnya sekitar 40 hektare dan dikunjungi sekitar 300.000 wisatawan setiap tahunnya.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini




(dhw/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork