Konsep rumah 'Separo' yang digagas oleh tiga mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia Alya Widha Aurellia, Bimantyo Ganggas Ihsani, dan Risma Fitriyanti, bisa menjadi jawaban terkait hunian di lahan terbatas. Adapun, konsep hunian tersebut dibangun pada lahan 60 meter persegi (m2) dengan luas bangunan 114,75 m2.
Rumah 'Separo' memiliki 2,5 lantai dan sebuah basement atau ruang bawah tanah. Konsep hunian ini bisa dibangun di Indonesia, namun sebaiknya bagian basement ditiadakan karena memakan biaya yang cukup banyak.
Memang, konsep rumah ini bisa dibangun pada lahan 60 m2, namun apakah bisa dibangun pada lahan yang lebih terbatas dengan luas 40 m2?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Alya dan kawan-kawan, hal itu bisa saja dilakukan namun dengan beberapa penyesuaian. Mereka juga memberikan beberapa opsi jika ingin membangun rumah dengan konsep rumah 'Separo'.
"Opsi pertama, mungkin kalau dengan site yang ekstrem 40 m2, sistem rumah separo (split levelling) bisa dihilangkan, namun tetap memiliki keunggulan modularitas," kata Alya kepada detikcom, ditulis Kamis (19/10/2023).
Opsi selanjutnya, luas bangunan rumah dan modul diubah dengan mengikuti luas tanah yang tersedia, namun tetap mengikuti konsep rumah 'Separo' yaitu split level dan modularitas.
"Opsi ketiga, desain yang kami usulkan tetap bisa dibangun, asalkan site baru memiliki peraturan khusus yang berbeda, yaitu jika semakin kecil site-nya, peraturan KDB-nya (koefisien dasar bangunan) mungkin bisa lebih tinggi (karena 'Separo' memiliki peraturan KDB 60% dari luasan site 65 m2)," papar Alya.
"Mungkin dengan site baru misalnya 55 m2 dengan peraturan KDB 75%, luasan rumah 'Separo' 38,5 m2 (pada lantai dasar) tetap cukup dan bisa dibangun," sambungnya.
Sebagai informasi, nama 'Separo' sendiri diambil dari istilah yang berarti setengah. Konsep rumah ini menerapkan pembangunan vertikal bertahap atau rumah tumbuh, sehingga dapat diubah sesuai dengan kebutuhan penghuni rumah.
Salah satu keunggulan konsep rumah ini adalah desain yang fleksibel dengan menggunakan struktur baja WF yang dipasang secara modular berdasarkan zona-zona ruang yang dapat disesuaikan kebutuhan penghuni rumah. Misalnya, ada area untuk berjualan atau untuk privasi keluarga.
"Keunggulan dari desain kami adalah dari adaptif UMKM-nya sendiri. Kita nggak cuma menyediakan tempat untuk usahanya saja tetapi kita juga menyediakan garasi yang bisa dijadikan tempat usaha juga," kata Risma kepada detikcom, ditulis Kamis (19/10/2023).
"Jadi di sini ada opsi tempat usahanya itu ada berupa ruang khusus untuk usaha dan juga ada garasi yang digunakan untuk tempat usaha," sambungnya.
Rumah ini berdiri di lahan 60 meter persegi (m2) dengan luas bangunan 114,75 m2. Adapun rumah tersebut menggunakan konsep split level.
Di dalamnya, terdapat berbagai ruangan. Misalnya, pada bagian basement ada dapur, ruang makan, dan kamar mandi. Sebagai informasi, basement di sini ditujukan untuk ruang memasak makanan yang memudahkan penghuni rumah membawanya ke bagian garasi tempatnya berjualan.
Pada lantai 1 ada warung usaha, garasi atau tempat jualan, ruang tamu, dan ruang keluarga. Sementara pada lantai 1,5 ada kamar utama (2 orang), kamar mandi, dan balkon.
Lalu pada lantai 2 ada kamar anak (2 orang) dan balkon. Sementara itu, pada lantai 2,5 ada ruang keluarga dan balkon. Pada lantai 3 ada kamar anak (2 orang) dan balkon.
"Sehingga dengan 3 kamar yang kami ajukan bisa sekitar 6 anggota keluarga yang hidup, namun disesuaikan lagi. Jika ruang keluarga dianggap cukup, maka bisa membangun 4 kamar, sehingga 8 orang anggota keluarga bisa hidup. Namun balik lagi disesuaikan dengan kebutuhan anggota keluarga yang bertambah," kata Alya.
Sementara itu, pada bagian fasad terdapat tanaman yang dipasang vertikal untuk menyiasati ruang hijau yang ada dan agar udara yang masuk ke dalam rumah terasa adem.
Adapun, material rumah tersebut menggunakan struktur baja WF, lalu ada anyaman rotan yang dijadikan bahan pada pintu dan jendela hal ini disesuaikan dengan masyarakat Semarang yang suka menganyam. Lalu, penutup atapnya menggunakan zincalume, serta dinding menggunakan batu bata. Penggunaan batu bata dipilih karena memiliki kemampuan insulasi tahan api yang cocok digunakan di area yang rawan kebakaran.
Tambahan informasi, melalui konsep rumah 'Separo', Alya dan kedua kawannya mendapatkan juara 2 dalam kompetisi ETALASE Architecture Competition 2023 yang diselenggarakan Keluarga Mahasiswa Arsitektur UNNES (Universitas Negeri Semarang). Perlombaan ini bertemakan Compact House dan meminta peserta untuk membuat solusi tepat yang berkaitan dengan kepadatan penduduk dan keterbatasan lahan.
Buat detikers yang punya permasalahan seputar rumah, tanah atau properti lain, tim detikProperti bisa bantu cari solusinya. Kirim pertanyaan kamu via email ke tanya@detikproperti.com dengan subject 'Tanya detikProperti', nanti pertanyaan akan dijawab oleh pakar.
(abr/zlf)