Ternyata masih ada rumah ada Betawi di tengah Jakarta, lho. Rumah ini dikelilingi permukiman modern dan gedung di kawasan elite Setiabudi.
Rumah ini terletak di kawasan Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta Selatan. Rumah itu diperkirakan sudah berdiri sejak tahun 1940-an.
Tim detikProperti berkesempatan mengunjungi rumah tersebut. Rumah itu dekat dengan Apartemen Casablanca, Mal Kota Kasablanka, TPU Menteng Pulo, dan Apartemen Taman Rasuna.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Meski sudah puluhan tahun berdiri, rumah ini tidak ikut terbawa arus modernisasi. Dinding rumahnya berupa papan kayu yang dicat putih. Terpajang foto-foto Ka'bah dan kaligrafi Arab pada tembok. Lantainya terbuat dari ubin model lama, seakan terbuat dari material tanah liat.
Lalu, plafon terbuat dari anyaman bambu dengan kombinasi warna coklat muda dan coklat gelap. Tentunya yang paling khas adalah jendela dan pintu model krepyak berwarna hijau.
Pemilik Ogah Renovasi Rumah Betawi
Pemilik rumah tersebut adalah seorang lansia berusia 87 tahun bernama Salamah. Ia enggan merenovasi ataupun menjual rumah karena sudah merasa nyaman.
Ia merupakan orang Betawi asli yang besar di kawasan tersebut. Rumahnya pun warisan dari sang ayah.
"Betawi asli jadi saya yang tinggalin, jadi keponakan di sini, ini juga keponakan, keluarga banyak di sini kalau Idul Fitri," ujar Salamah di Jl. Menteng Atas Selatan I, Selasa (7/1/2025).
Desain rumah tetangganya pada waktu itu memang serupa dengan rumahnya yang sekarang. Salamah pernah ditawarkan untuk renovasi rumah, tetapi ia menolaknya.
Ia mengatakan dirinya sudah tak memiliki orang tua, sehingga tidak punya alasan untuk renovasi buat menyenangkan mereka. Lalu, ia juga tidak ingin mengubah bentuknya karena merupakan pemberian dari orang tuanya.
"Nggak mau (direnovasi). (Udah) nggak ada emak, nggak ada bapak. Ibu nggak enak, sedih soalnya," imbuhnya.
Pemilik Rumah Betawi Bikin Kontrakan
Selain rumah, Salamah juga memiliki lima bangunan kotrakan yang masing-masing berukuran sekitar 3x5 meter. Kontrakan tersebut disewa oleh orang lain untuk dijadikan garasi hingga bengkel barang second.
"Garasi bajaj, mobil. Ya alhamdulillah udah nggak ngajar, buat sangu," ujarnya.
Sebelumnya, Salamah berprofesi sebagai guru agama sampai sekitar tahun 2015. Setelah pensiun, ia pun mengandalkan penghasilan dari sewa kontrakan di sebelah rumahnya. Meski hidup sederhana, ia tak lupa untuk menyisihkan penghasilannya untuk menyantuni anak yatim.
![]() |
"Alhamdulillah, asal nasib ibu baik. Bisa untuk bekal makan, bekal yatim kasih 50 persen (dari penghasilan kontrakan). Kita nggak mentingin diri sendiri. Ibu udah bersyukur deh," katanya.
Keponakan Salamah, Kamil (54) mengatakan rumah milik bibinya itu berukuran sekitar 150 m2, sementara tanahnya 330 m2. Sementara itu, bangunan kontrakan mulai dibangun sekitar tahun 2000.
Kamil menyebutkan harga sewa kontrakan di belakang rumah sebesar Rp 500 ribu per bulan. Sementara kontrakan berisi bengkel di depan rumah harga sewanya Rp 600 ribu per bulan.
Di samping itu, ia mengatakan rumah Betawi Salamah memang masih banyak yang asli mulai dari tiang, dinding, hingga jendela. Desain rumah tersebut mengikuti bentuk kebanyakan rumah yang ada pada zaman dulu ketika dibangun.
"Karena zaman dulu model rumahnya seperti ini, yaudah dibangunnya modelnya begini. Istilahnya nggak ngambil bahwa ini rumah adat Betawi, cuman karena memang orang Betawi, kebetulan model-model rumahnya begini," tutur Kamil.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(dhw/dhw)