Bangunan yang ramah lingkungan saat ini banyak diincar oleh konsumen, termasuk rumah. Hal ini karena banyaknya masyarakat yang sadar akan pentingnya lingkungan.
Berdasarkan survei dari Nielsen pada 2024 yang dipaparkan oleh Sinar Mas Land, dari 10.000 responden di seluruh dunia, sebanyak 69% memprioritaskan produk yang berkelanjutan. Hal itu karena para konsumen merasa penurunan kualitas lingkungan bisa berdampak pada kesehatan dan keamanan, serta menjaga kehidupan yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Saat ini, generasi milenial atau mereka yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996 menjadi salah satu generasi terbanyak di Indonesia. Banyak dari mereka yang kini mengedepankan produk ramah lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari survei Delloitte tahun 2024, dari 44 negara yang disurvei, sebanyak 77% milenial mencoba untuk mengurangi dampak lingkungan dan 59% milenial peduli akan perubahan iklim.
"Dengan awareness yang meningkat, masyarakat mulai menerapkan eco-living lifestyle. Eco-living lifestyle merupakan kegiatan yang meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan," kata VP of Market Research & Product Strategy Sinar Mas Land Dwi Novita Yeni, pada acara media gathering di Kantor Marketing BSD, Kamis (20/3/2025).
Dalam survei yang sama, disebutkan bahwa sebanyak 63% generasi milenial tidak masalah jika harus membayar lebih mahal untuk produk yang ramah lingkungan, termasuk dalam pembelian properti.
Salah satu preferensi properti yang diincar oleh generasi milenial adalah faktor sustainability atau keberlanjutan. Sebagai contoh, bangunan rumah sudah menggunakan panel surya sebagai sumber energi listrik serta adanya sistem penampungan air hujan untuk digunakan lagi nantinya.
Selain itu, masih ada ciri rumah yang dianggap ramah lingkungan. Menurut Chairperson Green Building Council Indonesia (GBCI) sekaligus Advisor President Office Sinar Mas Land Ignesz Kemalawarta, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan saat membangun rumah ramah lingkungan bersertifikat 'green'. Berikut ini informasinya.
1. Aspek Kesehatan dan Kenyamanan
Kenyamanan atas upaya menghalau panas melalui shading, materi dinding, dan kaca serta ventilasi.
2. Hemat Energi
Energi yang digunakan biasanya jauh lebih hemat. Sebagai contoh, untuk penggunaan listriknya bisa menggunakan panel surya sehingga tidak terlalu mahal saat membayar tagihan listrik.
Ada juga sumber air yang digunakan bisa saja melalui sistem penampungan air hujan yang dipasang di sekitar rumah. Nantinya air tersebut bisa digunakan misalnya untuk menyiram tanaman.
3. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah di area perumahan ramah lingkungan biasanya tidak langsung dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) melainkan diolah terlebih dahulu di Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R).
4. Material Bangunan
Biasanya material bangunan yang digunakan 30% green label dan tersertifikasi ISO 14000 memperhatikan produk yang bertanggung jawab dari segi sumber material, jejak karbon, dan lainnya.
5. Memiliki Green Area
Rumah yang ramah lingkungan biasanya memiliki area hijau atau green area 10% serta memiliki tanaman yang tidak berjarak jauh untuk mengurangi jejak karbon.
Ignesz menuturkan, membeli properti yang ramah lingkungan memang cukup mahal di awal. Namun, manfaat yang dirasakan bisa mencapai bertahun-tahun kemudian.
"Kita paham kalau kita bikin green ini, itu ada peningkatan dalam biaya di awalnya 4% maksimal. Tapi dalam 40 tahun, owner akan menikmati penghematan energi yang agresif," tutur Ignesz.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(abr/zlf)