Bangunan yang ramah lingkungan saat ini banyak diincar konsumen, termasuk untuk rumah. Namun, rumah ramah lingkungan umumnya harganya lebih tinggi dibandingkan rumah biasa.
Maka dari itu, hingga saat ini rumah ramah lingkungan masih ditargetkan untuk kalangan kelas menengah ke atas. Chairperson Green Building Council Indonesia (GBCI) sekaligus Advisor President Office Sinar Mas Land Ignesz Kemalawarta menyebutkan harga properti ramah lingkungan bisa 4% lebih mahal. Meski demikian, manfaat yang dirasakan bisa dalam jangka waktu yang panjang.
"Kita paham kalau kita bikin green ini, itu ada peningkatan dalam biaya di awalnya 4% maksimal. Tapi dalam 40 tahun, owner akan menikmati penghematan energi yang agresif," tutur Ignesz pada acara media gathering di Kantor Marketing BSD, Kamis (20/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika seperti itu, apakah kelas menengah ke bawah masih memungkinkan untuk memiliki rumah yang ramah lingkungan?
Menurut Ignesz, hal itu masih akan sulit dilakukan. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk rumah kelas menengah bisa mendapatkan sertifikat bangunan hijau setidaknya dengan rating silver.
"Kalau yang menengah sudah susah, yang menengah ke bawah paling susah (dapat sertifikat bangunan hijau)," ujarnya dalam sesi tanya jawab.
Untuk rumah subsidi atau untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sangat sulit untuk mendapat sertifikasi bangunan ramah lingkungan karena harga rumahnya sudah ditetapkan pemerintah dan tidak bisa ada tambahan biaya lagi.
"Kalau yang MBR ini sama sekali, kalau dicari paling ujung-ujungnya di desainnya (yang disesuaikan)," ujarnya.
Ignesz mengatakan, hingga saat ini masih belum banyak pengembang yang membangun bangunan hijau. Ke depan, pihaknya akan bertemu dengan para pengembang untuk sosialisasi pentingnya dan manfaat bangunan hijau, mendorong pemerintah untuk memberikan insentif untuk bangunan hijau, hingga mengusulkan insentif yang menarik.
Sementara itu, VP of Market Research & Product Strategy Sinar Mas Land Dwi Novita Yeni menambahkan, memang saat ini dari sisi pasar paling banyak dari kelas menengah. Namun, dalam pembuatan rumah ramah lingkungan membutuhkan teknologi yang baru dan biayanya cukup mahal sehingga harga rumah yang dijual lebih cocok ke segmen kelas menengah ke atas.
"Kalau dari sisi developer, ketika kita menawarkan product yang berbeda, product ini memang memberikan benefit jangka panjang, baik ke pemiliknya sendiri maupun lingkungan secara umum otomatis kita menjualnya lebih mahal sehingga segmen menengah dan menengah ke bawah masih belum masuk," tuturnya.
Walau demikian, ke depan, pihaknya akan membuat hunian ramah lingkungan yang lebih menyasar ke segmen kelas menengah.
(abr/zlf)